BAGIAN DUA

2.7K 162 1
                                    

Sekolah swasta X itu masih digemparkan oleh berita tentang Rani Hayani yang meninggal dunia didalam ruang ganti, para murid yang sebelumnya hanya takut pada berita itu bertambah takut saat mereka mendengar jika ternyata kematian Rani adalah sebuah pembunuhan. Tidak heran juga, Rani memang terkenal dengan mudah bergaulnya tapi disamping itu mulut tajam dan perkataan yang menyayat hati darinya membuat sebagian murid yang pernah berurusan dengan Rani diam diam menghela napas lega saat mereka tau jika Rani dibunuh, mereka berterima kasih ketika ada seseorang secara tidak langsung membalaskan sakit hati yang mereka rasakan. Tapi sebagian murid yang sudah biasa dengan perilaku Rani merasa kasihan dan iba padanya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Lita--seorang siswi disana pada Beti, temannya.

"Tidak terlalu mencurigakan. Sangat bersih, siapa yang akan menyangka itu sebuah pembunuhan jika hasil otopsi tidak keluar." Balas Beti.

"Benar juga. Aku hanya mengira jika Rani mungkin memang meninggal secara mendadak." Ucap Lita lagi, yang kali ini diabaikan Beti karena menurutnya itu tidak perlu ditanggapi.

Karena tidak ingin terlalu memikirkan apa yang sedang terjadi Lita menarik Beti dengan sedikit paksaan untuk menemaninya kekantin.

Setelah kepergian mereka, seorang siswi, Mutia berjalan kearah tempat Rani duduk. Duduk dikursi itu lalu mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya. Sebuah kelopak mawar hitam, bunga kesukaan Rani. Dengan sebuah senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

***

Ferdi berjalan menuju ruangan Keyra, dia sudah mendapatkan salinan CCTV yang diinginkan Keyra, sekarang dia ingin memberikannya pada Keyra supaya atasannya itu dapat memeriksa sendiri apa yang ada didalam CCTV itu. Setelah mengetuk tiga kali dan sebuah suara menjawabnya Ferdi langsung masuk kedalam ruangan itu.

"Saya sudah mendapatkan rekaman hari itu bu." Ferdi memberikan sebuah flashdisk pada Keyra. Keyra menerimanya kemudian memasukkan flashdisk itu kedalam komputernya, dan mulai memutar rekaman satu per satu.

Berjam jam kemudian mereka masih belum menemukan sesuatu yang mencurigakan. Beberapa menit kemudian Keyra langsung mendudukkan dirinya dengan benar saat melihat seorang wanita dengan pakaian hitam keluar dari ruangan itu dengan memabwa sebuah kantung plastik yang isinya dicurigai Keyra adalah sebuah bantal yang digunakan untuk membunuh Rani.

"Kita kembali kesekolah!" Teriaknya pada Ferdi saat dia keluar dari ruangannya. Dia membawa serta Zach, detektif yang sudah ditugasinya untuk mencari siapa saja yang bertanggung jawab atau masuk kedalam ruang ganti saat Rani berada didalamnya.

"Panggil orang orang yang sudah kamu temui untuk segera menemuiku diTKP." Ucap Keyra pada Zach, yang langsung diangguki oleh detektif itu.

Empat orang murid masuk menemui Keyra, mereka dua orang siswa dan dua orang siswi. Kebetulan yang sangat menarik. Keyra melihat orang orang dengan bergantian, ditangannya ada data siswa yang sudah didapatkannya dari guru yang bertanggung jawab.

"Nico Yunico, murid baru yang tidak berkaitan dengan semua hal tentang acara apalagi penanggung jawab ruang ganti, apa yang anda lakukan didalam?" Tanya Keyra pada siswa yang sekarang berdiri didepannya, siswa ini terlihat pucat, matanya melirik kesembarang arah dengan gelisah. Dia masih diam, Keyra masih sabar menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya.

"Saya hanya..." ucapannya tidak dilanjutkannya, dia merasa malu jika harus mengatakan hal ini, apalagi disana bukan hanya ada dirinya sekarang, tapi juga teman sekelasnya yang walaupun tidak peduli dengan apa yang dilakukannya tapi tetap saja dia malu.

"Hanya? Hanya membunuh korban?" Pancing Keyra. Nico langsung menggelengkan kepalanya dan mengatakan tidak beberapa kali.

