Yi Sib Song (22)

6.8K 286 86
                                        

Warning : part ini mengandung anak sudah 10 bulan. Eh maap maksud author mengandung adegan 19+. Dan (kalo) ada efeknya tanggung sendiri. 😀 kalo lho ya. Buat pembaca yang masih 19- dan jomblo sebaiknya jangan baca. Takut kepengen. *plak*  btw gua gagal fokus sama P audi wkwk Langsung aja wkwk

~~~~

"Oke. Hmmm dare ya. Kita mau kamu...." ucap forth menggantung. Ia menatap beam dan sena sambil menyeringai. Forth membisikkan sesuatu pada beam dan sena. Yang akhirnya Beam dan sena terlihat mengangguk dan setuju.

"Cium araya sambil duduk dipangkuannya" lanjut beam.

"APAAAAA??!!!" seru ellen.

"Iya. Harus lho ya" tuntut sena.

"Ak.. aku minum jus pare aja deh" pinta ellen.

"Ngga bisa dong. Itu terserah kita hahah" timpal forth. Ellen menatap araya dengan sedikit canggung dan takut.

"Ngga apa kalau ngga mau" ucap araya.

"Ellen. Buktikan dong kalau kamu benar benar calon istrinya" goda beam. Ellen mengerutkan alisnya.

"Ayo. Ayo. Ayo." Sorak beam forth dan sena.

"Ayo ellen." Seru sena lagi. Perlahan ellen berdiri. Dengan sedikit keberanian ia duduk menghadap araya dipangkuannya. Ellen melirik dada araya yang terekspos dengan jelas. Peluh yang membasahi dadanya membuat araya terlihat sexy. Araya menatap ellen. Pandangannya tak lepas, seakan menyelidiki sesuatu yang ada pada tubuh ellen. Tangan ellen kini perlahan meraih rahang kiri araya. Ia mendekatkan wajahnya pada araya. Dan mengecup bibir araya. Melumatnya pelan tapi pasti. Perlahan araya memeluk tubuh ellen dan merapatkan tubuhnya dengan tubuh ellen.

"Awh manisnya" gumam beam.

"Kalian jangan ikutan ya. Gue ngga ada pasangannya nih huhu" ucap sena.

Araya membalas ciuman ellen dengan sedikit ganas. Lima menit sudah mereka berciuman. Mengabaikan tiga manusia yang kini sedang menontonnya. Nafas araya sudah tersengal sengal. Dan semakin mengganaskan ciumannya. Membuat oksigen disekitar ellen seakan semakin menipis.

Tak lama ellen melepaskan ciuman mereka karna ellen mulai merasa ada sesuatu yang mengganjal tepat dibagian sensitifnya yang kini menempel pas dengan bagian sensitif araya. Tapi dengan sigap araya kembali menarik tubuh ellen kepelukannya dan melumat bibir ellen kembali. Ia memeluk tubuh ellen cukup erat. Ciumannya pun semakin ganas. Bahkan ciumannya sudah menjalar turun menjelajahi leher serta dada ellen. Entah kenapa araya menjadi seagresif itu bahkan berani melakukannya didepan teman temannya.

Dengan sekuat tenaga, ellen mendorong araya. Dan segera berdiri.

"Ko udahan sih? Lagi seru padahal" ucap sena berlagak kecewa.

"Ngga. Araya lepas kontrol" balas ellen cemberut. Araya hanya terkekeh sambil menatap ellen. Nafasnya masih memburu. Sementara ellen menjadi takut.

"Aku ngga mau kaya gitu. Sebelum kamu ingat semuanya. Kalau begini. Sama aja aku ciuman sama orang lain" celetuk ellen.

"Hmmm yaudah mainnya udahan aja deh" ucap sena.

"Emmh sudah malam. P forth ayo pulang" ajak beam.

"Gue juga mau pulang" timpal sena.

"Oke. Araya. Ellen kita pulang dulu ya" ucap forth.

"Ohh gitu. Yaudah. Hati hati kalian" ucap ellen.

Araya dan ellen mengantar teman temannya sampai depan parkiran. Lalu keduanya kembali masuk. Ellen tak berkata sepatah katapun. Ia langsung berjalan kelantai atas menuju kamarnya. Malam ini ia menginap dirumah araya. Saat ellen sampai dipintu kamarnya. Araya menarik tangan ellen. Dan mengunci tubuhnya dengan tangannya didinding. Araya menatap ellen dalam.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang