4. Tunangan?

12.2K 728 17
                                    

Apa disentuh oleh kamu dapat membuatku sedeg-degan ini?-Alisha-

-

Aku menggeleng keras.

"Astaga! Kenapa aku mengatakan pak Patrick memiliki kepribadian ganda yah? Dasar otakku ckck." aku menggerutu sendiri.

Mengenyahkan pikiran-pikiran bodoh itu.

"Ahk bodoh!" aku memukul kening pelan.

Aku berjalan kearah kantin, untuk mengambil sarapan pria itu.

Hari sudah sore, dan ketika waktu kerjaku habis. Aku ingin segera pulang dan bertemu dengan kasurku. Duh aku ngantuk! Sialnya! Ice boy ini melarangku untuk pulang tanpa alasan yang jelas. Dasar bodoh!

"Pak, saya udah boleh pulang?" ini mungkin sudah pertanyaan yang ketiga puluh kali, dari dua jam yang lalu.

"Belum." dan jawaban yang sama.

"Kenapa belum sih pak, saya udah selesai kerja," balasku kesal.

Patrick menghentikkan jarinya mengetik, dari komputer. Dia menatapku, tiba-tiba aku jadi gugup. Kenapa denganku?

"Tapi, saya belum selesai bekerja."

Hubungannya sama saya, apa?

"Emangnya kenapa pak?"

"Udah, kamu berisik sekali. Kamu disini ajah, temani saya."

Aku benar-benar gak menyangka, kata-kata itu meluncur bebas dari mulutnya.

Bukan, karena nada sinisnya.

Tapi karena kata-kata."kamu disini ajah, temani saya."

Apa maksudnya?

Jam sudah menunjukkan 20:30. Oh Tuhan...see! Karenanya aku kemalaman. Untung aku sibuk main game tadi.

"Pak, pelan-pelan jalan dong, saya takut nih!" ucapku keras.

Bagaimana tidak, kantor sudah sangat sepi dan mencekam. Dan dengan santainya Patrick berjalan 5 meter didepanku. What the..apa dia gak punya hati?

"Kamu lelet sekali!" serunya, tanpa menatapku.

Lelet?

Sial! Aku berjalan lebih cepat dari yang tadi. Dia bilang aku lelet?

"Bruk!"

"Argh...!!"

Sakit.

Dan, Tuhan memberiku cobaan lagi.

Patrick berhenti, lalu menoleh kebelakang. Dia menghampiriku dengan tergesa-gesa. Aku menangkap raut khawatir di wajahnya.

"Kenapa bisa jatuh kayak gini?" sinisnya.

Pupus sudah harapanku, itu pasti bukan khawatir. Ayolah Lis! Jangan baperan!

"Habisnya bapak jalannya cepat-cepa-"

"Dan kamu berusaha mengimbangi?" potongnya.

"Dasar kecebong!"

Hina ajah aku, hina.

Aku mendengus sebal, lalu berdiri tapi saat aku ingin melangkahkan kaki. Rasa sakit yang begitu kuat terasa di pergelangan kaki.

"Gak bisa jalan?"

Aku diam, tidak membalas ucapannya.

Patrick jongkok didepanku.

"Naik."

"Pak tap-"

"Naik, ini perintah!"

Selanjutnya, jantungku berdegup kencang. Badanku menempel dengannya. Aku bisa mencium aroma maskulin dari dalam dirinya. Wangi yang memabukkan.

"Sudah sampai."

Astaga, bahkan aku baru sadar bahwa Patrick mengantarkanku pulang. Dan sekarang, tepat di kontrakanku.

"Makasih."

Aku membuka pintu pelan, mencoba menahan debaran dada. Bagaimana tadi Patrick menggendongku dengan lembut. Terus, terngiang di pikiranku.

"Emangnya, bisa jalan?"

Skakmat!

Aku menggaruk pipiku yang tidak gatal, lalu menatap matanya.

Patrick turun dari mobilnya, tapi kali ini ada yang membuatku ingin segera tenggelam sekarang.

"Pak!" Jeritku.

Dia menggendongku ala bridal style. Sumpah demi apa?

Pipiku bersemu merah, jantungku tidak karuan. Rasanya, aku mau mati saja.

"Mana kuncinya?"

Aku mengeluarkan kunci dari saku, tanpa sedikitpun melihat matanya.

Setelah membukanya Patrick mendudukkan aku di kursi yang dekat dengan kasur dengan hati-hati.

"Kamu langsung tidur aja, nanti saya kirim tukang urut atau dokter kesini."

Sejak kapan dia bisa bicara selembut itu?

Bahkan aku tidak pernah mendengarnya bicara selembut itu sebelumnya.

"Eh gak usah pak, tetangga sebelah tukang urut kok."

Dia mengangguk paham, lalu menatap mataku dalam. Aduh! Ada apa sih?

"Boleh, aku pinta satu permintaan?"

Sejak kapan dia ber-aku?

Apa dia akan menembakku, seperti di novel yang sering kubaca.

"Kalau diluar kerja, panggil Patrick ajah."

Kupikir tadi mau ditembak, aku nyengir lalu mengangguk. Ternyata, aku yang terlalu baperan.

Pingin nangis.

-

Pagi ini semua orang di kantor melihatku dengan tatapan mencemoh.

Apa karena aku berjalan sedikit pincang hari ini?

Kenapa sih?

Sungguh! Aku risih!

Ponselku penuh dengan notif. Ada notif-notif orang yang menandaiku. Dan itu banyak.

Mataku membelak tak percaya, saat aku melihat foto Patrick menggendongku.

Dengan tulisan.

GENERAL MANAGER SEKALIGUS PENGUSAHA D'WORP KELIHATAN MESRA DENGAN TUNANGANNYA SEKARANG.

Tunangan?

#Tbc

Typo dan krisannya😊 sekaligus Apresiasinya yah'-'

Follow my Ig:@Delimasiahaan2

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang