Setelah gagal memelas buat nggak ikut bimbingan belajar, pada akhirnya gue terdampar di sebuah kelas kecil berisi 10 orang dan semuanya gak gue kenal. Yap, gue didaftarin Mama buat ikutan bimbel.
"Yang semangat belajarnya, Mama sama Papa udah kerja keras cari uang buat bisa nyekolahin kamu. Jangan kecewain kami ya.. Yang pinter, kalo gak paham tanya, jangan diem aja kayak batu. Pokoknya kamu harus bisa banggain Mama dan Papa. Oke, cantik?"
Hm, orangtua wajar menaruh harapan besar ke anaknya terkait prestasi akademik. Tapi, gue sendiri risih kalo dalam harapnya Mama suka mengungkapkan kalo kerja kerasnya mencari uang, semata-mata buat gue, jadi sudah seharusnya gue balas dengan keberhasilan yang mereka inginkan. Kalo nggak berhasil, mereka kecewa.
Seringkali bukan sebuah motivasi yang gue dapatkan dari kalimat itu, melainkan beban.
Sedangkan keberhasilan yg dicapai setiap anak itu berbeda-beda. Bisa di bidang akademis ataupun nonakademis.
Gue sendiri sebenarnya suka banget dengan olahraga renang. Gue bahkan pernah ikut olimpiade dan menjadi juara.
Sayangnya, keinginan gue buat ikut private renang ditolak mentah-mentah oleh Mama.
"Udah mau UN. Mending private mata pelajaran yang di UN kan aja ya? Kan katanya kamu mau masuk SMA favorit barengan sama Yuta?"
Pada saat itu gue masih keukeuh, sampai akhirnya Mama bilang,
"Mama gak ingin kamu nantinya lebih mementingkan renang dibanding urusan sekolah. Kamu mau Mama dan Papa sedih kalau nantinya nilai UN kamu jelek? Usaha Mama dan Papa cuma-cuma. Anaknya gak mau dengerin keinginan orangtuanya, susah diarahkan. Padahal satu keinginan kami, lihat anak satu-satunya berhasil. Udah."
Gue yang pada waktu itu masih punya pikiran sempit, belum bisa berpikir panjang soal masa depan dan makna dari keberhasilan pun mulai menangis dan melupakan soal private renang.
Menurut pada keinginan Mama dan Papa adalah kewajiban gue. Menyenangkan dua orang yang membuat gue ada di dunia ini. Kedengarannya simpel, eksekusinya sulit.
Kenyataannya sampai sekarang gue gak bisa membantah atau sekadar mengkomunikasikan keinginan gue yang sesungguhnya kepada mereka.
"Heii, boleh gue duduk di sini?"
"Bebas," balas gue seadanya.
"Jutek banget, gak ada yang naksir loh ntar."
Gue melayangkan tatapan kesal pada orang yang gak gue kenal ini. Cowo, tapi hobi banget komentar.
"Terus gue harus percaya sama omongan lo?"
"Musyrik dong, hahahah." Dia terbahak keras, sampai menghentak-hentakan kaki puas sekali.
Sempurna.
Emosi negatif gue terus terpancing hari ini."Lo pindah!"
"Gue V, bukan pindah."
Sabar gue sabar..
"Maksud gue, lo bisa pilih kursi selain di dekat gue. Bisa?" Ucap gue penuh pelan tapi penuh tekanan.
Dia berhenti ketawa.
"Kata lo bebas. Kok disuruh pindah?"
"Gue berubah pikiran."
"Yaa gak bisa. Gue udah pewe disini. Gak, gak mau pindah gue." Lelaki itu memeluk tasnya erat di dada dan enggan untuk pindah dari kursinya.
"Kalo gitu lo gak usah rese."
"Gue gak rese, lo nya aja mudah tersinggung."
"Gue gak tersinggung, lo yang sengaja mancing emosi gue."
"Eh, mendingan mancing ikan daripada mancing emosi orang."
"Tuh kan, lo-Ehh!!" Punggung gue seperti ada yang mendorong saat hendak beranjak berdiri. Gue pikir akan memalukan kalau gue jatoh terjungkal ke depan, ditambah meja kursi menghalangi tubuh gue buat mempertahankan diri. Gue menutup mata pasrah.
"Ekhm.."
"Eh, kok gue belom jatuh ke lantai?"
"Lo mau gue jatuhin sekarang?"
Merasa aneh, buru-buru gue membuka mata dan .......
"LO NGAPAIN PELUK-PELUK GUE, HAH? DASAR COWOK GENIT, GATEL, CERIWIS, BAWEL! SIAPA YANG DORONG GUE TADI, SIAPA?!!" Gue memalingkan kepala ke belakang.
Ada satu orang cewe yang berdiri kaku di tempat dengan wajah ketakutan.
Gue hampir menegur cewek itu, kalau saja lelaki yang merengkuh badan gue ini gak bergerak membantu gue kembali ke posisi duduk semula. Wajahnya berubah dingin.
"Dia gak sengaja nyenggol lo pas mau ambil penghapusnya yang jatuh. Gak usah marah, atau ..."
Dia menatap dalam manik gue yang masih menyorotnya tajam dan kesal.
"Kecantikan lo semakin bertambah kalo marah."
__
Wohoooo long long long time no see...
Aku datang membawa tokoh baru hahaha.Say Hi dulu coba sama abang satu ini...
Jangan lupa vote dan komennya ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
RomanceNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018