Hiro lama memandangi partitur di depannya tanpa mengedipkan mata. Dengan ragu-ragu, diraihnya sebuah biola yang bertengger tidak jauh dari sana, dan Hiro pun mulai memainkannya.
Sesaat perasaan Hiro terhanyut ke masa lalu. Diingatnya saat-saat dia pertama kali jatuh cinta pada suara biola yang merdu, pertama kalinya mengikuti les biola, pertama kali bermain di depan banyak orang, pertama kalinya mendapat pujian dan hadiah dari perlombaan, dan sampai pada saat di mana dia tidak ingin bermain biola lagi.
Ditariknya penggesek biola itu dengan tiba-tiba, napasnya tersenggal-senggal. Hiro meletakkan kembali biola itu, lalu duduk di bangku. Kepalanya bertumpu pada kedua tangannya. Lupakan... semua itu sudah berlalu. Tapi sampai kapan aku harus mengingatnya?! Hiro ingin berteriak sekencang-kencangnya tapi tidak bisa.
---------------------------------------------
Kirika berlari-lari ke ruang panah, dengan perasaan was-was akan terlambat latihan, karena sehabis bel sekolah Kirika harus menghadap guru matematikanya dulu karena kertas ulangannya lupa diberi nama. Shige berjalan tidak jauh di belakangnya, seperti biasa akan menunggui Kirika selesai latihan memanah. Sebelum Kirika menutup pintu gedung dia berbalik ke belakang dan melambaikan tangan kepada Shige yang kemudian menunjuk tempat duduk di depan gedung olahraga, memberi sinyal bahwa dia akan menunggu seperti biasa disana.
Kirika menutup pintu dan baru disadarinya Hiro sedang termenung di depan ruang ganti, berdiri mematung seorang diri dengan busur di tangan kanannya.
Kirika berjalan mendekatinya lalu bertanya, “Kenapa? Latihannya sudah mulai kan?”
Hiro lalu membalikkan wajahnya dan memandang Kirika. Pandangan yang tidak dapat Kirika mengerti apa yang sedang Hiro pikirkan.
Tanpa berkata apa-apa, Hiro tiba-tiba menarik tubuh Kirika dan mendekapnya, melepas busurnya begitu saja ke lantai.
Kirika merasa terkejut dan tidak menyangka Hiro akan memeluknya seperti ini. Wajah Kirika merah padam, jantungnya berdetak dengan kencang, dan seluruh tubuhnya terasa panas. Kejadian itu terjadi begitu cepat, Kirika tidak tahu harus berbuat apa.
“Hi... Hiro-sempai??”
Hiro tidak berkata apa-apa, tapi tidak merenggangkan tangannya sama sekali. Saat itu tiba-tiba rasa panik membanjiri pikirannya. Berbeda seperti saat Kirika merasakan kehangatan saat Ryu memeluknya, kali ini dia tidak merasa nyaman sama sekali. Tidak baik bila ada yang melihatnya, mengingat sekarang ini Hiro sudah mempunyai tunangan. Tapi Hiro tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan Kirika.
Sementara itu, Shige sedang duduk di dekat pintu masuk gedung olahraga, dan memainkan handphone-nya. Kanna yang berjalan menuju gedung olahraga menegurnya, “Sedang apa kamu di sini?”
“Hmm... Menunggu Kirika,” jawab Shige cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's what the world calls love! -Hidden Relationships-
Teen FictionTempat tinggal baru, sekolah baru, dan kehidupan SMA yang indah menantinya. Itulah yang ada di benak Kirika saat dia pindah ke Tokyo dari Hokkaido. Mungkin dirinya tidak sadar, tidak hanya perpisahan dengan sepupu kesayangannya, Ryu, yang akan membu...