5. Married?

12.1K 719 11
                                    

Author Pov

Kawin itu bukan perkara mudah-Alisha-
-

Tunangan?

Seketika Alisha ingin menguburkan dirinya sekarang. Jadi itu alasan seluruh karyawan menatapnya, sekaligus berbisik-bisik tentangnya?

Wajah Alisha memerah menahan marah sekaligus malu sekarang. Dia berjalan cepat kearah ruangan Patrick. Dia butuh penjelasan sekarang.

"Oh my fucking gosh..." umpatnya berkali-kali.

Tatapan menusuk dari para staff hanya diabaikannya. Yang dipikirannya adalah sekarang bertemu dengan sumber masalahnya.

Patrick.

"Pak-" ucapan Alisha tertahan, karena melihat dua orang paruh baya duduk dihadapan Patrick.

"Jadi ini orangnya Pat?"

Seorang wanita tua, tapi masih kelihatan cantik. Bertanya sambil menatap Alisha.

Dia siapa? Alisha bingung.

"Iya Ma," balas Patrick.

"Wah, ini calonnya mantu Mama. Cantik banget."

Wanita itu bergerak maju lalu, mengelus rambut Alisha.

Alisha yang masih belum mengerti akan semua ini, hanya bisa senyum kikuk.

"What the hell." Batinnya

"Kamu sederhana nak, imut. Patrick sudah menceritakan tentang kamu. Asistennya yah?"

Spontan Alisha mengangguk.

"Iya Bu." balasnya kikuk.

"Wah...jangan panggil begitu. Kamu bisa panggil Papa dan Mama."

Alisha semakin terkejut, takkala mendengar suara pria tua-suaminya paruh baya cantik tadi-dia bingung. Sangat.

Dia menatap Patrick, seperti meminta penjelasan. Tapi apa daya, pria iblis itu hanya menatapnya dalam diam.

"Jadi kapan kalian tunangan resmi?"

"Tunangan apa bu?" tanya Alisha.

Patrick berdiri lalu berjalan dan merangkul bahu Alisha. Rasanya, Alisha seperti kesetrum.

"Ma, Pa, jangan diomongin dulu. Alisha masih terkejut sama berita itu. Jangan nambahi pikirannya. Patrick pergi dulu sama Alisha."

"Pat, ayolah. Mama sama Papa. Udah jauh-jauh datang dari Boston kesini karena berita itu. Masa iya, kamu menunda-nundanya lagi?"

"Papa, sama Mama kan juga udah beberapa hari ini di Jakarta." sinis Patrick, karena kedua orangtuanya memang lagi jalan-jalan.

Mereka meringis.

"Tapi-"

"Secepatnya Patrick nikahin Alisha."

Dan senyum kedua orangtuanya terbit.

~

"Maksud bapak apa sih? Saya udah cukup syhok dengan hoax di internet. Lah, bapak dengan gampang ngomongin masalah pertunangan dengan saya!"

Demi apapun Alisha marah sekarang, wajah gadis itu memerah, suaranya bahkan jauh lebih keras daripada yang dipikirkan Patrick. Bahkan Patrick sempat memejamkan mata sesaat karena kemarahan gadis ini.

Ternyata benar. Wanita bisa jadi singa jika sudah marah. Itu realita. Dan ini buktinya.

"Emangnya apa kurangnya saya?"

Alisha diam. Lalu memicingkan matanya.

"Saya ganteng, kaya, berpendidikan. Beribu-ribu gadis diluar sana ingin menggantikan posisi kamu sekarang."

Jleb!

Serasa dihantam palu, itu yang dirasakan Alisha sekarang. Meski itu benar. Tapi Patrick sudah menjengkalinya. Dan dia, benar-benar tersindir.

Alisha terseyum manis, kali ini senyumnya membuat Patrick merasa aneh dengan senyum itu.

"Kenapa bapak gak nikahin gadis-gadis yang bapak katakan itu? Jangan pernah membanding-bandingkan saya! Dan saya akan mengantar surat resign saya besok ke hrd!"

Patrick merasa dirinya terhina akan ucapan Alisha. Dia ditolak mentah-mentah. Well gadis ini ingin bermain-main dengannya. Jika dia tidak bisa diajak bicara baik-baik, maka Patrick akan membuatnya semakin rumit.

"Saya bisa hamilin kamu sekarang, kalau kamu lupa. Kamu berada dimana."

Jantung Alisha rasanya mau copot. Dia baru sadar, Patrick membawanya ke apartemen pria itu. Rasanya darahnya mendidih.

Dia berjalan kearah pintu. Sialan! Dia lupa, apartemen ini memakai pin.

"Buka pintunya pak."

Patrick tersenyum manis, lalu duduk di sofa.

"Kamu tahu Lis, menikah dengan saya tidak sulit. Orangtua saya sudah datang kesini, dan saya tidak ingin dijodohkan dengan gadis pilihan mereka. Lagian nama kamu sudah tersebar dimana-mana. Lalu apa masalahnya?"

Alisha memejamkan matanya kuat. Gampang sekali pria bodoh ini mengatakannya.

Dipikir perkara kawin mudah apa.

"Bapak pikir pernikahan itu main-main? Kita udah sama-sama dewasa pak. Mari jangan membuat semuanya semakin rumit. Saya tau bapak membenci saya, tapi kenapa harus membalasnya seperti ini?" amuk Alisha berapi-api.

Rahang Patrick mengeras, mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Alisha.

"Kamu bilang apa?"

"Memangnya kenapa? Itu memang benar kan?! Saya mau menelpon gojek dulu, saya mau pulang!"

Alisha mengeluarkan ponselnya, lalu mulai memesan gojek.

Mata Patrick nyalang, dia berjalan mendekati Alisha dan,"Prang!" suara ponsel yang dibanting begitu keras, terdengar disana.

Alisha mematung, menatap serpihan ponselnya di lantai.

"Ponselku!" Jeritnya dalam hati.

"Apa yang bapak lakuin?!" sentaknya marah.

Patrick memegang bahu Alisha. Lalu menggoyangkannya.

"Jangan coba-coba lari dari saya."

Alisha diam.

"Jangan coba-coba menolak permintaan saya."

Alisha menatap Patrick dengan mata mencemoh.

"Memangnya anda siapa?!" tantangnya.

Tidak bisa dideskripsikan lagi kemarahan Patrick. Pria itu menyeringai. Seringain di wajah tampan itu terlihat jelas.

"Ternyata kamu benar-benar ingin bermain-main dengan seorang Patrick alardo, okey! Let's play Siti alisha!"

Dan Patrick mengikis jarak diantara mereka.

#Tbc

Typo dan krisannya😊 sekaligus Apresiasinya yah'-'

Follow my Ig:@Delimasiahaan2

Boss And Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang