Extra part (epilog)

55.9K 1.5K 50
                                    

Kita memang tidak bisa menentukan masa depan yang seperti apa. Tetapi kita bisa menciptakan masa depan yang bahagia setelah masa lalu penuh duka.

Setelah resmi menyandang status istri, Shena segera diboyong ke rumah yang telah disiapkan oleh Raditya untuk mereka tempati. Tidak tinggal bersama kedua orang tua Raditya.

Rumah yang mereka tempati memang tidak semewah kediaman orang tua Raditya. Sesuai permintaan Shena, sederhana asal ada taman bermain untuk anak-anak mereka kelak. Begitu ungkapan Shena ketika Raditya bertanya tentang rumah impiannya.

Hari-hari Shena pun berubah drastis. Kini setiap pagi bangun tidur, ada wajah tenang suami tengah tertidur pulas yang pertama kali ia lihat. Senyum bahagia mengembang di sudut bibirnya.

Dia menjalankan aktivitas sebagai istri dengan baik. Menyiapkan pakaian kerja suami, memasak, merapikan rumah dan melayani kebutuhan batin.

Sengaja Shena tidak menerima tawaran Raditya untuk menyewa PRT, karena ia ingin mengurus rumah dan suami dengan tangannya sendiri. Menjadikan rumah tangganya ladang ibadah. Raditya pun menuruti keinginannya, dengan syarat Shena tidak kecapaian.

"Sayang!" Teriak Raditya dari dalam kamar mereka. Membuat Shena menghentikan aktivitas menyiapkan sarapan sebelum suaminya berangkat bekerja.

"Kenapa, Mas. Nggak perlu teriak juga aku dengar," gerutu Shena menghampiri suami yang berdiri di depan kaca kamar tidur mereka.

"Pasangin dasinya," rengek Raditya sambil menunjuk dasi yang sudah tersampir di lehernya.

Shena berkata dengan wajah cemberut, "Kebiasaan! Manja banget sih, Mas. Dulu siapa coba yang masangin sebelum kita menikah?!"

"Dulu ya pasang sendiri. Sekarang kan sudah ada istri. Apalagi aku suka melihat wajah cemberut dan omelanmu ketika memasangkan dasi. Seolah sudah menjadi candu untukku."

"Gombal!" ucap Shena sambil membenarkan kerah baju Raditya setelah selesai memasang dasi. "Buruan keluar, sarapan sudah siap."

Raditya melangkah mengikuti Shena yang telah keluar kamar lebih dulu.

Setelah selesai menyantap sarapan buatan sang istri. Raditya bergegas berangkat kerja setelah pamit pada Shena.

Sudah menjadi kebiasaannya mengantar sampai depan pintu dan mencium telapak tangan Raditya saat akan berangkat kerja. Kemudian Raditya akan mencium kening Shena dan memberikan pesan, baru ia keluar dari area rumahnya.

Shena memandang Raditya dengan senyum lebar. Pernikahan yang ia impikan dulu, kini sudah terwujud.

Adegan seperti ini sudah menjadi kebiasaan semenjak menikah. Ternyata semua itu tak luput dari pandangan seseorang di seberang rumah mereka, yang menatap dengan wajah penuh gurat kesedihan dan penyesalan.

Hanya untuk memuaskan hasrat rindunya, Alfa rela menjadi seorang pengintai di setiap jam-jam Shena akan berada di luar rumah  yang sudah ia hafal. Seperti pagi ini.

Semua yang Alfa rasakan saat ini, membuat ia membenci dirinya sendiri. Menjadi seorang pecundang yang mengintai istri orang. Penyesalanya benar-benar membuat ia menjadi orang lemah. Sedih, Marah, mungkin itu yang Alfa rasakan saat tak bisa lagi menggapai Shena.

Alfa melihat Shena hidup bahagia dengan suaminya membuat dadanya sesak. Karena bukan dia lelaki yang berada di sisi Shena. Hatinya seketika diselimuti mendung.

Kini yang bisa Alfa lakukan hanyalah melihat senyum bahagia Shena dari kejauhan.

Lirih Alfa berucap, "Shena, aku merelakanmu, bahagialah dengan Raditya."

**
Alhamdulillah kelar juga akhirnya. Terima kasih buat semua yang sudah mau membaca ceritaku. Salam bahagia dan semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin. 🥰🥰🥰🥰

Hong Kong, 14 Juli 2019



































BADAI PERNIKAHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang