17. Hanya untuk kali ini

14.5K 473 2
                                    

Vanessa duduk diam seperti patung budha di atas ranjang. Ia terus memikirkan ucapan Peter kemarin. Yang benar saja. Enteng sekali pria itu mengucapkan kalimat semanusiawi itu. Iblis seperti itu tidak cocok mengucapkan kalimat seperti itu setelah menyiksanya dari fisik hingga batin kepadanya. Apa pria itu pikir Vanessa mau hidup hingga menua pada pria itu. Jawabannya tentu saja tidak. Terlalu banyak luka yang pria itu torehkan. Takkan mudah untuk menghapusnya.

Ck, yang benar saja. Hidup bersamanya hingga menua nanti? Jangankan hingga menua, sehari saja aku tidak tahan hidup dengan terus bertatap muka dengannya, batinnya.

"Akh..." Vanessa mengajak rambutnya frustasi. Lalu diam sejenak, mengatur nafasnya perlahan. Dia harus menjalankan rencananya kembali. Ia harus lolos dari iblis bejat itu. Ia masih muda. Masih banyak waktu untuk membalaskan dendamnya.

Ceklek,

Mendadak pintu kamar terbuka. Orang yang sedari tadi sedang dipikirannya kini muncul dihadapannya. Berjalan mendekat kearahnya dengan tangan dimasukan ke kantong celanannya. Vanessa tidak sadar kalau sejak tadi ia terus memandang pria itu tampa berkedip. Terpesona dengan apa yang dilihatnya. Hingga membuat Peter mengernyit karenanya.

"Lalat bisa saja masuk kemulut-mu jika kau terus membukanya seperti itu."

Vanessa mengerjab mendengar ucapan Peter.

"Apa?" Jawab Vanessa polos. Dia tidak mendengar ucapan Peter karena keterpesonaanya akan Peter tadi.

Peter menghela nafas. Ia tidak habis pikir. Dalam sehari Vanessa bisa berubah 90 derajat dari pembangkang menjadi polos seperti anak kecil. Apa sebenarnya rencana yang ada di otak Vanessa.

Peter duduk dihadapan Vanessa dan menatapnya intens.

"Aku akan kembali bekerja, ada urusan penting yang harus aku kerjakan."

"Kenapa kau memberitahuku?"

"Kupikir kau harus tau, karena sebentar lagi kau akan menjadi istriku, aku akan menikahimu."

Mendadak dunia Vanessa serasa berhenti sekarang. Dia harus apa sekarang. Bukan ini yang diinginkanya. Menikah dengan iblis seperti Peter adalah hal terlarang baginya.

"Kenapa? Kau tidak mau? Sayangnya aku tak butuh persetujuanmu. Setelah aku selesai dengan urusanku, aku akan langsung mengurus semua hal menyangkut pernikahan kita." Peter hendak pergi namun tangan Vanessa menghentikannya.

"Apa...bukan mengapa kau ingin menikahiku?"

Apa aku sudah berhasil membuatmu mencintaiku, lanjut Vanessa dalam hati.

"Karena aku ingin."

Jawaban Peter sungguh menyayat hati Vanessa. Rencananya adalah membuat Peter jatuh cinta padanya, bukan menikahinya tanpa mencintainya.

"Aku belum siap Peter"

"Aku tidak butuh kesiapanmu. Lagipula, semuanya aku yang urus. Kau hanya perlu duduk diam dan menikmatinya."

Tidak ada yang aku nikmati Peter, kau malah makin membelengguku

Vanessa benar-benar dilanda kebingungan sekarang. Apa ia akan tetap melanjutkan rencananya. Yah, dia harus tetap melanjutkan rencanannya. Ia tidak mungkin menyerah begitu saja kan. Dendamnya tidak akan terpenuhi jika ia menyerah begitu saja.

"Kalau sudah tidak ada yang akan kau katakan, aku pergi dulu."

Cup

Ucapan Peter diakhiri dengan ciuman singkat dibibir Vanessa. Vanessa bahkan tak menyadari ciuman itu akan mendarat dibibirnya. Ia hanya mampu terdiam dengan apa yang baru saja terjadi. Peter memang penuh kejutan baginya.

"Sampai jumpa. Nikmati apa yang ingin kau lakukan, aku tidak akan lagi membatasimu pergerakanmu. Tapi kau tetap harus hati-hati, tetap ada daerah yang tidak boleh kau sentuh, ingat itu baik-baik." Bisik Peter didepan wajah Vanessa.

_____

Vanessa benar-benar memamfaatkan kebebasan yang diberikan Peter. Ia mencari tau seluruh seluk beluk tentang mansion ini, dari jumlah kamar, pintu keluar rumah ini, berapa jumlah pengawal yang berjaga setiap harinya, dan CCTV mansion ini. Tidak hanya itu, ia juga Bertanya kepada pelayan tentang keseharian Peter, apa yang disukai dan tidak disukai Peter, masa kecil Peter, dan semua tentang Peter. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Setelah lelah berkeliling ia pun istirahat dengan menonton tv diruang tamu.

Tidak lama kemudian Peter pun masuk kedalam rumah dengan wajah lelahnya.

"Kau sudah pulang!" Seru Vanessa yang diabaikan oleh Peter. Peter terus berjalan menuju tangga hendak kekamarnya. Vanessa yang awalnya jutek karena diabaikan Peter, berniat untuk mengikuti Peter masuk kekamarnya.

"Ah..."Desah kelelahan Peter terdengar begitu tubuhnya ia jatuhkan ke sofa yang berada dikamarnya. Matanya tertutup dengan dahi mengkerut. Pertanda ia begitu lelah hari ini.

Vanessa mendekati Peter dan duduk disebelahnya. Tangannya memijit-mijit lengan Peter yang tidak berasa sama sekali. Pijitan Vanessa malah terlihat seperti pijitan anak kecil dilengan Peter.

"Apa yang kau lakukan?" Ucap Peter tanpa membuka mata sedikitpun.

"Aku sedang membantumu menghilangkan lelah-mu."

"Itu tidak membantu sama sekali. Pijitanmu seperti pijitan anak kecil. Apa umurmu benar 18 tahun, jangan-jangan kau masih 10 tahun, hanya tubuhmu saja yang kelihatannya besar."

Plakk

Vanessa dengan jengkel memukul lengan Peter."Berarti kau adalah pedofil mesum yang menyukai anak kecil sepertiku."

Mata Peter langsung terbuka. Matanya menatap mata Vanessa yang sedang dihiasi kemarahan.

"Kau marah?"

"Tentu saja brengsek!" Vanessa berdiri dari duduknya. Lama-lama disini bisa-bisa membuatnya cepat tua karena iblis mesum itu.

Sedangkan disisi lain Peter sangat menyukai ekspresi Vanessa yang seperti anak kecil buatnya. Ia ingin sekali tertawa namun ditahannya.

Hap

Secepat kilat Vanessa sudah berada dipangkuan Peter. Peter memeluknya erat, dan menghirup aroma menenangkan dari tubuh Vanessa.

"Lepaskan aku,"Berontak Vanessa, namun Peter tak mengindahkannya.

"Aku tidak mau, aroma tubuh mungil-mu menenangkanku Vanessa. Karena itu diamlah, aku sangat lelah hari ini."

Vanessa diam. Untuk kali ini ia harus mengalah demi rencananya. Yah, hanya untuk kali ini...

***

Jangan lupa tinggalkan jejak dan share cerita ini ke yang lain.

Thankyu😘

Mischievous devil(book 3 : Mafia Lovers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang