Dengan alasan kurang enak badan, gue pamit untuk pulang ke rumah lebih dulu.
Jujur aja, kondisi psikologis gue mendadak bermasalah semenjak pengakuan Kak Hans soal chat gue di mobil tadi. Meskipun di akhir Kak Hans bilang itu cuman bercanda dan menghapuskan suasana tegang yang terjadi, gue rasa sebaliknya. Itu bukan sebuah candaan. Hanya bentuk kepekaan terhadap situasi yang gak mengenakkan.
Pengecut? Memang. Rasa malu itu masih belum bisa gue atasi sendiri, realitanya. Walau sudah dua tahun berlalu, dan sikap Kak Hans yang masih biasa saja, tapi gue tetap malu, merasa konyol dan bodoh.
Berkali-kali melakukan rasionalisasi atas tindakan gue itu, tetap saja gagal. Ingin flight tapi sulit. Argh!!
Tak
"Aduhh, siapa sih yang kurang kerjaan main lempar-lempar?!!" omel gue entah pada siapa yang jelas pada oknum pelempar tadi.
"Eh sorry, gak sengaja." ujar sebuah suara dari arah belakang.
Gue memutar dan melihat ada Kak Ten berdiri di sana sambil menangkup kacang kulit di tangannya.
"Kak, lo ada dendam apa sih sama gue? Dari pagi ngeselin mulu."
"Lagian lo ngapain bediri gak maju-maju pake hentak-hentakin kaki segala. Menghalangi jalan gue. " Kak Ten masih berada di posisinya, dengan raut tak bersalah tetap menikmati kacang kulit miliknya.
"Lo segede apa sih Kak, sampe ruangan luas begini masih gak cukup buat dilewatin? Orang kecil juga." Gue melenggang pergi meninggalkan Kak Ten dengan wajah kesalnya.
"Eh, La. Udah pulang?"
"Loh Kak John, ada di sini?" gue kembali berhenti di anak tangga saat Kak Johnny datang menyapa.
"Iya baru sampai, nanti malem pergi lagi." jawabnya. Pantes masih rapih. Ah gue jadi inget sesuatu.
Gue melirik ke belakang di mana Kak Ten sedang berjalan ke tangga juga. Kayaknya mau bikin ulah lagi sih.
"Kak, kalo pergi bisa titip sesuatu buat dibawa gak?" suara gue sedikit mengeras,
"Titip sesuatu?"
"Iya, bawa Kak Ten pergi sekalian deh. Gabut banget di sini dia, jadi banyak melakukan hal-hal yang gak produktif. Ya ya?" mohon gue dengan wajah dimelas-melaskan,
Kak Johnny menghela nafas panjang. Mungkin ada rasa menyesal telah menghabiskan waktu beberapa detik buat dengar permintaan gue barusan.
Pletakk
"Tuh kan! Lo liat sendiri betapa gabutnya dia ...Yaaakk!! Stop!!" gue bersembunyi di balik badan Kak Johnny saat Kak Ten terus melempari gue dengan kulit kacangnya. Sampai-sampai Kak John yang kena hantaman kulit kacang tersebut.
Ya lord.. Kak Joy salah apa sampai bisa nikah ama orang ini?!!
Grettt
"Heii heii, stop!" protes Kak Ten sedikit memekik saat Kak Johnny mencengkram kerah kemejanya supaya dia berhenti menyerang gue.
"Phmfftt... kakinya... Kakinya ngangkat satu.. Hahahahahha." Gue gak bisa menahan tawa melihat Kak Ten yang berusaha berdiri dengan satu kaki. Tubuh kecilnya sudah pasti terhuyung ke kanan karena cengkraman Kak Johnny.
"Thanks Kak, sudah membalaskan dendam gue padanya." ucap gue bangga sambil melenggang pergi masuk ke kamar.
Kak Ten masih sulit berkutik, jadi hanya melempar tatapan tajam aja. Kesempatan buat gue pergi, masih dengan tawa yang terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
DragosteNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018