23

2.9K 222 11
                                    

Berjalan beriringan dengan seseorang yang dikenal tanpa berbincang atau setidaknya mengeluarkan satu katapun sangat sulit rasanya dilakukan oleh Lisa.
Terlebih seseorang yang sedang bersamanya adalah orang yang telah memberi warna pada hari-hari nya.

"Apa kau akan diam saja seperti itu?"tanya Kai, dia bosan hanya diam dan mengikuti langkah Lisa dari belakang sedaritadi.

"Bisa iya, bisa tidak,"balasnya, sedikit menoleh ke belakang berusaha melihat apa yang sedang Kai lakukan karena terdengar suara hentakan-hentakan sepatu.

Dan ternyata benar Kai sedang menghentak-hentakan kakinya ke tanah.
Entah bagaimana cara Kai berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya itu.

"Jadi jawabannya iya, karena kau sudah berbicara,"ujar Kai sembari menghentikan langkahnya.

"Kapan itu terja__"ucapannya terpotong

"Bingo! kau sedang berbicara,"potong Kai, dia terkekeh pelan karena berhasil membuat guyonan yang lucu menurutnya.

Tapi guyonan Kai itu tidak berhasil membuat pertahanan Lisa runtuh begitu saja dan alhasil dia tertinggal karena Lisa sudah berjalan terlebih dulu.

"Ya!"teriak Kai sedikit mempercepat langkahnya untuk mengejar Lisa yang sudah berjalan agak jauh.

"Kenapa?"tanya Lisa polos melihat Kai sudah ada di sampingnya.

"Jalanmu cepat sekali, apa kau berlari tadi?"candanya, dia tahu bahwa dirinyalah yang melamun ketika berjalan dan tertinggal langkahnya oleh Lisa.

"Tidak, aku berjalan seperti biasanya."Lisa berusaha acuh saat melihat keringat mengucur di wajah Kai, dia pasti sudah terbiasa berkeringat seperti itu saat berlatih.

"Ah, atau mungkin kakimu panjang hingga langkahmu jauh dan lebih cepat?"tanya Kai lagi, dia melihat tinggi Lisa yang bisa dibilang masih di bawah tingginya atau lebih pendek darinya.

"Kau lucu,"balas Lisa, kesal.  Candaan Kai sama sekali tidak bisa membuatnya tertawa, justru membuatnya semakin menyadari bahwa tinggi tubuhnya bisa dibilang mungil jika dibandingkan dengan tinggi rata-rata orang Korea seumurannya.

"Aku tahu itu."Dengan percaya diri Kai menanggapi ucapan Lisa sebagai pujian.

Krurkkk krurkk

"Aku mendengar sesuatu."Kai menghentikan langkahnya. Dia berusaha keras menahan kekehannya.

"Ti-tidak, aku tidak mendengar apapun,"elak Lisa, gugup. Dia begitu malu, kenapa perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat. Dia terus melangkah untuk menghindari Kai.

Krurkkk
Lisa memegangi perutnya yang tidak bisa diajak kompromi. Dia ingat bahwa sejak pagi belum memakan apapun selain coklat hangat yang selalu dibuatkan ibunya ketika pagi.

"Sepertinya ada yang sedang kelaparan, apa boleh aku mengajaknya makan?"Kai berusaha untuk bersikap cool. Dia terus mengikuti langkah Lisa.

"Aku tidak lapar,"ucap Lisa, bohong.

"Apa kau lapar? bukankah aku tidak mengatakan kau kelaparan?"goda Kai.

"Kau sendiri yang bilang ada yang sedang kelaparan dan akan mengajaknya makan." Lisa menghentikan langkahnya.

"Orang yang sedang kelaparan itu adalah kau bukan? jadi ... ingin aku ajak makan, begitu?"Kai berjalan terlebih dulu, meninggalkan Lisa di belakang yang masih diam terpaku."Ayo makan,"ucapnya lagi.

"Apa aku salah bicara?"tanya Lisa pada dirinya sendiri, kemudian melangkah mengikuti Kai.

Lisa sempat berpikir untuk menolak ajakan Kai itu, tapi perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Lagi pula, tidak baik bukan menolak tanpa alasan yang jelas dan tidak baik pula menyiksa diri sendiri.

I'm Fine Oppa ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang