Suara burung berkicau sayup-sayup terdengar dari balik jendela dan harum roti panggang tercium dari balik pintu. Shige perlahan membuka matanya. Sosok pertama yang dia lihat adalah Risako yang sedang duduk di kursi di samping tempat tidurnya.
"Sudah bisa bangun? Apa ada yang sakit?" tanya Risako cemas.
Shige menggeleng pelan dan beberapa saat kemudian dia tahu bahwa dia sudah ada di villa Hiro kembali.
"Aku kenapa?" tanya Shige sedikit bingung.
"Kemarin kan kamu dan Ki-chan terjebak badai, trus kamu ketiduran di pondok kecil. Untungnya Hiro-sempai datang menolong kalian..." jelas Risako.
Shige merasa sedikit sedih saat mendengarnya. Rasanya ada suatu perasaan bersalah dan menyesal yang sangat dalam menderanya.
"Shige, makan dulu sedikit, dari kemarin malam kan kamu belum makan."
"Risako, sekarang Ki-chan ada di mana?" tanya Shige tidak memperdulikan Risako.
"Dia... sedang menunggui Hiro-sempai..." jawab Risako singkat.
"Hiro...? Memang Hiro-sempai kenapa?" Shige jadi semakin merasa khawatir telah melibatkan banyak orang.
"Waktu turun badai Hiro-sempai nekat mencari kalian di dalam badai, untung dia bawa alat komunikasi yang sebelumnya dia berikan pada Yamada, jadi begitu dia berhasil menemukan kalian, Yamada dapat memberitahukan posisi kalian kepada tim SAR. Waktu Hiro-sempai menemukan kalian, tubuh Ki-chan sudah sangat dingin..." Risako rasanya sudah tidak ingin melanjutkan ceritanya lagi.
"Lalu?"
Risako menarik napas, "Lalu Hiro-sempai menolong Ki-chan dengan cara mendekapnya untuk mengembalikan suhu tubuhnya..."
Shige semakin merasa sakit saat mendengarnya. Bukan badannya yang sakit. Dia tidak menderita luka apapun. Tapi rasanya semakin sulit untuk bernapas. Rasanya dia tidak ingin berhadapan dengan siapa pun dulu saat ini. Yang terpikirkan olehnya sekarang hanyalah perasaan bersalah kepada Kirika.
Yamada lalu masuk ke kamar dan duduk di samping kasur Shige.
"Bagaimana keadaanmu, Shige?"
"Sudah tidak apa-apa... Kalau Hiro-sempai dan Ki-chan?" Shige balik bertanya.
"Hiro-sempai masih belum bangun. Ki-chan sedang menungguinya."
"Oh..."
-------------------------------------
Angin bertiup semakin kencang, dan tangan mungil yang berpegangan pada pinggir baju Hiro pun menggenggam semakin erat. Suhu udara yang dingin semakin menusuk kaki dan membuat berat langkah-langkah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's what the world calls love! -Hidden Relationships-
Fiksi RemajaTempat tinggal baru, sekolah baru, dan kehidupan SMA yang indah menantinya. Itulah yang ada di benak Kirika saat dia pindah ke Tokyo dari Hokkaido. Mungkin dirinya tidak sadar, tidak hanya perpisahan dengan sepupu kesayangannya, Ryu, yang akan membu...