Part 8

48.6K 2.2K 160
                                    

Part 8

Hari minggu ini, Shena tampak terlihat ceria. Ia sudah memutuskan untuk menjadi lebih tegar lagi cukup sudah baginya mengeluarkan air mata seminggu kemarin, kini saatnya bangkit membangun kebahagiaan. Sedari membuat sarapan hingga membersihkan rumah, lantunan lirik lagu tak berhenti dari bibir mungilnya. Meskipun suaranya bisa menyakiti gendang telinga siapa saja yang mendengar, seperti Arini dan Dewo yang kini duduk di ruang keluarga dengan kedua tangan menutupi telinga.

"Berhenti bernyanyi bisakan, suaramu terdengar kaya kaleng soda ditarik di jalan raya bikin sakit pendengaran." Omel Arini kepada Shena yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk sedang mengelap bingkai foto.

"Bilang saja irikan sama suara aku?" ujar Shena tanpa memperdulikan Arini yang memasang ekspresi seperti orang mual.

"Jalan keluar yuk Na, nonton atau ke wahana hiburan ngilangin stres." Dewo berusaha melerai perdebatan Shena dan Arini agar tidak berlanjut.

"Asikkk, ayo Wo aku siap kapan aja diajak jalan-jalan kecuali hari kerja," seru Arini dengan gembira.

"Aku ajaknya Shena, kenapa jadi kamu yang kegirangan." Suara Dewo kesal sambil menjitak pelan kening Arini.

Arini mengusap lembut keningnya sambil mengerucutkan bibir cemberut. "Jahat kamu, Wo."

"Iya maaf aku ga jahat lagi." Dewo mengusap lembut bekas jitakan di kening Arini. "Kita jalan bertiga."

"Ehemmm, pacaran jangan disini oey," ucap Shena kesal.

"Siapa yang pacaran." elak Dewo dan Arini bersamaan.

"Jawabnya kompak gitu masih ngelak." Shena terkekeh. "Ayo siap-siap katanya mau jalan." Shena berlalu meninggalkan dua manusia yang masih sedikit terkejut dengan perubahan mood Shena.

"Shena yang dulu sudah kembali." Tanpa sadar Dewo dan Arini berpelukan. Begitu sadar posisi mereka Dewo segera melepaskan pelukannya.

"Ak..aku siap-siap dulu." Arini berlalu meninggalkan Dewo dengan wajah merona dan degup jantung tidak seperti biasanya.

Setelah punggung Arini tak terlihat, Dewo memegang dadanya dia merasa ada yang aneh dengan jantungnya. Kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak tidak karuan saat berpelukan dengan Arini.

Dua puluh menit berlalu, akhirnya dua wanita yang sedari tadi Dewo tunggu sudah siap di hadapannya. Keduanya mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Dewo memandang wajah Shena dan Arini bergantian untuk memastikan debaran jantungnya. Saat memandang Shena jantungnya biasa saja, tapi saat memandang lekat Arini jantungnya berulah berdetak kencang hingga membuat dewo takut kalau terdengar oleh kedua wanita di hadapannya.

"Ayo Wo berangkat, kok malah lihatin Arini terus dari tadi." suara Shena menyadarkan Dewo kalau ternyata dari tadi matanya menatap lekat Arini.

Arini yang sedari tadi dipandang intens oleh Dewo hanya tersipu malu.

***

Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan di mall, menghabiskan waktu hingga sore tiba dengan menonton di bioskop kemudian makan siang yang kesorean di salah satu foodcourt yang ada di mall tersebut. Ketiganya nampak berbincang ceria terlihat dari tawa dan senyum lebar mereka.

"Makan dimana kita?" tanya Shena sambil memandang bergantian ke arah Dewo dan Arini.

"Fast food aja gimana, aku lagi pengen makan hamburger double cheese." kata Arini memberitahukan keinginannya.

"Oke ladies let's go... " seru Dewo.

Mereka bertiga jalan beriringan menuju salah satu restoran cepat saji yang berlogo M warna kuning. Setelah mendapatkan tempat duduk, Dewo melangkah menuju tempat pemesanan. Tempat duduk yang sengaja dibuat terbuka tanpa pembatas sehingga mereka leluasa melihat sekeliling. Tanpa sengaja pandangan Shena terarah pada dua manusia yang tengah duduk berhadapan di kedai kopi terkenal tepat di seberang tempat duduk Shena. Shena mengatur nafas yang tiba-tiba terasa mencekat. Menengadahkan wajah berharap agar buliran air mata tidak jatuh, ia tidak ingin kedua sahabatnya khawatir setelah tadi berusaha membuatnya tertawa bahagia.

