Cahaya jingga berpendar menyelimuti angkasa, menemani langkah kaki menyusuri jalan setapak menuju rumah. Gue baru tahu ada tempat sedamai ini di pinggiran kota. Mungkin gue terlalu mengedepankan kemageran sampai-sampai gak tahu ada kanal di sini.
Yup, tempat bimbel gue memang gak berlokasi di pusat kota. Jadi, daerah ini cukup asing bagi gue.
Untung, Yuta jemput. Selain irit ongkos, gue jadi bisa menemukan dan mengenali jalur baru menuju rumah ini.
"Kita duduk di bangku situ dulu yuk!" ajak gue sambil menunjuk kursi kayu berukuran panjang di bawah pohon, dan mengjadap tepat ke kanal sungai.
Kayak di anime-anime gitu. Gue suka suasana ini. Banget. Berasa tertarik ke dunia animasi.
"Udah sore, tar Mama lo nyariin. Anak gadisnya ga pulang-pulang. Kemana? Taunya ama gue. Terus jadwal pernikahan kita dimajuin. Berabe."
Pletakk
Gue menyentil pipinya dengan dua jari. "Drama tahu ga? Ngayal lo kejauhan."
"Nothing impossible kan? Kalo gitu gimana?"
"Sebentar aja. Gue ingin menikmati kedamaian ini,"
Yuta tidak langsung mengiyakan. Dia menatap gue cukup lama, "Oke. Lima menit."
"Bentar bang..."
"Tiga menit."
"Ehh... Iya iyaa deh..lima lima menit. Okey!" gue berlari menuju kursi panjang di sana.
Ini satu-satunya kursi di sini, kulit kayunya pun sudah banyak ya terkelupas, warnanya natural tanpa cat. Bahkan ketika gue menghirup aroma kayunya masih tercium.
"Yuta!! Duduk sini, sebelah gue. Sumpah, ini nyaman banget. Buruan sini!"
Yuta pun menuruti keinginan gue dan berjalan mendekat.
Srekk
Gue menarik lengannya paksa sampai ia terduduk di sebelah gue. "Pinjem.bahu lo ya. Sama lengan lo juga." Perlahan gue membaringkan kepala di bahunya sambil memeluk sebelah lengannya.
Yuta sedikit berjengit saat tangan gue melingar di lengannya. "Lo kenapa sih, tumben kayak gini?"
"Hmm. Ternyata begini sensasinya sandaran ya. Nyaman. Gue betah ini lama-lama di posisi kayak gini." Gue semakin mengeratkan pelukan tangan gue di lengan Yuta.
"Lo lagi stress ya?"
"Heem. Kayaknya hari-hari gue ke depannya makin penuh tantangan deh." Jawab gue asal, masih dengan mata terpejam.
"Maksud lo?"
"Gak papa."
"La.. Lala! Bangun, ih!"
Telinga gue menangkap suara Kak Joy, iya. Gak salah.
"Lala, gak bangun nyesel lo."
Serius, ini suara makin nyata, dan momen indah gue bersama Yuta hilang begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER - {Nakamoto Yuta}
RomanceNggak ada perasaan cinta, Tapi gue maksa dia buat jadi calon suami. @03-08-2018