Bimbang

3K 213 36
                                    

Hari ini sungguh menyebalkan. Lagi-lagi pria itu menganggu hidupku. Kenapa ia bisa ikut campur sedalam ini? Apa yang membuatt ia terus saja penasaran padaku. Apa yang ia ingin ketahui dariku? Jika aku memberitahu siapa diriku, apakah ia akan berhenti mengusik hidupku.

Arrgggg!!!

Aku benci seperti ini!

Yang membuat aku semakin benci adalah rasa jantung yang berdegup kencang saat bertemu dengannya. Apa maksud rasa itu? Aku pikir bebas dari zona amanku akan membuat aku merasakan hal yang biasa saja. Tapi dugaanku salah! Aku malah mendapat masalah dengan pria itu mengusik hidupku terus menerus.

“Ada apa, Ze?

Arwah anak kecil dengan pakaian pria andalannya muncul menganggu diriku yang sedang serabutan. Kehadirannya semakin menguras energiku. Kenapa mereka selalu muncul di waktu yang tidak tepat?

“Je! Bisa nggak sih kamu muncul jangan tiba-tiba gini?” bentakku yang sangat kesal dengan kehadirannya.

“Kamu kasar, Ze!”

Jessica yang kesal langsung menghilang dari hadapanku. Itu tandanya ia mulai marah besar. Sudahlah! Biarkan saja dia begitu untuk saat ini. Aku lagi sangat kesal. Kalau aku membujuknya saat ini akan sangat susah. Jadinya, aku memilih untuk membiarkan kemarahannya dan menenangkan diriku sendiri.

Aku memejamkan mataku untuk menghilangkan kemarahanku pada hariku yang buruk ini. Aku juga marah pada diriku sendiri yang belum terbiasa dengan kehidupan normal seperti manusia normal lainnya. Karena aku terbiasa berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata dan pikiran seseorang, jadinya aku kerepotan menyeimbangkannya dengan dunia nyataku. Apakah pemilihanku untuk hidup normal salah? Haruskah aku kembali pada dunia amanku? Ah! Itu sungguh tidak mungkin! Aku berhak merasakan hidup seperti orang-orang.

“Ze! Kamu membentak Jessi?”

Kubuka kembali mataku saat mendengar suara lain yang menganggu pikiranku dengan aroma anyir yang memenuhi kamarku. Hah! Aku sangat lelah saat ini. Bisakah mereka tidak mengangguku sebentar saja? “Bisakah kamu meninggalkanku sebentar?” tanyaku yang akhirnya mengutarakan isi hatiku dengan kejengahan yang sangat tinggi. Kapan sih aku bisa bebas dari makhluk tak kasat mata itu sebentar saja? Nggak di rumah, nggak di kampus, aku selalu dikelilingi oleh arwah yang bergentayangan. Kenapa aku tidak ditakdirkan hidup normal?

“Kamu kenapa, Ze? Ceritalah! Saya akan setia mendengarnya,” bujuk Branden mencoba menggali informasi yang berkaitan dengan kekesalanku.

“Kalian tidak akan mengerti perasaan orang dewasa. Tinggalkan aku sendiri!”

“Ze! Kamu sangat kasar sekarang. Walaupun saya dan yang lainnya hanya anak-anak, tapi ingatlah, usia kami jauh lebih tua dari kamu.”

“Branden. Aku mohon sekali sama kamu, jangan ganggu aku dulu. Boleh?”

Kulihat Branden mengembangkan senyum di bibirnya yang terdapat sedikit luka. Senyuman yang awalnya indah saat pertama kali aku melihatnya, tapi kini menjadi sangat seram. Aku tidak akan berkata jujur padanya bahwa ia seram, karena jika aku berkata jujur padanya, dia akan berlama-lama di sini karena akan bertanya ini-itu dan membujukku mengatakan bahwa ia pria yang menawan.

“Baiklah! Tapi, jika kamu memerlukan sesuatu, kamu bisa memanggil saya.”

Branden menjauh dariku. Berbeda dengan Jessica yang akan menghilang bagai asap yang menggembul, Branden akan selalu bersikap layaknya manusia. Dia akan berjalan melalui pintu walaupun ia hanya melewatinya bukan membukanya. Setidaknya itu tidak membuat aku kaget dan jantungan.

Hari ini sungguh hari yang sial untukku. Entah sudah berapa kali aku menggerutu, segitulah kekesalanku pada hari ini. Belakangan ini, pria itu terus saja mengangguku. Dan yang paling membuat kemarahan ini memunjak adalah mulutku yang selalu saja reflek di depannya saat mengetahui isi hatinya yang menilai diriku. Dan yang paling menjengkelkan,  dia mendengar perkataanku pada Maudy tempo hari. Bukan hanya itu, dia selalu memperhatikanku sehingga ia melihat kalau aku berbicara sendiri. Sejak kehadiran hantu kuntilanak itu, ia semakin sering memergokiku bicara sendiri. Dan sekarang, aku menjadi tidak nyaman di kampus karena hantu kuntilanak sialan itu!

Zenia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang