Terkadang, pedas manisnya mulut seseorang belum tentu menceritakan karakter dirinya. Seperti kata pepatah, "Don't judge book by the cover!"-Delima-
*
Aku membaca kertas, yang berisi alamat Patrick. Bos menyebalkan itu.
"Jalan kavling, nomor 12?" Aku bersuara, "Wait! Itu kan apartemen elit?!" Lanjutku dengan suara keras.
"Yahiyalah. Dia kan orang kaya Lis," gumamku sambil menggaruk kepala.
Sebenarnya, aku sudah malas mengantar jas bos ini. Tapi karena aku takut dengan segala ucapannya, terpaksa aku mengikutinya. karena apapun yang dikatakan oleh seorang Patrick Alardo percayalah itu semua berbisa.
Aku menatap geung besar, berisikan puluhan bahkan ratusan apartemen itu dengan ragu. Menarik nafas pelan, lalu mulai melangkahkan kaki ke dalam.
''Teng nong." Bahkan aku ragu memencet bel. Asataga! Ada apa dengan diriku?
"Ceklek." Suara pintu yang ditarik terbuka terdengar.
Astafi..ini si Patrick gak pakek atasan? aku ulangi, dia bertelanjang dada. demi apapun, sesuatu menggelitik didalam tubuhku. aku menatap roti sobek di depanku ini, cuci mata! astaga, mikir apa sih!
"Sponge? ngapain kamu? jual sayur?" Pertanyaan beruntun macam apa itu.
"Yah, nganterin jas bapaklah," balasku seadanya, tapi agak ketus di akhir kata.
"Nganterin jas, tapi matanya kok ke perut saya." Tidak kalah ketus dan tajam balasannya.
Patrick menarik jasnya lalu menutup pintu, tanpa mengucapkan apapun. sukses aku melongo.
Bukan karena dia tidak mengucapan terimah kasih, yang membuatku diam, tapi kata ini, "nganterin jas, tapi matanya kok ke perut saya."
Pipiku bersemu merah, ketangkap basah ngilernya Lis! lalu, aku pergi sambil menghentakkan kaki.
'Kuatkan aku Tuhan' mohonku dalam hati.
Pagi ini, aku berdoa berharap hari ini indah meski sudah 6 bulan rasanya hidupku asam karena Patrick. dan terbukti di keenam bulan 15 hari, kabar buruk yang kudapat. Help!
"Gak mau! argggg, kenapa harus gue sih? kenapa?!'' aku bersungut kesal dengan suara, yang kuperkirakan 8 oktaf.
"Jadi mau gimana Lisha? ini sudah keputusan Pak Patrick untuk memindahkan kamu." Pak Ahmad menjelaskan.
"Kenapa si Patrick sialan itu, terus menganggu hidup gue Pak?" Tanyaku, dengan nada lemah.
"Yang sabar yah." Pak Ahmad menepuk bahuku.
Pak Ahmad ini, seniorku di housekeeping, kita akrab banget. dia sebagai leader room. orangnya ramah, baik, dan udah aku anggap kayak bapak sendiri.
"Kenapa muka lu kayak gitu?" Suara Andini teman sedivisiku membuayarkan lamunanku.
"Gue dipindahin jadi asisten si bos gila!" balasku kesal.
Andini mengernyit heran, "bos gila?"
Aku hanya mengangguk, lalu mengusap kening.
"Pak Patrick Alardo maksud lu?" tanyanya. "Pak Patrick?"
Andini bertanya dengan wajah tidak percaya."Iya, emangnya di dunia ini siapa lagi yang bernama Patrick Alardo? cowok sialan sok ganteng!" sinisku.
"Astaga, gila lu! demi apapun, gue mau tukeren posisi jadi lu, Pak Patrick itu kayak dewa yunani tau gak, cakep!" Mata Andini berbinar, lalu senyum terbit di wajahnya.
Dalam hati, aku mengumpat. bisa-bisanya si Andini muji cowok bermulut cabe itu.
"Tapi dia ngomong kayak bon cabe, pedes," balasku.
"He em, dan sexy!!!" tambah Andhini.
Halah, basi! Aku yakin si Andhini juga bakalan sama denganku. Tentunya, jika kami bertukar posisi.
Sekarang yang harus aku pikirkan adalah, menghadapi Bos bermulut cabe itu.
~
"Kamu pasti sudah tau, kalau kamu sudah dipindahkan. silahkan kamu baca kertas didepan kamu." Tegas dan dingin, hanya itu yang keluar dari bibir merahnya.
Aku mengambil kertas itu, lalu dengan malas membacanya.
"Pak, ini nomor 7 tugas saya?" tanyaku heran.
"Kenapa kamu malah nanya? apa perlu saya ulangi?"
Aku berdecih lalu mengumpat pelan.
"Ngapain kamu?" tanyanya.
"Ha? kenapa Pak?"
"Jangan berani kamu mengumpat di depan saya!" Bisa kupastikan ini suara terbesarnya.
Mati aku!
"Maaf Pak."
Gimana gak marah cobak? yakali aku disuruh , nyiapin makan dia 3x sehari. Hello! emangnya aku baby sitter?
-
Aku merebahkan tubuh di kasur, menghembuskan nafas lelah sekaligus frustasi. semua ini gara-gara tuh cowok ! seandainya aku bisa resign, tapi aku takut Emak kecewa sekaligus takut bayar denda yang nilainya 3 bulan gajiku. kenapa tinggi? yaiyalah, ini hotel bintang 5 plus diamond."Drrt...drtt..." suara ponselku terdengar, dengan malas aku mengangkatnya.
"Halo, gue jangan digangu-"
"Sponge?" suara dari sana terdengar.
Mataku melek, lalu bergerak duduk, menatap jejeran angka yang sama sekali tidak dalam nama kontak aku, yang artinya gak aku kenal.
Sponge?
Satu-satuny-...Patrick?
"Pak Patrick?"
"Iya, ini saya. mana, makan malam saya?" ketusnya.
"Tapi Pak, inikan sudah di luar jam kerja," balasku kesal.
"Hey! kamu lupa isi kertas itu? haa? udah tua kamu emang? anter!"
"Buk-"
"Saya tunggu!"
Pip.
"Patrick Alardo sialan!"
#Tbc
Jangan lupa Krisan dan apresiasinya yah'-'
Follow my Ig: Delimasiahaan2
Thanks
Salam manis
Delima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss And Me (End)
RomancePunya Bos galak, sombong, dan angkuh. Plus membuatmu berada di dalam drama, lingkaran kehidupannya. Kalian pikir aku baik-baik saja? Catat baik-baik, aku Siti Alisha. Membenci Patrlick Aliardo.