Maaf lama menunggu kelanjutan. Dunia nyata lagi sibuk-sibuknya, bingung bagi waktu. Selamat membaca 😘
Raditya, teman masa sekolah Shena, yang selalu memperlakukan ia bak tuan putri. Lelaki pertama yang mengajarkan Shena tentang cinta. Namun belum juga cinta terajut, Raditya tiba-tiba pergi dari lingkungan dan kehidupan Shena.
Raditya harus mengikuti kedua orang tuanya yang dipindah tugas ke surabaya oleh perusahaan.
Mereka bertiga memutuskan makan siang bersama setelah berbincang sebentar. Terlibat obrolan yang seru, menceritakan kehidupan mereka selama tidak bertemu. Sesekali terdengar gelak tawa dari meja mereka.
Jarak dua meja dari tempat mereka duduk ada Alfa yang sedari tadi memperhatikan. Menggeram kasar dan mengepalkan tangan saat melihat Shena tertawa dengan lelaki yang tidak dikenalnya. Posisi duduk Arini dan Shena yang membelakangi sehingga Shena tidak sadar jika sedang diperhatikan.
Alfa sudah tidak bisa lagi menahan kesabaran, memutuskan menghampiri mereka.
"Shena," panggil Alfa lembut.
Shena merasa tegang saat mendengar suara yang familiar memanggil. Menolehkan kepala, terlihat Alfa berdiri tepat di sampingnya.
"Alfa," gumam Shena lirih.
"Ngapain kamu kesini? Jauh-jauh sono, malas aku lihat wajahmu, jadi emosi," sarkas Arini.
"Tentu saja menemui istriku. Iya kan, Sayang?" Alfa bersuara meminta dukungan istri.
"Kita bukan lagi suami istri, Mas."
"Aku belum menceraikanmu, jadi secara hukum aku masih suamimu."
"Secara hukum kita memang belum bercerai. Tapi dalam Agama kita sudah talak satu. Aku yang akan mengajukan gugatan ke pengadilan. Silahkan mas tunggu surat panggilan."
"Dia suamimu, Shena?" Raditya yang sedari tadi bingung memperhatikan akhirnya memberanikan diri bertanya.
"Bukan lagi, suami apa yang tega mengkhianati istri." Arini menjawab pertanyaan Raditya yang ditujukan untuk Shena sambil memandang sinis Alfa.
"Alhamdulilah ... aku masih punya kesempatan," Raditya berkata pelan menyerupai bisikan dan menghela nafas lega.
"Kita pulang, Ar." Shena mengambil kantong belanjaan kemudian berdiri.
"Aku antar, sekalian mau balik ke kantor lagi." Raditya menawarkan tumpangan.
"Aku yang akan mengantar mereka, tidak perlu bantuanmu." Alfa menatap Raditya penuh permusuhan.
"Tidak perlu kalian berdua antar, aku naik taksi saja." Shena menatap kedua lelaki bergantian kemudian beranjak pergi dari restoran.
***
Shena merebahkan tubuhnya di atas kasur, menghembuskan nafas kasar menatap langit-langit kamar. Hari ini ia harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.
Hingga terdengar bunyi ping dari ponsel, ia segera beranjak melihatnya. Ada notif WA.
[Kalau kamu butuh pengacara untuk gugatan cerai ke pengadilan, aku punya sahabat yang bisa membantu. Raditya]
[Terima kasih, tapi aku tidak ingin membebanimu dengan masalahku.]
Shena meratapi semua dengan tangis tertahan. Seharusnya dari awal ia melakukan ini. Tidak perlu menunggu gugatan dari Alfa. Ia meletakkan ponsel tanpa menunggu balasan selanjutnya dari Raditya. Membuka laci tempatnya meletakan buku bersampul hitam. Mencurahkan kegundahan hati dalam tulisan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI PERNIKAHAN (End)
RomanceJika takdir berkata kita tak bisa lagi bersama, maka aku berharap digariskan pada takdir yang indah. (Shena) *Keseluruhan isi cerita belum di edit.