26. perpisahan

13.5K 465 7
                                    

For you ( from fifty shades freed)
Liam & rita ora

.


.

.

Cek typo dan Kesalahan kata

"Sudah sadar?"

"Va..Vanessa?" Peter tidak percaya, bahwa yang dihadapannya ini adalah Vanessa. Gadis yang dirindukannya 2 hari ini. Tidak terbayang betapa rindunya dia selama ini. Ia terus mencoba untuk tidak menemui wanita ini karena merenungi rasa bersalahnya.

"Iya." Ucap Vanessa jutek, lalu turun dari tubuh Peter. Peter pun ikut bangun, walau sedikit oleng.

"Kau kenapa bisa ada disini?"

"Aku menanyakan sesuatu padamu."

"Apa?"

Sebelum Vanessa menjawab, ia terlebih dahulu melirik tangan Peter, kemudian wajah pucat pria itu.

Vanessa menghela nafas. ia mendekat kearah Peter, meraih tangan pria itu, dan membawanya keluar dari kamar. Mereka turun kebawah menuju dapur, sepertinya Vanessa ingin mengajak Peter makan itulah yang ada dipikiran Peter sekarang. Sepanjang perjalanan ia terus tersenyum melihat tangannya yang digenggam Vanessa. Ternyata mudah sekali mendapat perhatian dari Vanessa. Tidak perlu dengan cara kasar. Mengingat kejahatannya dulu pada Vanessa membuat Peter mendadak berhenti. Hingga membuat Vanessa ikut berhenti.

"Ada apa?" Tanya Vanessa melihat Peter yang sedikit menunduk.

"Bodoh sekali aku ini," Lirihnya.

"Apa?"

"Ah..tidak apa-apa." Ucapnya berusaha tersenyum.

"Kalau begitu ayo, aku tau kau lapar."

"Hm,"

Vanessa memanaskan makanan kemudian memberikannya kepada Peter untuk dimakan.

"Ahh.." Desah Peter, begitu makanannya telah tandas.

"Berikan tanganmu."

"Hah?"

Vanessa memutar bola matanya malas. Ada apa dengan Peter. Ia terlihat seperti orang kebingungan saja. Dengan malas Vanessa pun berdiri dari duduknya dan pindah kesebelah Peter dengan membawa kotak p3k. Meraih tangannya yang terluka untuk ia obati.

Peter hanya diam menatap intens apa yang dilakukan Vanessa. Matanya terus melihat gerak-gerik Vanessa. Ia takut jika ini hanyalah mimpi. Ilusi yang mempermainkannya. Ia bahkan tidak merasakan sakit sedikitpun ditangannya yang tengah diobati oleh Vanessa karena begitu serius menatap wajah cantik Vanessa.

"Sudah selesai."

Vanessa membereskan kotak p3k itu begitu selesai mengobati Peter. Ia hendak berdiri guna menyimpan kotak p3k itu ketempatnya semula. Namun sebuah tangan mencekalnya. Ia menoleh dan melihat wajah Peter yang tengah menatapnya intens.

"Maaf."

Satu kata penuh makna. Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Peter. Vanessa tidak memedulikannya. Ia malah hendak melanjutkan langkahnya. Namun lagi-lagi Peter menahannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Vanessa."

"Kau tau jawabanku apa" Ucap Vanessa datar.

Sakit. Itulah yang dirasakan hati Peter saat ini. Miris sekali mendengar wanita yang kau cintai berucap seperti itu.

Peter tersenyum kecut.

"Maaf. Aku terlalu cepat berharap kau akan memaafkanku. Padahal aku belum berjuang sedikitpun untuk mendapatkan maaf darimu"

"Aku tidak butuh perjuanganmu. Aku hanya butuh kau melepaskanku. Maafmu tidak akan berguna jika kau terus menahanku disini dan merasakan sakit. Melihat dirimu berarti melihat semua apa yang kau lakukan dulu padaku.

Kau merebut semua kebahagiaanku Peter. Kau menyiksa fisik dan batinku. Kau membunuh ayahku, kekasihku, dan juga merebut kehidupanku yang seharusnya kurasakan sama seperti anak seumuranku. Apa kau pikir aku akan muda memaafkanmu Peter setelah apa yang kau lakukan selama ini."

Air mata perlahan menetes turun membasahi pipi Vanessa. Akhirnya bebannya yang menampung keluar dari mulutnya.

"Aku akan melepaskanmu."

Vanessa terdiam. Mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Peter.

"A..apa itu benar."

"Aku akan melepaskanmu. Tetapi.. Beri aku satu malam yang manis sebagai perpisahan. Walau aku tau aku akan hancur setelah kepergianmu."

______

Diatas ranjang. Dengan cahaya yang minim karena hanya lampu tidur yang menyala. Ada dua manusia yang berbeda gender saling menatap. Menyalurkan berbagai perasaan mereka masing-masing melalui tatapan mereka.

Peter menghela nafas dalam-dalam. Entah kenapa jangtungnya berdetak sangat kencang sekarang.

Ia mulai membuka satu-persatu pakaian Vanessa dengan sangat lembut. Menidurkannya perlahan, dan mulai ikut membuka pakaiannya juga. Setelah selesai, ia pun membungkuk keatas tubuh Vanessa. Mengecup dahi, hidung, pipi, lalu terakhir dibibirnya. Peter menatap mata Vanessa yang tadi tertutup karena ciumannya.

"Kau sangat cantik."

Oh tidak. Jangtung Vanessa tiba-tiba berdetak tak karuan karena ucapan Peter.

"Aku ingin kau menikmatinya saat ini."

Peter melanjutkan aksinya. Ciumannya turun keleher jenjang Vanessa. Menyesap setiap jengkalnya dan meninggalkan jejak disana. Vanessa merasa kepalanya pening karena kenikmatan yang dirasakannya. Peter sungguh begitu ahli dalam mencumbunya.

Selesai dengan leher Vanessa. Peter turun kepayudara Vanessa. Mnghisap puting yang sudah menegang itu. Sedangkan tangannya yang satu. Meremas gundukan itu.

"Ah..hah...ah Peterhh"

Desahan pertama dari Vanessa. Membuat Peter semakin semangat untuk melakukan lebih. Kejantanannya sudah menegang untuk segera dipuaskan.

Peter menaikan tubuhnya, untuk melumat bibir Vanessa. Mengakses apa yang ada didalmnya. Tangan Vanessa naik kelengan Peter. Ia meremas lengan Peter. Melampiaskan gairahnya pada lengan kekar itu.

Kejantanan Peter mulai ia masukan kedalam milik Vanessa. Menghujamnya lembut dan berkali-kali. Tangan Vanessa yang tadi dilengan Peter kini naik kerambut Peter, dan meremasnya.

Hujaman Peter perlahan mulai mengeras. Hingga membuat Vanessa mendesah nikmat.

"Arghhh.." Desah mereka bersamaan karena orgasme pertama mereka.

"Peterhh..apa janinnyahh akan baik-baik sajahh."

Peter diam. "Ah...maaf. aku akan pelan-pelan."

Peter membalik tubuh Vanessa dan menunggingkannya tanpa melepas sama sekali kejantanannya dari sana. Mulai menghujam demgan lembut. Peter menghujam sambil meremas payudara Vanessa.

"Ah..ahh..Peter." Desah Vanessa.

Peter menyetubuhi Vanessa tanpa bosan. Banyak jejak ia tinggalkan ditubuh Vanessa. Bahkan ketika Vanessa mulai kelelahan, Peter tanpa henti terus menghujamnya. Peter terus mengocok milik Vanessa hingga jam menunjukan pukul 4 pagi.

Peter akhirnya jatuh kesamping tubuh Vanessa yang mulai terlelap karena lelah.

"Tidurlah..aku tau kau lelah."

Peter menatap Vanessa yang sedang tertidur dipelukannya. Ia tidak bisa tidur karena sedang menikmati wajah cantik Vanessa yang sebentar lagi akan ia lepas dan pergi darinya bersama anak yang ada dikandungannya.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Selamat hari raya idul adha mohon maaf lahir dan batin🙏

22 agustus 2018




Mischievous devil(book 3 : Mafia Lovers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang