Malam ini gue menghabiskan waktu di balkon kamar. Gak ada ulangan dan PR buat besok, jadi gue memilih untuk mencari hiburan sambil dengerin musik dan cek media sosial.
Sedang asyik sambil mengedarkan pandangan, tanpa sengaja melihat Yuta pulang sendirian. Masih pakai seragam dan tas slempang hitam, ia berjalan menuju rumahnya. Dia itu bukan anak organisasi, terus alasan pulang malam banget kayak sekarang itu apa? Gak mungkin futsal juga. Ini bahkan sudah hampir jam sepuluh malam.
Yuta berhenti setelah memasuki pagar rumahnya, membenarkan letak tas yang tersampir di sebelah bahu. Satu tangan mengeluarkan ponsel dari sana.
Drrt drtt
Ponsel ditangan gue bergetar.
Spontan, kening ini berkerut heran. Nama Yuta terpampang di layar ponsel. Gue melirik kearah Yuta dan ponsel secara bergantian. Dia masih berdiri di halaman rumah.
"Hallo?"
"Lo dimana?"
"Ya dirumahlah, bang."
"Bang beng bang beng,"
"Galak banget,"
Tak ada jawaban lagi. Seperkian detik suara suara jangkrik mendominasi...
Candaan dibalas keheningan jadinya garing kan. Huh deh!
"Tadi pulang sama siapa?"
"Sama cowok, baik banget gitu nganterin sampe depan rumah. Aman pokoknya."
"Siapa? Gue tanya namanya."
"Kalo gue tau, bakal disebutin daritadi."
"Lo pulang sama cowo gak dikenal?!" tanyanya dengan intonasi yang keras. Sampai gue harus menjauhkan ponsel dari telinga. Hnn,
"Iyaa."
"Kan gue udah bilang, lo pulang naik angk—"
"Gue pulang naik taksi kok."
"Hah?"
"Supir taksinya kan cowo, gue gak kenal lah dia siapa. Males naik angkot juga dan kuota gue habis, jadi gak bisa pesen ojek online."
Gue tertawa tanpa suara, melihat Yuta mendongakan kepala sambil mengelus dada. Dia pasti sudah khawatir duluan. Ck.
"Yuta?"
"Hm?"
"Emang kenapa?"
"Apanya?"
"Ih, kenapa kalau gue pulang sama cowo selain lo? Kayak Taeyong, kan dia baik sekarang ke gue. Atau siapapun lah."
"Gue gak percaya aja."
"Ya gimana bisa percaya kalo belum mencoba."
"Mencoba? Lo bukan objek uji coba."
"Eh, iya bener." kekeh gue, dan dia ikut tersenyum –gue melihatnya dari atas balkon. Dih, senyumnya sembunyi-sembunyi gitu. Dasar!
"Mm, tapi lo tahu gak sih kalau dalam suatu hubungan itu harus punya rasa saling percaya satu sama lain," sambung gue.
"Gue percaya kok sama lo. Pihak cowoknya yang gak gue percaya."
"Taeyong nih maksudnya?"
"Berlaku buat semua cowok pubertas dan gak terikat hubungan sedarah sama lo."
"Winwin juga dong."
"Dia masih gue anggap anak-anak, belum melewati masa puber."
"Jih, sinting lu! Ya masa sih harus bergantung terus sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
RomanceNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018