Kini Shena merasa sudah mantap dengan keputusan yang akan ia ambil, tinggal menghubungi Alfa untuk bertemu. Bahkan sampai saat ini pun mertuanya belum tahu tentang masalah yang sedang dihadapinya. Shena beralasan rindu dengan kedua orang tua nya sehingga memutuskan untuk menginap di rumah Arini untuk bernostalgia ketika Bunda Risma menelpon menanyakan keberadaannya. Shena menghembuskan nafas lelah.

***

Di mall yang sama tempat Shena dan sahabatnya jalan-jalan, di situ juga Alfa janjian bertemu dengan Rina di salah satu kedai kopi. Duduk berhadapan di dekat pintu masuk dengan pembatas kaca bening. Mereka masih saling berdiam diri, padahal tadi Alfa bilang ingin bicara dengan Rina.

"Mau diam aja sampai kapan sih mas cuek banget, ga kangen sama aku ya?" Rina bertanya dengan suara manja.

Alfa menyeruput sedikit kopi yang terhidang di hadapannya untuk membasahi tenggorokannya. Menghembuskan nafas pelan kemudian Alfa mulai bicara, "Sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan, Rin."

"Kamu mempermainkanku mas?" suara Rina sedikit keras. "Kamu sudah janji mas tidak akan mengakhiri hubungan ini, sekarang apa mas?"

"Kamu tahu dari awal aku sudah beristri Rin, Istriku sudah tahu tentang hubungan kita. Dia marah bahkan sekarang dia tidak kembali ke rumah. Aku merasa menyesal sekarang yang kita lakukan salah Rin. Dulu aku sudah berjanji di hadapan jenazah kedua orang tuanya bahwa aku akan menjaga dan membahagiakan Shena dengan segenap jiwaku. Sekarang aku menyakiti perasaannya. Aku harap kamu ga keberatan dengan keputusanku. Kamu bisa mencari laki-laki yang lebih baik dari aku." Alfa menjelaskan panjang lebar dengan menggenggam tangan Rina di atas meja. Tanpa keduanya sadari di seberang sana ada Shena yang tengah memperhatikan adegan mereka.

"Kamu menyesal karena sudah menyakiti perasaannya, apa tidak sadar mas kamu juga menyakiti perasaanku." Rina menarik kasar tangan nya dari genggaman Alfa dengan nafas tersengal menahan emosi. " Jadi selama ini kamu hanya bermain-main denganku, padahal yang kita lakukan sudah lebih dari hubungan suami istri."

"Aku minta maaf,Rin," Alfa berkata lirih.

"Maaf tidak akan bisa mengembalikan semuanya mas, sekarang ceraikan istrimu dan menikah denganku lagi pula kalian belum mempunyai anak kan." kata Rina sedikit melunak.

Handphone Alfan berbunyi menandakan pesan masuk, di layar tertera satu pesan dari Shena. Rina melirik sekilas handphone Alfa penasaran siapa yang mengirimi Alfa pesan. Alfa dengan tidak sabar segera membuka kotak pesan dari Shena, pasalnya selama seminggu ini Shena menghindarinya.

Alfa membaca pesan dari Shena dengan alis yang bertautan, Rina yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Alfa pun bertanya, "Siapa yang kirim pesan, kenapa wajahnya berubah gitu?"

"Shena ngajak ketemuan besok siang jam satu, tapi dia bilang kamu harus ikut." Alfa menjelaskan isi pesan dari Shena.

"Semoga saja dia minta cerai dari kamu, jadi tidak ada penghalang lagi buat kamu nikahin aku, terus kita bisa punya anak secepatnya." ucap Rina percaya diri.

Alfa hanya bisa menghela nafas lelah, di satu sisi dia tidak ingin kehilangan Shena. Namun disisi lain juga, ia tidak ingin kehilangan kenikmatan yang tidak ia dapati dari Shena namun ia dapatkan dari Rina. Alfa mengacak rambutnya frustasi, bagaimana jika Ayah dan Bunda nya tahu kalau ia sudah menyakiti menantu kesayangan mereka.

#Bersambung

Happy reading ya 😘

Jangan lupa vote dan comment nya untuk cerita ini. Kritik sarannya juga jangan lupa biar bisa lebih bagus lagi untuk part selanjutnya.
Terima kasih 😘

BADAI PERNIKAHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang