Setelah berhasil mengancam Raditya, akhirnya mobil menepi di pinggir jalan.
"Kenapa tidak memberitahuku jika kita akan ke rumahmu," ucap Shena kesal.
"Jika aku bilang dari awal, pasti kamu tolak, kan? Ayolah Shena! Aku hanya ingin mengenalkanmu pada keluargaku." Raditya berkata sungguh sungguh.
"Ini terlalu cepat untukku. Kamu tahu bagaimana keadaanku sekarang."
"Aku akan menunggu sampai kamu benar benar siap. Hari ini, aku hanya ingin mengenalkan pada keluarga wanita yang merajai hatiku sejak dulu. Kamu bersedia, kan?"
Shena mencari kesungguhan ucapan Raditya dari matanya. Hingga akhirnya ia mengangguk sebagai jawaban.
Tak butuh waktu lama, di sinilah mereka sekarang, sampai di depan sebuah rumah minimalis yang cukup asri ditumbuhi berbagai jenis bunga pada halaman depan.
"Aku takut, Dit!"
"Keluargaku tidak akan memakanmu, mereka semua baik, pasti bisa menerima statusmu jika itu yang menjadi ketakutanmu." Raditya menggenggam tangan Shena menyakinkan bahwa semua akan baik baik saja.
Jantung Shena semakin menggila tak karuan. Mengembuskan napas kasar, berharap dapat meredakan kekalutan hatinya.
Raditya turun, mengelilingi depan mobil membukakan pintu untuk Shena. "Ayo masuk!"
Shena terlihat gugup ketika berhadapan dengan kedua orang tua Raditya. Meskipun mereka tampak menyukainya, ia tetap merasa belum yakin akan penerimaan keluarga Raditya atas statusnya.
"Ayo kita makan siang, dulu. Ngobrolnya dilanjut nanti," Rita, ibunya Raditya berkata lembut.
Tanpa ada bantahan, mereka beranjak ke meja makan. Banyak menu sudah terhidang di sana. Semua duduk menempati posisi masing masing. Shena duduk tepat di sebelah Raditya.
"Ayo dimakan, Sayang. Jangan sungkan, ya! ini semua Tante yang masak," ucap Rita antusias.
"Iya, Tante." Shena berkata sambil mengangguk, kikuk.
"Ibunya yang paling semangat, waktu Raditya bilang mau membawa pulang calon istrinya makan siang di rumah," ucap Romi, ayah Raditya.
"Uhukkk." Shena tersedak makanan saat mendengar perkataan Romi.
Raditya dengan sigap memberikan segelas air putih dan menepuk nepuk pelan punggung Shena. Shena menerima dan mengucapkan terima kasih. Segera meminumnya.
"Mulai sekarang manggilnya jangan Om, Tante, ya? Panggil Ibu dan Ayah," ucap Rita yang dibalas anggukan oleh Shena.
Sebenarnya Shena masih gugup dan gelisah. Antara ketakutan dan belum siap untuk menikah lagi. Tapi, melihat kegigihan dan kebahagiaan di wajah kedua orang tua Raditya, ia tak sanggup untuk mengecewakan.
Makan siang telah selesai. Mereka kembali berkumpul di ruang keluarga.
"Raditya sudah bercerita tentang kehidupanmu. Setelah ia mengatakan ingin menikah." Romi membuka pembicaraan.
Shena tak henti meremas jarinya karena gugup.
"Untuk kami, apapun statusmu tidak masalah. Asal, bukan istri orang lain." Romi menatap Shena dan Raditya bergantian.
"Tapi sebelumnya, izinkan Shena menceritakan tentang kehidupanku. Aku bukan dari keluarga kaya, tidak ada sanak saudara di sini. Pemasukan keuangan yang aku dapat hanya cukup untuk membiayai hidupku dan rumah kontrakan yang aku tinggali bersama satu teman. Aku seorang janda. Apakah, Ibu, dan Ayah masih mau menerima?" Shena mengatakan yang sejujurnya.
Kedua orang tua Raditya saling memandang. Seolah mereka berbicara melalui kontak mata. Setelah kemudian mereka tersenyum.
"Kami tidak memilih menantu yang sempurna, Shena. Asal ia mau menerima anak kami dengan tulus, maka kami pun akan menerimanya dengan baik."
Rita menjeda sejenak. Kemudian kembali berkata, "Manusia tidak ada yang sempurna, Sayang. Begitupun dengan keluarga kami. Jika kalian berdua siap menerima kekurangan masing masing, sebagai orang tua, kami mendukung keputusan Raditya."
Shena menunduk, menyembunyikan rasa terharunya atas penerimaan kedua orang tua Raditya.
"Kalau begitu ...." Shena menarik napas pelan, kemudian mengembuskan perlahan.
"Aku terima," jawab Shena mantap sambil memandang kedua orang tua Raditya bergantian.
Raditya langsung memeluk Shena begitu mendengar jawabannya. Ia terlampau bahagia atas keputusan Shena.
Tak ada yang bisa menggambarkan kebahagian Raditya saat ini. Ia akan menikahi wanita pujaannya.
"Sekarang kamu jadi bagian dari keluarga ini. Jangan sungkan lagi sama ibu dan ayah, ya?"
Shena mengangguk sebagai jawaban.
"Berarti, kita tinggal menentukan kapan tanggalnya, atau kalian ada rencana sendiri?" Romi menatap Raditya.
"Raditya sih ingin lebih cepat, Yah. Kalau bisa secepatnya," uca Raditya sambil mengerling pada Shena.
Shena mendengus kesal dengan kelakuan Raditya.
"Kalau begitu, kita mulai urus keperluan surat surat, besok. Supaya bisa ke KUA secepatnya." Romi berkata.
Pembicaraan pun selesai. Namun, wajah girang Raditya masih terlihat jelas. Shena menarik sudut bibirnya ke atas saat melihat kebahagiaan Raditya.
"Ya Allah, semoga ini keputusan yang terbaik," gumam Shena.
*bersambung ....
Pasti pada mau bilang dikit banget. Maaf ya terlalu pendek updatenya. Aku cuma mau menebus waktu 4 bulan menggantung cerita ini. Pendek asal sering, ga apa, ya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻.
Terima kasih sudah setia membaca dan menunggu kelanjutan cerita ini. Terima kasih juga untuk readers yang sudah memasukkan cerita ini ke reading list kalian😘😘😘🥰.
Sama satu lagi, aku mau minta pendapat kalian, kira kira ada yang punya masukkan ga untuk acara Raditya melamar Shena?
Pas nulis part ini, aku baper hiks, Shena mau nikah, penulisnya, kapan? 😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI PERNIKAHAN (End)
RomanceJika takdir berkata kita tak bisa lagi bersama, maka aku berharap digariskan pada takdir yang indah. (Shena) *Keseluruhan isi cerita belum di edit.