"Saya hanya, hanya memberikan minuman untuknya. Lalu mengatakan bahwa saya menyukainya." Dengan satu tarikan napas, kalimat terakhir dikatakannya dengan sangat cepat. Dimana akan dia taruh mukanya saat orang orang tau jika dia ditolak hari itu oleh Rani.

Bibir Keyra berkedut, bukan karena ingin menertawakan siswa didepannya ini, tapi melihat ekspresinya yang nelangsa seperti ini terlihat jelas jika dia barusaja ditolak, apalagi ini oleh queenbee sekolah.
Keyra mengamati yang lainnya, kemudian beralih pada siswi yang berdiri didekatnya, dua orang siswa tadi sudah disuruhnya keluar karena mereka ternyata berteman, dan temannya Nico hanya menemaninya untuk mengatakan perasaannya pada Rani.

"Dea Ananda, kamu ketua panitia acara, apa yang kamu lakukan didalam ruang ganti?" Tanya Keyra pada gadis dengan wajah datar, tanpa ada ketakutan sedikitpun.

"Mengatakan pada Rani bahwa band nya harus tampil dalam sepuluh menit." Jawab Dea dengan tenang, tanpa ada keraguan sedikitpun dibawahnya, dia benar benar tenang.

"Kamu Maya Sovia? Apa yang kamu lakukan?" Keyra beralih pada siswi disamping Dea.

"Saya memang penanggung jawab untuk ruang ganti. Tentu saja saya disana ketika itu untuk memberikan kostum pada Rani. Anda pasti sudah mendengar jika Rani selalu ingin sendiri walaupun temannya banyak, saat itu dia mengusir saya karena ingin sendirian." Keyra sudah mendengar hal itu dari sebagian murid yang mengenal Rani.

Keyra pusing sekarang, anak anak ini terlihat tidak takut pada aura intimidasinya, malahan mereka sangat santai seperti yang mereka jawab itu bukan sesuatu yang berhubungan dengan pembunuhan.

Setelah menyuruh mereka kembali kekelasnya, Keyra memandangi TKP sekali lagi. Harusnya ada yang janggal disini. Ini terlalu bersih untuk bisa dilakukan anak sekolahan yang seharusnya melakukan hal hal untuk umur mereka saja, seperti bersenang senang atau memikirkan pelajaran. Jika bukan murid disini pelakunya apa ada orang luar?

***

Dea ananda, kepribadiannya yang tenang membuatnya disukai banyak orang. Tapi banyak juga yang kecewa saat tau dia sudah mempunyai pacar, terlebih para siswa laki laki yang ingin menjadi pacarnya. Kepribadiannya yang tenang itu membuat orang orang berpikir jika dia bisa ditaklukkan, tidak bar bar. Tidak ada yang tau bagaimana sifat aslinya, bagaimana cara dia memandang ataupun menilai seseorang. Ayahnya pemilik rumah sakit A, rumah sakit besar. Pamannya mempunyai riwayat kejiwaan yang tidak sehat. Gila.
Menurut beberapa orang penyakut itu turunan, jika iya, apa Dea gila?

Ibunya hilang, entah hilang bagaimana. Masih misteri, meninggal ataupun masih hidup mungkin hanya Dea dan ayahnya yang tau.


***

Sebuah teriakan dari toilet perempuan membuat pagi yang tenang itu menjadi ricuh. Seorang siswi yang ingin masuk kedalam toilet tergeletak dilantai dengan tidak sadarkan diri. Melihat sebuah mayat yang terletak di atas dinding sekat pembatas setiap bilik disana sangat menyeramkan. Dengan darah yang masih menetes dari kepala korban. Menambah ketakutan siswi itu.

Gita yang berada disana meringis, wajahnya menunjukkan ketakutan yang sangat kentara. Bibirnya gemetar ketakutan. Apalagi sekarang? Kasus Rani saja masih belum benar benar terproses. Sekarang sudah ada saja korban.

"Masih pagi. Bahkan kematian Rani masih belum mendapatkan titik terang yang jelas." Ucap Lita yang berada disamping Beti, mereka melewati toilet yang sedang ramai. Orang orang itu benar benar! Kenapa sangat ingin tau?

"Gita pasti sangat syok. Jika aku, mungkin aku tidak akan bisa hidup tenang lagi." Ucap Lita lagi karena tidak mendapatkan tanggapan dari Beti.

"Harusnya kamu bersyukur itu bukan dirimu." Saran Beti cukup bagus. Lita harusnya bersyukur itu bukan dirinya.

***

11 Agustus 2018

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang