Benarkah Ini?

2.9K 212 27
                                    

Aku berjalan dengan cepat dan sangat gusar. Ya! Aku sedang sangat gusar saat ini. Kenapa aku terus diganggu oleh mereka yang tak kasat mata di mana pun aku berada? Kenapa mereka tidak mau bersahabat dengan keadaanku yang ingin bersikap normal seperti manusia lainnya? Rasanya aku ingin lari dan bersembunyi saja seperti dulu. Tapi, aku tidak tahu harus ke mana karena mereka pasti akan menemui tempat persembunyianku. Ke mana pun kaki ini melangkah, mereka akan terus mengikutiku. Aku tidak bisa sembunyi dari mereka yang tak kasat mata.

Langkahan kakiku semakin cepat dengan kepala yang kutundukkan sedari tadi. Sampai aku tak sadar bahwa aku telah menabrak seseorang. Untungnya, orang itu dengan cepat menompang tubuhku sehingga aku tidak terjatuh dan mencium lantai licin di bawahku.

“Kamu tidak apa-apa, Ze?”

Aku mengenali suara yang ditangkap oleh telingku. Aku mendongakkan kepalaku dan terlihat wajah khawatir milik Diego di hadapanku. Aku kembali melihat sekelilingku, roh-roh itu masih mengelilingiku. Saat aku sedang berada di dekat orang lain pun, mereka masih terus berbicara padaku meminta bantuanku. Bukan hanya itu, hantu kuntilanak yang tempo hari mengusak situasi amanku antara aku dan Faeyza kembali mengusikku. Ah, aku benci dia yang terus mengangguku walaupun sudah kutolak berkali-kali.

Tak terasa, saking takutnya dengan energi yang dikeluarkan oleh hantu perempuan itu dan bau anyir yang terlalu menusuk pernapasanku, air mata mengalir begitu saja dari mataku. Dan itu semakin membuat Diego khawatir terhadap diriku.

“Kamu kenapa, Ze? Apa ada yang menyakitiku?”

“Kakak harus bantu aku!”

“Oke, kamu tenang dulu. Apa yang harus aku bantu?”

“Temani aku sampai ke kelas.”

Ia menganggukkan kepalanya pelan. Lalu ia memegang tanganku dan mengajak aku kembali berjalan. Namun, hantu perempuan itu tidak menyerah. Ia semakin terus mengangguku.

“Kamu kenapa, Ze?”

“Ada yang mengangguku, Kak.”

Diego mencepatkan langkahannya. Lalu kami berdiri tepat di sudut koridor yang dimana terletak lift di hadapan kami. Diego menuntunku masuk ke lift ini. Kupikir, hantu itu akan berhenti di depan lift. Ternyata tidak! Ia malah ikut masuk dan kini ia berdiri sangat dekat denganku. Ia menampakkan wujud aslinya yang sangat mengerikan. Aku memegang lengan Diego dengan sedikit meremasnya. Begitu lift terbuka, aku langsung melepaskan pegangan itu dan berlari keluar lift meninggalkan Diego. “Terima kasih banyak, Kak!”

Aku berlari sangat kencang sehingga aku menambrak dan menyenggol banyak orang sehingga banyak makian yang keluar dari mulut setiap orang yang kutabrak. Aku melihat ruang D. 3.4. dan semakin cepat kaki ini berlari. Begitu kaki ini memijak lantai ruangan, pandangan kuedarkan untuk mencari sosok Maudy. Begitu aku mendapat sosok sahabat nyataku itu, aku langsung menghampiri dirinya yang duduk di pojok depan kelas bagian pintu dan ikut duduk di sampingnya.

“Lo kenapa?” tanya Maudy yang penasaran dan terkejut dengan kehadiranku yang sangat berantakan ini. Tak lama, kulihat Diego berdiri di depan pintu masuk dan tersenyum ke arahku. Aku hanya membalas senyuman itu singkat dan ia pun menghilang dari sana alias meninggalkan ruangan ini.

“Habis kejar-kejaran dengan Kak Diego?” tanya Maudy lagi yang masih penasaran. Aku tidak menjawab satu pun pertanyaannya karena napasku masih terengah-engah. Aku masih sibuk mengontrol pernapasanku.

Zenia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang