"Yutaa!!!"
Gue berlari kearah Yuta yang baru aja selesai bermain futsal. Tertinggal dia sendiri di aula olahraga dan sedang berjalan keluar dari lapangan futsal.
"Apa?" jawabnya setengah menoleh ke belakang.
Idih jutek banget. Oke, pasang wajah seramah mungkin. Seenggaknya dia udah nyelamatin masa muda lo, La.
Tengok kanan, kiri, depan dan belakang. Memastikan nggak ada siapa-siapa di aula ini kecuali gue dan Yuta.
Aman!
"Hei, tunangan!" Merasa terpanggil, dia berhenti jalan sambil memutar kepalanya malas. "Udah makan siang belom?" sengaja, gue bertanya sambil memelankan suara.
Udah bersusah payah ngasih wink spesial, tapi masih dijutekin juga.
-___-
Kurang lebih begitulah ekspresinya. Gausah aneh, kalo lagi ruwet dia memang begitu. Pandai mengontrol kesabaran aja kalo dia lagi kambuh gitu.
"Lo marah ya gara-gara kemarin?"
Bukannya menjawab, malah jalan gitu aja lalu duduk pada salah satu kursi bucket. Mau nggak mau gue ikutin padahal males, ini waktunya tidur di perpus sih.
Gak ada jawaban. Cuman helaan nafas berat aja.
"Sini gue bantu!" spontan tangan ini mengambil alih pekerjaannya, ngeringin rambut yang basah oleh keringat dengan handuk. Dia sih pasrah aja. Yuta memang penurut.
"Yut, ngomong dong!" desak gue. "Gue nggak butuh helaan nafas lo." Terus terang aja, gue risih dia terus ngeluarin nafas berat. Kayak orang sesak nafas tahu gak?
"Ah, stres," lirih sekali, tapi mengalun indah di telinga gue. Idih apaan deh, Lala. Jijik.
"Sama."
"Ga pernah duga,"
"Heem."
"Tunangan sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
RomanceNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018