6. Pria Iblis

12.4K 731 22
                                    

Kamu bukan manusia, kamu hanya iblis yang menjelma menjadi manusia-Alisha-

Patrick mengikis jarak diantara kami. Dia memelukku. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat.

Badanku mendadak dingin, entah kenapa. Tapi sentuhan Patrick membuatku ingin pingsan sekarang.

"Lepaskan." hanya itu yang keluar dari bibirku.

Patrick berguman pelan, tanpa melepaskan pelukan kami. Rasanya aku jadi..bingung. Sebenarnya kenapa dia?

Beberapa menit yang lalu, dia terlihat seperti psikopat yang siap menyayat tubuhku. Tapi kenapa sekarang dia memelukku lembut bagaikan salju?

"Menikah denganku."

Suara bassnya menyapa telingaku. Deru nafasnya terasa di leher.

"Aku tidak bisa." keukehku.

Dia melepaskan pelukannya, lalu menatapku tajam. Seperti kata-kataku bagai sambaran petir untuknya.

Dia menumpuhkan kedua tangannya, di dinding. Baik disisi kanan, juga disisi kiri.

"Kalau begitu urus surat pengunduran dirimu besok."

"Baik." sahutku.

Dia berjalan lalu membuka apartemen. Seperti mengusirku. Dan aku cukup tau diri akan itu.

Ketika aku keluar, beberapa kata yang keluar dari bibirnya mampu membuatku mematung.

"Pergilah sejauh mungkin Alisha. Bahkan hingga ke neraka sekalipun pun, aku akan mengejarmu."

"Gila." gumamku. Sebelum dengan langkah lebar aku meninggalkannya.

Jika saja dia mengatakan cinta padaku, jika saja ada kata manis dari bibirnya. Mungkin aku akan berubah pikiran.

Apa yang kau pikirkan Alisha?

Berharap sang pangeran menyukai upik abu sepertimu?

Mimpi!

Dan aku membenci dewi batinku.

-

"Saya akan menyicil dendanya pak," rengekku kepada Pak cahyo, HRD.

"Tidak bisa Lisha, ini udah peraturan. Kamu baca surat perjanjian bukan?"

"Iya, tapi saya gaada uang pak." sungutku.

"Gaada uang, tapi kenapa mesti resign?" tanya pak Cahyo bingung.

Mana mungkin, aku memberi tahu. Bahwa kenyataannya bos kebesaran hotel ini memaksaku menikah dengannya.

"Tapi pak-"

"Gaada tapi-tapian. Kalau ingin resign harus siap dengan segala konsekuensi. Kamu kumpulkan dulu uang, baru kamu resign!"

Aku mendengus kasar. Haruskah aku hari ini bekerja? Membayangkan Patrick saja sudah membuatku mual. Aku mendesah pelan, lalu berjalan menuju ruang GM sombong itu.

"Mana sarapan saya?"

Itulah pertanyaan pertama, ketika aku memasuki ruangannya.

Aku hanya mengangguk singkat.

"Sebentar pak, saya akan mengambilkannya!" seruku.

Dengan malas, aku ke restoran. Dan tatapan para staf masih sama seperti kemarin.

Semua masih memperlihatkan ketidaksukaannya tehadapku.

"Ya Allah, salah Alisha apa?'' Batinku sedih.

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang