Yi Sib Si (24)

4.1K 215 5
                                        

Araya's POV

Sejak hari itu,  Ellen memaksa pulang ke indonesia sendirian. Membuat kami terutama aku menjadi panik dan bingung. Mau tak mau aku ikut pulang bersama Ellen. Dan meninggalkan sahabat sahabat kami disana.
Selama perjalanan Ellen tak mengeluarkan suara bahkan membuka mulutpun tidak. Tapi, aku mengetahui bahwa ia hanya menangis. Sesampainya aku dan Ellen dirumahnya, Ellen benar benar mengusirku mentah mentah. Dirasakan dari dorongannya, aku bisa tau bahwa dia benar benar sangat membenciku.

Ya, aku tau dia sudah pasti membenciku. Aku pantas mendapatkannya. Ini memang sepenuhnya salahku. Aku yang terlalu bodoh dan pengecut. Tapi, aku terpaksa melakukannya. Siapa yang ingin koma. Disaat tubuh sehat sehat saja. Itu terasa pegal dan sakit saat harus terbaring sepanjang hari. Itu semua karena aku benar benar tak ingin kehilangan ellen ku. Ellen yang tak pernah terganti.

Seharusnya aku tau akan jadi seperti ini. Sedalam apapun bangkai dikubur, akan tercium juga akhirnya kan. Seharusnya aku memikirkan cara lain yang lebih baik. Tapi, apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Aku sudah dibenci oleh ellen. Dan tentu saja ellen marah pada sahabat sahabat kami yang ikut terlibat.

Nyaris saja setiap detik aku menelpon dan mengirim pesan pada Ellen. Tapi tak satupun dibaca olehnya. Aku pun selalu kerumahnya tapi, ia sama sekali tak mau menemui ku. Hanya ayah yang keluar. Aku tau ia diposisi bingung antara pihakku dan pihak anaknya sendiri. Tapi tak apa. Aku yang mengalah. Aku mengerti Ellen butuh waktu yang tidak sebentar.

Ini sudah hampir satu bulan kami benar benar tidak bertemu. Bahkan tidak berkomunikasi sekalipun. Aku benar benar tersiksa. Sangat amat tersiksa.

Aku rindu kecupannya, ciuman bibirnya, aroma tubuhnya, rindu memeluk tubuh mungilnya. Menggandeng tangannya. Mencium pipinya. Membelai rambutnya. Segalanya. Aku benar benar rindu. Aku hanya bisa menatap foto foto kami. Jika boleh jujur sebenarnya ada yang benar benar merindukannya selain aku. Tak perlu kusebut namanya kan? Kau akan paham tanpa aku mengatakannya.

***

Sudah satu minggu aku mulai memegang perusahaan mommyku. Aku memutuskan tidak kuliah, tentu saja itu membuang waktu dan uang. Ditambah lagi banyak hal yang perlu aku urus dikantor, aku tidak punya waktu untuk kuliah. Lagipula, belajar yang sebenarnya adalah saat kau terjun langsung kedunia bekerja. Kau tentu akan mendapat hal yang pasti diluar dunia kuliah. Sebenarnya itu hanya pola pikirku. Aku tidak akan menyia nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan padaku saat ini.

Jangan kau tanya hubunganku dengan Ellen. Aku nyaris berpikir dia tak mencintaiku lagi. Itu terbukti saat kami benar benar kehilangan komunikasi. Aku tau bahwa Ellen mendaftar kuliah di sebuah Universitas swasta yang cukup terkenal dikota ini.

Aku hampir gila, karena terus berkhayal menikah dengan Ellen. Dia benar benar membuatku gila. Amat sangat gila. Merindukannya setiap detik. Setiap hari disela waktu ngantorku, aku menyempatkan diri menjadi penguntit. Aku tau apa saja yang Ellen lakukan. Bersama siapa dia setiap harinya. Tapi, ini seperti aku dan dia dibatasi oleh dinding besar yang tak bisa aku tembus. Pernah beberapa kali aku mencoba untuk menemuinya, tapi diluar dugaan dia meneriaki ku sebagai pencopet. Aku tidak tau darimana ide gila itu terbesit dalam pikirannya. Itu membuat ku hampir dikeroyok masa, untunglah masa percaya dengan penjelasanku bahwa orang sepertiku tidak mungkin mencopet. Oh mungkin benar. Aku mencopet. Tapi aku hanya berniat mencuri hatinya lagi.

Sore ini, aku dan mommy akan berangkat ke Pekalongan, dimana ayahku dilahirkan. Sementara bibi Pong pulang ke Thailand. Oh tak lupa kety dan benji. Kau ingat? Tentu saja dia ikut serta dalam perjalanan kami. Sudah lama aku tak sering bersama mereka.

Setelah berjam jam dalam perjalanan. Aku dan mommy tiba diPekalongan pada pagi hari. Ini sudah pukul 07:15. Seharusnya aku telah sampai sejak subuh tadi, meskipun menggunakan mobil kesayangan milikku, tetap saja aku tak bisa menerobos kemacetan.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang