MANIS TAPI PAHIT

2.8K 175 45
                                    

Aku telah selesaikan laguku dengan baik. Ada senyum dari Marsya yang begitu tulus. Ahh, begitu sempurna malam ini. Aku sempat genggam tangannya, ingin aku cium. Aku sempat ragu, tapi akhirnya aku kecup mesra keningnya dihadapan teman-temannya ini. Marsya tersipu malu setelah riuh tamu undangan bersorak pada kami yang tengah mesra-mesranya itu.

Pesta terus berlanjut, seperti yang sudah direncanakan, ini memang akan sampai larut. Acara ini tidaklah formal, aku dan Marsya memutuskan untuk berbaur dengan tamu undangan dalam acara selanjutnya yang merupakan hiburan musik oleh DJ. Aku berpisah dengan Marsya, Ia membaur dengan sahabat-sahabatnya di waktu sekolahnya dahulu. Kalau aku menanti seseorang, katanya sih dia hendak datang.

Aku menggenggam secangkir whisky dan terduduk di gazebo kecil yang letaknya masih di backyard. Tiba-tiba ku rasakan seseorang menepuk pelan pundak ku dari arah belakang. Aku tersenyum menyambutnya, Ia pun ikut duduk disampingku. Ia mengambil paksa whisky yang aku genggam dan menaruhnya jauh-jauh dari kami.

“ada apa kau ini ?” tanyaku ketus padanya

whisky itu tak baik untuk kesehatan” ucapnya datar.

“apa orang biasa bisa melihatmu ?” tanyaku sambil menatapnya.

“tidak. Aku masih berwujud malaikat sekarang” jawabnya sambil melihat ke sekitar.

“kau nampaknya tak nyaman..” ucapku memperhatikannya.

“justru aku tak enak hati padamu, kau bisa disangka gila nantinya” kata Nathan santai.

“aku memang sudah gila” ucapku sambil tertawa.

Nathan terdiam, pandangannya lurus. Ia seperti terbeban, tak seperti biasanya. Aku menatapnya kemudian dipenuhi rasa ingin tau.

“aku ingin bertanya padamu” kata Nathan tiba-tiba. Aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku.

“apa itu ?” tanyaku datar.

“bagaimana kalau kau dibohongi seseorang yang begitu berarti untukmu ?” tanyanya. Ini terdengar ganjil, ini makin membuatku khawatir.

“siapa yang kau maksud ?” tanyaku balik.

“jawab saja dulu, bagaimana perasaanmu ?” tanya Nathan mendesak. Aku tak bisa langsung menjawab, aku terdiam namun berfikir keras.

“mungkin aku kecewa” jawabku setelah kurang lebih berfikir 5 menit.

“lalu akan kau apakan orang itu ?” tanya Nathan lagi.

“aku tak mungkin menyalahkannya begitu saja, aku akan minta penjelasan. Mungkin juga aku maafkan dia” jawabku jujur.

“kau yakin akan setulus itu ? biasanya kalau sedang emosi, bahkan ujarmu saja tak kan kau gubris” kata Nathan meragukan.

“apa gerangan kau tanyakan ini padaku ?” tanyaku yang kali ini benar-benar dipenuhi rasa ingin tau.

“nanti kau akan tau” jawab Nathan menggantung. Perlahan Ia bangkit dan hendak pergi kurasa.

Aku pun kini benar di tinggal Nathan sendiri. Aku hendak menghampiri Marsya, namun ada yang aneh, aku merasa kepalaku berputar. Pandanganku buyar ! ada apa ini ?! Aku lihat para tamu undangan baik-baik saja, mereka seolah tak menyadariku yang kacau ini. Aku memegang kepalaku dengan kedua tanganku, aku bahkan mencengkram rambutku sendiri, sakitnya bukan main. Aku tak bisa lagi menjaga keseimbangan, aku akhirnya terjatuh.Belum juga aku temukan Marsya, kemana dia ?! tak taukah dirinya aku sedang kesakitan ini? Payah ! bisa-bisanya keanehan ini ada di saat penting seperti ini.

Aku sempat mengerang, aku menundukan kepala seraya memegangnya erat. ini luar biasa sakitnya. Oh Damn it ! Sekarang aku tak bisa melihat apapun ! sungguh gelap ! Belum lagi pusing yang menggila ini, ahh ! sakit ! aku bisa pastikan aku sudah mencelikan mataku lebar-lebar, tapi nihil ! aku tak melihat apapun. Tuhan ! apa ini ?!

INDIGOF CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang