Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sinar matahari bahkan sudah menunjukkan teriknya, sementara dua insan yang masih satu bulan menikah itu semakin meringkuk dan merapatkan tubuh masing-masing.
Alisha, meregangkan tubuhnya yang pegal setelah dibuat begadang semalaman, kelopak matanya terbuka sempurna saat melihat jam di nakas sudah menunjukkan angka 8 lewat 10 menit, dengan kasar dia mencubit Patrick lengkap dengan teriakan yang memekakkan telinga.
"Bangun! Gegara kamu aku jadi ikutan molor kan!"
Suara nyaring Alisha disusul cubitan-cubitan yang dilayangkannya di paha pria itu, membuat Patrick mau tak mau bangun. Sedikit meringis saat Alisha mengeraskan cubitannya.
"Iya, aku udah bangun Sayang. Maaf, sudah buat kamu lama bangun," ujar Patrick lembut.
Akhir-akhir ini, emosi Alisha sangat tidak stabil, dan Patrick mendadak jadi pria penurut dan lembut jika tidak mau ditinggal Alisha tidur seperti semalam lusa.
Patrick lupa menggantungkan handuk basah, malah meletakkan di ranjang membuat Alisha ngamuk, Patrick menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah kenapa, segala keperfectionistan yang dimiliki pria itu seolah diserap oleh Alisha, tapi Patrick tak mau menyuarakan hatinya sebelum berakhir tidur di sofa.
"Melamun lagi, bangun!"
Suara galak Alisha, membuyarkan lamunan Patrick, pria dewasa hampir kepala tiga itu tersenyum simpul, membayangkan fase dimana ketika dia memarahi Alisha setiap hari, membungkam gadis itu agar selalu mematuhi peraturan yang diberinya, dunia seolah bercanda dengan cara membalikkan keadaan mereka, tapi tak apa, demi Tuhan. Patrick sangat mencintai gadis mungil itu, masih terekam gimana liciknya dia membawa Alisha ke dalam drama tak berkesudahan yang dia rangkai, hanya untuk membuat Alisha menjadi miliknya. Seorang.
"Sayang, aku rasa kamu agak gendutan deh."
Patrick duduk, sambil menatap Alisha yang sedang melahap sarapannya, pipi gadis semakin lebar, dan membuat Patrick gemas parah. Pria itu terkekeh, namun kehilangan senyum saat melihat Alisha memicingkan mata tajam.
"Maksud kamu, aku ga cantik lagi, gitu?"
Spontan Patrick menggelengkan kepala, "engga, Sayang. Kamu cantik, makin cantik malah," jelasnya buru-buru.
"Terus kenapa kalau aku gendut? kamu mau selingkuh kan? gatal kamu, mau cari istri baru lagi, iya? ingat, kamu yang maksa-maksa aku dulu buat nikah sama kamu, jadi sempat ajah kamu berani khianatin aku, habis tuh pisang!"
Alisha memasang tampang kesal, lalu mengangkat piring ke dalam wastafel, gadis itu mencuci piring tapi sesekali menghentakkan kakinya kesal.
Menghela nafas, Patrick menandaskan sarapannya, lalu mendekati gadis itu. Memeluk pinggang Alisha dengan lembut, tersenyum saat menyadari Alisha tidak menolak pelukan itu.
Mengecup leher istrinya, Patrick berucap dengan nada lembut namun tegas.
"Aku gak akan pernah bisa suka sama orang lain, karena seluruh cinta aku, udah diborong sama kamu. Jangan marah lagi, aku kan cinta matinya sama kamu doang."
Alisha menyelesaikan pekerjaannya, dalam hati. Perasaan gadis itu sudah berbunga-bunga, tapi dia tetap memasang wajah datar.
Patrick membalikkan badannya, memegang dagu istrinya. Memberikan kecupan disana, Alisha mendesis kaget.
"Apaan sih? Pergi sana, ntar kamu telat, gila ajah kamu masuk jam 9, sejaman kamu telat!"
Pria itu menarik sudut bibirnya, lalu kembali melumat bibir Alisha lembut, kali ini dia menahan kepala Alisha agar tidak bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss And Me (End)
RomancePunya Bos galak, sombong, dan angkuh. Plus membuatmu berada di dalam drama, lingkaran kehidupannya. Kalian pikir aku baik-baik saja? Catat baik-baik, aku Siti Alisha. Membenci Patrlick Aliardo.