Pagi itu mereka bertiga bangun sedikit terlambat, dan Kirika hanya memandangi Shige dan Hiro yang sedang tertidur. Kirika tersenyum melihat wajah Hiro dan Shige yang sedang tidur. Wajah mereka lucu sekali, batin Kirika gemas.
Suster kemudian masuk dan membawakan sarapan, sampai akhirnya Hiro dan Shige pun terbangun, lalu mereka segera bersiap untuk mandi. Hiro menggunakan kamar mandi di rumah sakit sementara Shige menggunakan kamar mandi di kamar Kirika.
Kirika merasa tidak ada nafsu makan. Infusnya sudah dicabut dan sekarang dia harus makan.
Dengan malas, Kirika mengaduk-aduk bubur di depannya. Hiro yang baru selesai mandi masuk ke kamar Kirika, “Lho? Masih belum dimakan? Nanti keburu dingin,” Hiro cepat-cepat meletakkan barangnya dan mendekati Kirika.
“Aku tidak lapar...”protes Kirika.
“Tapi kamu harus makan, kalau tidak kapan keluar dari rumah sakitnya?” Hiro lalu mengambil sendok Kirika dan menyuapinya, "Kamu tidak terbiasa makan dengan tangan kiri ya..."
Wajah Kirika merona merah. Dengan kikuk, Kirika melahap bubur itu. Samar-samar Kirika dapat mencium wangi sabun saat Hiro menyuapinya.
“Jadi seperti anak kecil ya...” gumam Kirika sambil menelan buburnya.
“Ha ha ha... Iya...” Hiro menyendok bubur lagi.
“Tuh kan... Ya sudah, biar aku makan sendiri saja...” Kirika berusaha mengambil sendoknya kembali.
“Tidak usah, tangannya masih sakit kan? Biar aku bantu aja,” Hiro menghindar dan sudah menyodorkan sendok lagi ke depan muka Kirika. Kirika terpaksa menurut, walau sebenarnya dia ingin makan sendiri dengan tangan kirinya.
Shige keluar dari kamar mandi dan memandang mereka dengan cemburu. Tapi perasaan itu cepat-cepat diusirnya dan Shige segera membereskan barangnya.
“Hiro-sempai, kamu tidak ke sekolah?” tanya Shige sambil mengancingkan jas seragamnya.
“Tidak...”
“Eh? Tapi kan hari ini masih ada pelajaran?” Kirika jadi merasa tidak enak kepada Hiro.
“Bilang saja, aku menjaga Kirika sampai ibunya datang, ok?” Hiro mengerling ke arah Shige yang kelihatan tidak senang.
“Baiklah...” akhirnya Shige selesai bersiap-siap dan hendak meninggalkan ruangan.
“Hati-hati di jalan ya...” Kirika melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Shige.
“Cepat sembuh ya, nanti aku ke sini lagi setelah pelajaran selesai,” Shige membalas senyuman Kirika dengan berat hati, dan membuka pintu lalu keluar dengan lemas.
“Kirika, ayo sedikit lagi,” Hiro menyodorkan satu sendok bubur terakhir kepada Kirika.
Setelah Kirika selesai makan, Hiro menyuruh Kirika beristirahat lagi. Setengah jam berlalu, dan suster kembali membawakan teh hangat sambil kemudian memeriksa keadaan Kirika.
Kirika sedikit penasaran karena Hiro kemudian meminta suster menjaganya sebentar, lalu Hiro keluar dari kamar. Kirika jadi tidak bisa tidur. Rasa penasaran memenuhi hatinya dan akhirnya Kirika hanya menatap jendela yang menghadap ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's what the world calls love! -Hidden Relationships-
Teen FictionTempat tinggal baru, sekolah baru, dan kehidupan SMA yang indah menantinya. Itulah yang ada di benak Kirika saat dia pindah ke Tokyo dari Hokkaido. Mungkin dirinya tidak sadar, tidak hanya perpisahan dengan sepupu kesayangannya, Ryu, yang akan membu...