14. Satu rumah

11.1K 653 27
                                    

Harapanku, cepat keluar dari kandangmu!-Alisha-

*

"Ayolah Patrick, apa ini gak bisa dibicarakan baik-baik." Aku membuka suara, lalu menekuk wajah.

Dengan malas, aku melemparkan bantal kecil ke wajahnya, yang berada di sampingku.

Patrick menangkap bantal itu, lalu memasang tampang geli. Menyebalkan!

"Lah? Kita kan sudah bicara baik-baik sayang?" Dia menaikkan satu alisnya, lalu memamerkan cengirannya yang membuatku ingin menelan pria dewasa itu hidup-hidup.

"Apanya? Kita gak mungkin tinggal satu atap Patrick! Apa nanti kata orang-orang?" Ujarku kesal.

Dasar pria ini, dengan gampang memindahkan diriku ke apartemennya, oh ayolah. Aku ini seorang gadis suci dan punya harga diri. Lalu apa maksudnya ini? Aku menggeleng, membayangkan betapa gilanya pria ini.

"Kita beda kamar, Siti Alisha. Kalau kamu masih ingat itu." Patrick menekankan kata-katanya.

Aku tergagap sebentar, sebelum melanjutkan kata. "Tapi gak menampik, suatu saat kita bisa khilaf Pat!" Seruku keras.

Patrick tertawa kencang, lalu menyudahi tawanya dengan menghembuskan nafas.

"Yang khilaf, aku atau kamu?"

What the-see! Bahkan dia berkata dengan nada sombong juga mengejek? Pria ini memang.

"Patrick!"

"Ya, Siti Alisha yang cantik tapi galak."

Astaga, pria menyebalkan. Bagaimana mungkin aku bisa hidup dengannya nanti?

"Jangan menguji kesabaran ku." Balasku sambil menatapnya tajam.

Patrick diam, lalu menatapku dalam. Sorot matanya membuatku bergidik. Dia gak kesurupan kan?

"Kamu satu apartemen denganku, atau menikah denganku secepatnya?"

Nada dingin, dan tegas secara bersamaan keluar dari bibir merahnya. Aku tebak, dia pasti tidak pernah merokok. Bagaimana jika aku menyentuh bib-astaga! Apa yang kau pikirkan Alisha?! Sadar.

Aku memukul keningku pelan, sejak kapan aku menjadi sedikit mesum gini?

Aku butuh dokter secepatnya, agar oktakku tidak terkombinasi dengan otak mesum Patrick.

"Alisha?"

"Astaga! Apa?" Sontak aku menjawab.

"Jangan membuatku, mengulang pertanyaan." Jawabnya, sambil mengerutkan keningnya. Mungkin bingung karena aku melamun tadi.

Menikah dengannya, bukan pilihan bagus. Tinggal dengannya juga bukan hal baik. Tapi lebih baik untuk saat ini aku memilih serumah dengannya. Toh kami beda kamar.

"Kita beda kamar kan?"

"Iya." Balasnya sambil tersenyum.

Aku berdecih pelan, aku tebak dia pasti senang. Dia selalu membuatku tidak berkutik. What the hell! Aku akan membalasmu Patrick Alardo!

❤️

Dengan segala puji syukur, kupanjatkan kepada Tuhan hari ini. Kabar baiknya Patrick akan pergi ke Medan untuk beberapa hari kedepan karena ada urusan pekerjaan.

Astaga, apa perlu aku merayakannya?

Aku bisa bersenang-senang tanpanya beberapa hari ini, dan yah ternyata apartemen Patrick sangat mewah. Ada bath up besarnya. Pagi tadi aku tidak sempat berendam, mungkin nanti setelah pria itu pergi. Aku bebas menikmati fasilitas di apartemennya.

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang