INDIGOF CINTA #17

3.6K 222 8
                                    

Aku terusik dari tidur ku saat ku rasakan seseorang dengan sengaja nya memainkan pipi dan hidung mancung ku.

“Sayank...”

“ahh, bentar.” Keluhku tak ingin di ganggu.

“Aku mohon bangun, aku ingin kamu antar kuliah.” pinta Marsya memelas.

Aku akhirnya membuka mata dan membiasakan diri. Aku bangkit duduk, Marsya masih duduk di sampingku diatas kasur. Hari ini aku merasa kedinginan saat bangun. Segera aku buka gorden dan mendapati bahwa sedang gerimis lembut di luar.

Aku menatap Marsya, dia hanya mengenakan hot pants dan kaus tipis nan ketat warna putih yang sedikit menerawang ke dalam tubuhnya dan memperlihatkan lekuk indahnya.

“Jam berapa kamu kuliah ?” tanyaku basa-basi. Membuat suasana menjadi hangat dan tidak terlalu tegang.

“Nanti. Jam 12.00” jawabnya tanpa dosa.

“Apa jam di Apartemant ini mati sayank ? bahkan aku yang baru saja bangun bisa memastikan ini belum ada jam 7 pagi.” Marsya tersenyum menatapku.

“Aku kesepian, tidak ada teman. Dari pada kamu tidur, kamu tidak keberatan kan menemani istri mu ini ?” ucapnya sambil melirik tajam ke arahku. Aku gelagapan di katai seperti itu.

“Iya. Sama sekali tidak” ucapku lalu membelai kepalanya.

“Thank you Sayank.” katanya manja.

Kami segera keluar dari kamar dan menyantap sarapan. Secangkir kopi selalu menemani pagi ku. Kami duduk dimeja kecil dengan dua kursi lengkap beserta sarapannya. Marsya mengambil setangkup roti dan segera memakannya sedang aku menuangkan creamer ke cangkir kopiku.

Marsya mengambil sendok dan mengaduk kopi serta creamer yang belum tercampur itu. Aku hanya tersenyum mengamati perhatiannya. Selesai mengaduk dia menaruh sendok itu di alas cangkir. Aku ikut mengambil setangkup roti dan membelahnya menjadi dua bagian.
Kini serbuk kopi itu sudah mengendap di bawah, aku celupkan salah satu potongan roti itu ke dalam cangkir dan segera melahapnya sesudah itu.

“Aku tidak begitu suka saat hujan” kata Marsya sambil menaruh sisa rotinya di piring.

“kenapa ?” tanyaku heran.

“Hawanya dingin dan membuat tidak nyaman” keluhnya.

“Tak terkecuali penderita asma” ujarku.

“Lebih dari itu, saat hujan banyak yang menderita” katanya.

“siapa dan apa ?” tanyaku ingin tahu.

“Contohnya saja pejalan kaki yang hendak meeting, bajunya saja baru. Materinya sudah di persiapkan dengan baik, namun apa yang terjadi jika hujan ? hancur semua kan ?” tanya Marsya balik. Aku hanya mengangguk.

“Lalu ?” tanyaku lagi.

“Pelajar, dari SD sampai SMA. Terutama yang menggunakan motor. Jas hujan, kecipratan sertabanjir adalah kawan akrab” katanya. Aku tersenyum manakala membayangkan nya.

“Bagaimana dengan petani ?” tanyaku kini.

“Ya, aku akui dia membutuhkannya.” ucap Marsya kurang ikhlas.

“Atau jasa ojek payung ?” tanyaku lagi.

“Hemm.. oke. Itu bisa.” kata Marsya memaklumi.

“Tidak semua rugi kan sayank ?” tanyaku.

“Tapi kan tetap saja banyak yang rugi” katanya tak mau mengalah.

“Itu tinggal bagaimana menyikapinya” ucapku santai.

INDIGOF CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang