15

9.8K 652 34
                                    

Baper itu wajar, trus kalau bapernya udah merambah ke mual. Gimana?-Alisha-

*

"Alisha?"

Buru-buru aku mengerjabkan mata, rasanya aku hampir limbung karena terkejutnya.

"Lagi ngapain kamu?" Dia bertanya lalu maju. Aku agak ragu untuk melihatnya lebih jelas, karena dia setengah naked, hanya dibalut handuk di pinggangnya. beberapa tetes aiir juga jatuh dari rambutnya.

Astaga! Ada apa dengan diriku?

"Lis?"

"Humm?" Aku menggigit bibir, kenapa aku malah bergumam manja, seriusan aku mual mendengar suaraku sendiri.

"Kamu lihat foto itu?"

Aku mengangguk, lalu menatap wajahnya kesal. "Kamu lebay!"

Aku mencampakkan asal selembar foto itu, tentu saja aku mual. Didalamnya ada fotoku dan dirinya. Astaga, aku bahkan lupa kenapa foto candid tapi terkesan mesra itu bisa ada.

Patrick menunduk sebentar, lalu menatapku dengan sepasang mata hitam pekatnya dengan tatapan haru. Sungguh lucu dan menggemaskan sekaligus.

"Kenapa?"

"Mungkin, gadis lain aku perlakukan seperti itu pasti akan berbunga-bunga. Tapi kenapa kamu beda?" Dia bertanya dengan suara pelan.

Aku menyadari bahwa aku salah, tentu saja dia sebagai pria tersindir. Seakan-akan aku gadis yang tidak tahu menghargai barang seseorang.

Apalagi ini?

Buru-buru aku mengulas senyum, lalu mengambil foto itu. Patrick hanya diam, tapi aku tahu dia melihatku.

"Maaf, aku nyakitin hati kamu yah. Aku kelewatan bercanda." Ucapku, sambil memegang telapak tangannya.

Kalau dibilang galak, iya. Itu jelas aku sekali. Gengsian apalagi. Tapi jika aku sudah membuat seseorang sedih, aku tidak segan-segan meminta maaf. Seperti sekarang ini.

"Lis, kenapa aku bisa jatuh sedalam ini sama kamu?" Suara Patrick terdengar jelas di telinga. Mungkin ini efek dia maju beberapa langkah.

Sejujurnya dari hatiku yang paling dalam, aku ingin berkata demikian padanya. Tapi apalah aku? Hanya seorang gadis biasa yang tidak ada apa-apanya.

Bermimpi menjadi cinderella? Tidak, itu bukan kelasku. Aku selalu menjalani hidup dengan logika. Meski kadang hatiku menjerit, tapi sebisa mungkin aku berpikiran cerdas.

Contoh Patrick Alardo ini, awalnya kami seperti musuh. Musuh besar tentunya. Tapi lewat drama yang dia rangkai, dia mengatakan sekarang kalau dia mencintaiku? Itu terlalu impossible untuk terjadi.

"Alisha, buka hati kamu sedikit untuk aku." Suaranya kembali terdengar.

Kali ini, Patrick mengecup keningku. Lama, aku bahkan susah menarik nafas karena menahan debaran di dada.

"Aku sudah jatuh Alisha." Sekali lagi, dia berkata dengan nada lirih.

Aku hanya diam, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

-

"Meeting jam 11 siang Pak, di lantai dua." Aku berbicara pada Patrick sambil membuka tab, untuk melihat jadwal makan siang kami nanti bersama klien dari Hotel.

"Iya. Lisha, apa kamu sudah selesai?"

"Ya!" Sahutku.

"Tolong kesini, pasangkan dasiku."

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang