Patbelas : Tidak Ada

52 5 0
                                    

Hari ketiga. Pukul 05:52 A.M

Aku mencoba menelpon kantor pusat lagi. Aku menekan tombol call di layar ponselku.

"Maaf, nomor yang anda tuju salah—"

Akupun langsung menghentikan panggilanku.

"Kenapa tidak tersambung?" gerutuku.

Sejak tadi aku mencoba menghubungi Wijaya tapi tidak tersambung sama sekali. Ini benar-benar aneh.

Apa nomornya salah? Itu tidak mungkin. Aku sangat yakin nomor di ponselku itu tidak salah. Lagipula nomor milik kantor pusat dan Wijaya tidak pernah berubah.

Akupun menyerah dan mematikan ponselku.

Alat komunikasi cadangan yang Wijaya sediakan juga tidak bereaksi. Apakah ada gangguan atau semacamnya? Tidak mungkin.

Wijaya sudah mengantisipasi semuanya. Tidak mungkin ada kesalahan teknis seperti ini. Apalagi ini adalah misi tingkat menengah. Ia tidak mungkin melakukan kesalahan.

Awalnya aku juga ingin menggunakan media sosial, tapi di daerah ini belum difasilitasi jaringan internet. Atau mungkin sudah ada tapi jaringan tersebut rusak dan belum diperbaiki.

Akupun menghela napas. Sebelumnya aku tidak pernah mengalami masalah seperti ini.

Ini seperti dugaan awalku. Para penyelidik itu mengalami masalah dalam alat komunikasi. Tapi, bukankah aneh jika semua alat komunikasi rusak? Tidak mungkin semua penyelidik yang Wijaya kirim memiliki masalah yang sama.

Lagipula ada seorang penyelidik yang berhasil mengirimkan pesan terakhir sebelum sambungannya terputus.

"Hal ini adalah hal yang berbeda. Mereka tidaklah satu, namun lebih dari satu."

Aku kembali mengingat pesan yang dikatakan oleh Wijaya. Seperti yang aku simpulkan, mereka tidaklah satu. Tapi, mereka berkelompok.

Misterinya adalah kenapa 'hal' ini disebut sesuatu yang berbeda? Apa maksudnya ini bukan hanya tentang mafia perdagangan gelap seperti yang aku kira? Apakah ada alasan selain melakukan perdagangan anak-anak?

Aku kembali mengecek ponselku. Jariku menyentuh sebuah folder yang berisi file-file yang aku dapatkan semalam.

Akupun membuka galeri untuk melihat isi file tersebut.

Aku mengusapkan jariku pada layar untuk menggeser foto-foto dan video yang aku dapatkan dari kamera yang aku tempatkan di beberapa tempat. Di antaranya adalah gapura selamat datang, dusun mati, danau, dan tempat yang aku anggap mencurigakan.

Aku juga sudah mendapat akses penuh dari kamera CCTV milik pemerintahan desa tersebut.

Aku mencari sesuatu yang mencurigakan dari foto dan video tersebut. Tapi, aku tidak menemukannya. Yang terpampang hanyalah sebuah gambar tempat yang diawasi tanpa ada seorangpun.

Padahal aku sudah memasang sensor ke kamera tersembunyi tersebut agar memotret saat merasakan kehadiran seseorang. Untuk berjaga-jaga, aku juga menyeting kamera tersebut untuk melakukan pemotretan setiap detik. Tapi, tidak ada bukti yang berguna.

Videonya juga hanya menampakkan warga biasa yang berlalu lalang. Semua wajah yang tertangkap kamera semuanya bisa aku kenali. Aku tidak bisa menemukan orang yang mencurigakan dari video itu.

Sial! Akupun melempar ponselku ke kasur.

Sepertinya rencanaku menemui kegagalan total. Tidak ada informasi yang aku dapatkan setelah menggunakan Bimo sebagai 'korban'. Yang aku dapatkan hanyalah sebuah kekosongan.

Loro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang