@Mouse&Rabbit
Gue masih mengamati dua orang yang saling duduk berhadapan dalam satu meja yang diatasnya terdapat beberapa tumpukan buku, kalkulator, dan alat tulis.
Niat kedatangan gue kesini, ingin main dan usilin Yuta. Tapi gagal, saat si target malah sedang sibuk mengajari anak kecil. Hm, anak kecil berbalutkan seragam SMP.
"Are you okay, La?"
"Im not okay, Om."
Ya namanya juga gue sedang mengalami kesenjangan antara harapan dan kenyataan, mana bisa itu dibilang baik-baik aja. Ya kan?
Iyain aja lah biar cepet.
"Yang konsisten dong lu kalo jadi cewe. Biasa manggil 'Kak' kenapa malah berubah jadi 'Om'? Kan tua banget kesannya." Protes si Om bermarga Kim dan bermata segaris itu.
"Lah kan emang tua." Cuek, gue menjawab sambil mengaduk jus orange yang baru gue pesen.
"Ketus amat. Gak asik lo, kalo lagi jealous."
Eh? Apaan deh? Bisa gak sih dikit-dikit gak dikaitin sama istilah jealous. Gue bingung harus bertindak kayak gimana? Gue ketus dikatain jealous. Gak asik, dikorelasiin sama jealous.
Jadi, buat menghindari kata jealous gue harus selalu tampak bahagia nan berseri-seri? Yakali gue gila itu mah.
"Omongan gak berdasar emang." Balas gue akhirnya.
"Yuta!!"
Sontak kepala gue mendongak kearah Kak Yesung saat dia memanggil Yuta dengan lantang.
"Ini, ada tamu spesial."
Mata ini memicing ke telunjuk bantat milik Kak Yesung yang menunjuk-tunjuk di atas kepala gue. Sial! Buru-buru gue menoleh ke samping, tepatnya kembali membawa pandangan ini ke meja nomor 34 yang berada di pojok dekat jendela. Spot favorit gue, dimana bisa bebas lihat pemandangan luar yang jarang dilewatin kendaraan-kendaraan berpolusi. Namun, meja itu sekarang sedang ditempati satu orang tak dikenal, dan satunya sangat gue kenal. Ah, males.
Tapp
Mata gue dengan Yuta bertemu. Kontan aja gue berkedip dan kembali melengos, pura-pura tidak acuh dan sibuk aduk-aduk sambil menyeruput jus gue. Cih, alay banget sih gue woi! Kayak abege baru kenal cinta aja, jijik sendiri jadinya.
"Dasar jaiman, gengsian!" dengan suara tak bernada, Kak Yesung mengomentari sikap gue ini. Pengen marah tapi gak bisa.
"Kenapa lo natap gue kayak singa kelaparan?"
"Gue punya keinginan buat mengoyak-oyak lo, Kak. Tapi gue urungkan karena inget itu perbuatan dosa."
"Cih, bukannya bikin dosa itu hobi lo?"
Ini orang kenapa jadi tiba-tiba sok tahu tentang gue sih.
Gak balas menjawab, melainkan menatapnya lama sampai-sampai Kak Yesung tampak salah tingkah.
"E-eh, gue bercanda kali, La." Ringisnya tak enak.
"Ada yang hilang."
"Ha? Apa yang hilang?"
"Sifat pendiem lo, Kak. Ada yang pinjem ya? Terus lupa ngembaliin. Atau lo lagi barter-an sifat sama orang lain yang lebih cerewet? Makannya jadi kayak gini. Gue turut kecewa."
Kak Yesung diam seribu bahasa. Matanya menyorot tajam kearah gue yang hanya membalas dengan tampang tak bereskpresi. "Yuta! Gue mau tanya." Teriak kak Yesung dari balik meja kasir. Gue masih pada posisi mengamati si pria mata sipit dan cerewet abis depan gue ini. Menunggu apa yang akan dia tanyakan pada Yuta yang masih memberikan private di sana. "Cewek kalo lagi jealous hobi banget berspekulasi aneh-aneh ya ????!! Udah sih gitu aja." Dia pergi begitu saja, tak memedulikan bagaimana tanggapan Yuta, dan entah laki-laki itu mau menjawab atau tidak karena tak juga bersuara setelahnya.
Gak jelas banget sumpah! Dan gue merasa terintimidasi sekarang!
-
Part ini sesuai dengan judul yah.. Gak jelas banget emang. Tapi, kepengen nulis 😂
(Gegara foto ini T_T)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
RomanceNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018