Seperti biasa, gue memasuki halaman sekolah bersama Yuta. Selagi dia parkirin sepeda, gue mampir ke kantin buat beli air mineral. Efek buru-buru jadi lupa buat bawa botol minum di kulkas.
"Iya, kemarin gue liat mereka berduaan di aula olahraga."
"Ya kalian tau sendiri si Lala kalo ama Yuta kerjaannya nge-bully. Tapi, kemarin keliatan mesra."
"Kabar-kabarnya juga mereka ... tunangan."
Oh! Apa-apaan nih! Gue yakin mereka sadar ada gue disini. Makanya ngomongin. Ck, beraninya di belakang doang.
Perlu kah diperingati? Nggak! Karena yang mereka bicarakan itu benar adanya. Lebih baik pergi, kali ini nggak bisa mengelak fakta.
Pertanyaannya, tahu darimana kalo gue dan Yuta tunangan?
"La," panggil Yuta yang duduk di bangku di deket pintu kantin.
"O, Yuta."
"Kenapa, nggak santai gitu mukanya?" tanyanya sambil main ponsel. Biasa cuman buka tutup grup WA aja.
"Tadi pas dikantin kita diomongin, dan mereka juga tahu tentang pertunangan. Dari siapa ya?"
Yuta menanggapi tenang. Kepalanya mengangguk-angguk santai, Seolah hal itu dianggapnya biasa aja. Beda banget sama kemarin.
"Lo nggak kesel?" tanya gue lagi saat dia tak kunjung menjawab. Hm,
Kita jalan beriringan menuju kelas. Tapi sungguh, keadaan ini rasanya canggung. Melewati koridor sekolah, beberapa pasang mata anak-anak memandang intens kearah kami.
"Biasa aja," jawabnya kemudian.
"Kok bisa?"
"Ya terus gue harus kena panic disorder karena berita itu?"
"Gak gitu juga."
Yuta memutar bola matanya malas sebelum dia kembali menjabab. "Gue udah tahu dari kemarin. Beberapa temen futsal juga ada yang tanya," ungkapnya setelah cukup lama terdiam.
"Kemarin? Ini aneh nggak sih. Info semalem langsung tersebar hari esoknya."
Ada yang nggak beres.
Dia mengangguk tanda setuju atas pernyataan gue. Wajahnya bertaut serius, tapi nggak lama. Karena setelah itu tiba-tiba tersenyum kecil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cuek ajalah. Lagian, lo nggak punya gebetan kan?" alisnya gerak naik-turun, bibirnya juga mencetak smirk menyebalkan.
Ngangguk atau geleng nih enaknya?
Ngangguk
Geleng
"Nggak," eh, tunggu! Kepala gue kok ngangguk sih.
"Punya?" mata Yuta melebar. Ck,
"Nggak." Kali ini bener-bener gelengin kepala.
"Jujur lo. Kok gue nggak pernah tahu lo pun—"
"Ngga punya ih! Udah ah! Gue ke kelas duluan."
Eh, gue nggak keliatan sensi kan? Biasa aja kan? Normal?
Srett
Tas gue ada yang narik! Saat menoleh ke belakang dan ... siapa kalau bukan si Nakamoto.
"Jangan ada rahasia di antara kita," suara mendesisnya menggelitik indera pendengaran gue. Masuk dari telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri.
"Jangan ada dusta di antara kita yang bener, bang."
"Gue nggak mau jadi plagiat."
Srekkk grepp
Sekali tarikan, dapet rangkulan. Bukan ini yang gue mau. Tapi, sekali tarikan, dapet duit. ATM kali, La!
"Lepas, Yuta!" tubuh mungil ini berusaha buat lepas dari rangkulan lengannya di bahu, tapi susah T.T
"Wah, mereka kayaknya bener jadian deh bukan sahabatan lagi."