Indigo

3.1K 234 35
                                    

“Di rumah gue memang ada hantunya,” ujarku membuka pembahasan yang ingin kusampaikan pada Maudy. Dan begitu pernyataan itu terlontarkan, aku merasakan tanganku diremas sangat kencang oleh tangan Maudy. Terlihat wajahnya tegang membuat aku kesal sendiri. “Sudah gue bilang lo harus santai dan jangan takut!”

“Oke-oke. Gue siap mendengarnya,” putus Maudy menguatkan mentalnya. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya. Ia pun memejamkan kedua matanya rapat-rapat membuat aku terkekeh dan kasihan.

Maudy harus menghilangkan rasa takutnya agar daya tahan tubuh dan jiwanya tetap kuat dan stabil. Makhluk tak kasat mata itu sangat mudah merasuki tubuh yang lemah dan ketakutan. Aku tidak mau teman-temanku melukai Maudy walaupun aku yakin mereka tidak sejahat itu. Hanya saja, aku takut makhluk dari luar rumahkulah yang iseng mengetahui ada manusia lemah di rumahku. Aku tidak mau Maudy kenapa-napa setelah pulang dari rumahku.

“Ya Tuhan. Lindungilah hamba-Mu ini!”

Aku terkekeh mendengar pikiran Maudy yang ketakutan. Jujur, melihatnya seperti ini membuat aku kegelian sekaligus kasihan. “Iya. Tuhan pasti ngelindungin elo kok. ‘Kan di sini juga ada gue!”

“Eh!!”

Maudy yang terkejut langsung membuka matanya dan menatapku dengan penuh tanda tanya. “Lo tahu apa yang ada di pikiran gue?” tanya Maudy yang menatapku dengan lekat. Aku menganggukkan kepalaku dan kuhadiahkan senyuman untuk membuatnya tenang. Dari matanya, bisa kulihat tatapan tidak percaya dicampur takjub. Bukan hanya itu, ketakutan pun semakin jelas tampak di wajahnya yang cubby. “Gue nggak percaya! Coba lagi. Tebak apa yang gue pikirin sekarang.”

“Zenia sok cantik yang selalu diperhatiin Kak Diego di kampus!”

Aku menggarukkan kepalaku karena tidak paham apa yang dia maksud. Kenapa aku tidak merasakan kalau Diego sering merhatiin aku di kampus? Bukannya aku biasanya tahu segalanya tentang orang lain? Apa lagi orang yang suka perhatiin aku. Aku pasti akan merasakannya.

“Masa sih Kak Diego suka merhatiin aku?”

“Iya loh, Ze. Kak Diego itu suka senyum sendiri juga pas lihat lo.”

“Masa?”

“Eh, emangnya tadi gue bilang apa?” tanya Maudy yang mencolek pinggangku sehingga membuat sifat latahku muncul. Karena pada dasarnya aku tipe orang yang gelian. Aku memegang tangannya dengan erat agar ia tidak mencolek pinggangku lagi. Maudy hanya terkekeh melihat aku yang kegelian.

“Kalau gue nggak tahu, nggak mungkin gue tanya Kak Diego,” ujarku dengan raut wajah yang kubuat kesal.

“Ya, sudah! Apa yang aku bilang tadi?” tanyanya yang masih ngotot untuk aku mengatakan apa yang kudengar dari pikirannya.

“Zenia sok cantik yang selalu diperhatiin Kak Diego.”

“Wah … benar! Selamat! Anda mendapatkan hadiah mobil mewah. Yey!!!” seru Maudy dengan menepuk-nepuk kedua tangannya seperti anak kecil.

“Ze!!!”

Kudengar suara anak-anak yang berasal dari dekat rak buku memanggil namaku. “Apa?” tanyaku yang menatap kesal ke arah mereka berdua. Kulirik, Maudy keheranan melihat aku melihat ke arah lain dengan kesal.

Zenia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang