“Kenapa? Gugup ya?” tanya Hiro.
Kirika hanya mengangguk pelan sambil tetep memandang ke depan. Mereka sedang duduk menunggu giliran mereka untuk tampil di lomba yang telah mereka persiapkan matang-matang. Giliran sekolah mereka berada di urutan terakhir, semakin menambah beban mereka karena harus menunggu dengan perasaan tidak tenang. Kirika memandang gugup ke arah lawan-lawannya. Sepertinya mereka semua sangat terampil. Semua nilainya selalu di atas 90, membuat persaingan semakin ketat.
“Rekor baru, 97, diraih oleh SMA Futaba.”
Gawat... apa kita bisa mendapat nilai lebih besar dari 97? Kalau gagal bagaimana? Tangan Kirika rasanya sudah dingin membeku. Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar dengan keras.
Hiro menatap Kirika, kemudian menyadari bahwa Kirika sangat gugup. Bisa-bisa nanti penampilannya tidak maksimal kalau begini terus. Perlahan Hiro meraih tangan Kirika dan menggenggamnya pelan. Kirika merasa sangat terkejut, namun entah kenapa kehangatan tangan Hiro membuatnya merasa tenang kembali. Kirika memandang Hiro dan dilihatnya Hiro sedang menatap lurus ke depan.Kirika dapat merasakan jantungnya berdebar kencang. Sebenarnya sejak dia memasuki tempat lomba memanah ini jantungnya sudah berdebar-debar tidak karuan karena tegang, namun sekarang debaran jantungnya yang kencang terasa berbeda.
“Jangan pernah berhenti menyerah sampai akhir ya...” Hiro berbisik pelan kepada Kirika.
Kirika mengerti maksud Hiro. Apa pun yang terjadi, mereka harus berusaha sebaik mungkin. Degupan jantung Kirika pun mulai kembali seperti semula. Rasanya sekarang dia sudah tidak ada beban lagi. Entah kenapa, Kirika mulai mengerti kalau Hiro berusaha menenangkannya. Dan ajaibnya, Kirika merasa dia tidak sendirian menghadapi semua tekanan ini, dia memiliki rekan di sampingnya yang akan sama-sama berusaha.
“SMA Valkyrie.” Suara dari speaker telah memanggil Hiro dan Kirika untuk segera maju ke arena memanah.
Mereka kemudian berdiri. Perlahan mereka berjalan menuju tempat masing-masing. Kirika masih agak tegang saat memakai sarung tangannya, dan sekilas dia melirik ke arah Hiro. Hiro pun ternyata sedang memperhatikan Kirika. Hiro mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Tanpa basa-basi lagi, Hiro kemudian menarik tali busurnya dan... TAK! Anak panahnya yang pertama mengenai sasaran.
Kirika menarik napas dalam-dalam, lalu menarik tali busurnya. Setelah berkonsentrasi sebentar, Kirika melepas tali busurnya... Rasanya lama sekali busur itu sampai ke sasaran, namun... TAK! Dengan keras busur itu menancap tepat di sasaran.
Beberapa anak panah lagi yang harus mereka luncurkan dan makin ke belakang beban mental yang dirasakan terasa semakin berat. Dua menit berlalu bagaikan satu jam. Walau hanya sebuah anak panah, namun anak panah terakhir yang ditembakkan Kirika sangat menentukan segalanya. “Nilai sempurna, 100, SMA Valkyrie.”
Kirika berlari menghampiri Hiro sambil tersenyum puas. “Kita menang!!” sorak Kirika sambil menjabat tangan Hiro. Hiro hanya tersenyum kecil, “Iya...” Teman-teman klub memanah pun segera berlari menghampiri mereka dan memberi selamat. Hari itu Kirika untuk pertama kalinya melihat Hiro tersenyum lebar kepadanya dengan ekspresi sangat bahagia. Selama ini Kirika menyangka Hiro tidak akan membuat ekspresi wajah seperti itu. Entah kenapa, Kirika merasa sesaat waktu terhenti saat pandangan mata mereka bertemu. Kebisingan yang ada di sekitarnya tiba-tiba seperti lenyap entah kemana. Namun teman-teman satu klubnya segera membuyarkan perasaan aneh itu dan mereka pun berjalan kembali ke tempat mereka duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's what the world calls love! -Hidden Relationships-
Teen FictionTempat tinggal baru, sekolah baru, dan kehidupan SMA yang indah menantinya. Itulah yang ada di benak Kirika saat dia pindah ke Tokyo dari Hokkaido. Mungkin dirinya tidak sadar, tidak hanya perpisahan dengan sepupu kesayangannya, Ryu, yang akan membu...