19. Patrick

7.7K 535 42
                                    

Hai sobat wattpad! Masih ada yang ingat sama Patrick-Alisha, ga?

Mau lanjut atau enggak? Kalau ada 50 komen, aku lanjut yah.

By the way, ini spesial pov Patrick. Mohon maaf, kalau hengkang lama. Author hanya patah hati, karena naskah gagal terbit.

Tahu kan rasanya patah? Dia perlu waktu untuk sembuh.

Udah deh, bacot terus. Selamat membaca teman-teman.

*

Jantungku masih berdetak tidak beraturan karena ucapan Alisha tadi, bagaimana mungkin gadis itu mengatakan pisah sementara hatiku ingin segera meng-sah-hubungan kami.

Oh Alisha, tidak bisa. Kamu hanya milikku, Sayang. Sampai kapanpun aku tidak melepaskanmu. Itu janji, seorang Patrick Aliardo.

Masih dengan tangan bergetar, aku meraih ponsel lalu menghubungi Okta-bawahanku di hotel.

"Aku tidak mau tahu, kalau sampai siang ini belum ada kabar dimana Alisha berada, aku akan memecatmu!" Teriakku berapi-api. Lalu memutuskan sambungan, sebelum pria disana membalas kataku.

Astaga aku gila, bagaimana mungkin seorang Siti Alisha mendominasiku hingga segila ini?

"Pasti ada solusi, oh ayolah."

Ketika aku kembali menatap ponselku, bibirku tersenyum melihat panggilan yang baru bertelepon dengan gadisku. Aku tersenyum miring.

"Aku datang Sayang."

*

Sudah lima belas menit aku duduk di teras rumah Gaby, bawahan di hotel cabang ku. Tapi gadisku masih belum menunjukkan batang hidungnya.

"Pak-maaf, Alisha gak mau ketemu bapak katanya." Ungkap Gaby gugup.

Aku menelan saliva, semarah itukah kamu sayang?

"Biarkan aku masuk," ucapku dingin.

"Tapi-"

"Kamu mau dipecat?"

Gaby menggeleng keras, lalu menyilahkan aku masuk ke dalam rumahnya yang menurutku bahkan hanya sebesar kamarku.

Saat aku sampai di depan kamar, yang sudah diberitahu Gaby. Aku mengetuk pintunya, lalu teriakan Alisha teredam dari dalam.

"Aku gak mau ketemu sama Patrick Gaby! Kamu usir ajah dia, aku benci sama dia!"

Hening beberapa saat, sebelum aku kembali mengetuk pintu.

Ceklek

"Kam-"

Buru-buru aku menahan pintu, tampak Alisha disana terkejut melihatku. Mungkin gadis itu berpikir bahwa yang datang adalah Gaby. Well, kamu salah Baby.

"Sayang, biarkan aku ngejelasin semuanya." Dengan mudah, aku masuk ke dalam kamar itu lalu dalam satu gerakan, mengunci pintu.

"Pergi kamu Patrick! Aku gak mau lihat kamu lagi," ucapnya tajam.

Matanya sudah berair, dan demi apapun. Aku benci melihat dia menangis, dan lebih benci lagi. Ketika tahu, bahwa akulah penyebab wajah sedih itu. Fuck.

"Kamu salah paham Sayang, aku gaada hubungan apa-apa sama Zarra. Demi Tuhan baby." Aku masih berusaha menjelaskan, sembari meraih tangannya. Tapi dengan cepat, Alisha menariknya. Aku tersenyum kecut.

"Gaada hubungan apa-apa kalau didepanku kan? Kalau di belakang kalian ngapain?" Teriak Alisha.

Alisha duduk di pinggir ranjang, lalu menangis tergugu. Hatiku nyerih melihatnya.

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang