BAGIAN TIGA

2K 134 0
                                    

Seorang laki laki dengan jas putih yang berada ditangannya keluar dari lift sebuah rumah sakit dengan sebelah tangannya memegang ponsel yang terus diutak atiknya sejak keluar dari ruangan pasien yang ditanganinya. Setelah mendengar nada sambung sebanyak tiga kali akhirnya telepon dari laki laki itu diangkat.

"Sudah ketemu?" Tanyanya pada seorang yang diteleponnya.

"Untuk sekarang awasi saja dulu. Aku butuh waktu untuk membuat dia lengah. Saat itu baru kamu bergerak sesuai perintahku." Setelah itu dia langsung menutup teleponnya.

***

Korban itu diketahui bernama Nico Yunico, nama yang cukup mudah. Sepertinya orangtuanya sangat pemalas memberikan nama yang lebih bervariasi untuknya. Murid baru yang sebelumnya menjadi pusat perhatian karena ditolak oleh Rani, korban pembunuhan pertama. Saat itu Keyra mencurigainya sebagai pembunuh Rani karena memiliki alasan yang dapat membuat Nico membunuh Rani. Pihak kepolisian yang datang ke TKP sedang mengambil bukti bukti disekitar mayat Nico. Beberapa petugas forensik yang mengambil gambar sedikit kesulitan karena mayat korban masih tergantung diatas sana. Setelah merasa cukup dengan foto foto yang mereka ambil, dengan perlahan petugas forensik dan penyelidik menurunkan tubuh korban dan memasukkannya kedalam ambulance. Otopsi akan dilakukan oleh Hamdi, dokter gila yang sayangnya tampan itu pasti tidak sabar menunggu mainan barunya di lab.

Saat para murid sibuk membicarakan kematian Rani dan Nico yang dalam dua hari berturut turut sudah menggemparkan satu sekolah, Dea Ananda masih saja berkutat dengan soal matematika didepannya, tidak sedikitpun ingin tau tentang apa yang sedang terjadi. Tidak penting, pikirnya. Beti juga ada disana, dia memang tidak berniat bergabung dalam kerumunan itu, melelahkan dan tidak ada hasilnya. Sia-sia. Beti mengamati Dea, sesuatu muncul diotaknya, memikirkannya dengan benar, setelah semua yang dipikirkannya terasa masuk akal untuk dirinya sendiri, Beti kembali berdiri untuk berdiri disamping Lita yang memang sangat ingin tau tentang apa yang terjadi pada Nico.

"Polisi itu terlihat sangat kesulitan mencari bukti disana." Ucap Lita yang terus mengamati pekerjaan polisi disana.

"Kamu pikir mudah mencari petunjuk ditempat itu? Itu tempat umum, pasti ada yang sudah masuk kesana sebelum Gita tapi tidak menyadari jika ada mayat disana." Balas Beti.

"Benar juga. Tapi aku takut jika pembunuh itu masih berkeliaran tidak menutup kemungkinan akan ada korban lagi." Ucap Lita.

"Kenapa? Kamu takut jika kamu yang akan dibunuhnya?" Tanya Beti, Lita nengangguk.

"Kamu tidak akan dibunuhnya, selain ceroboh kamu juga cerewet. Pembunuh itu pasti mati duluan sebelum membunuhmu ketika mendengar kamu selalu berkicau seperti burung." Lanjutnya.

Melihat Beti berjalan meninggalkannya Lita hanya bisa menggerutu dengan mulut yang sudah manyun beberapa senti kedepannya. Seseorang yang melewatinya membuatnya seketika diam. Walaupun bukan hantu, kehadiran Mutia membuat tubuhnya was was, mungkin hawa dingin dari kulkas berjalan itu membekukan tulangnya.

Beti berdiri tidak jauh dari tempat Keyra dan Ferdi berdiri, samar dia mendengar percakapan dua orang itu.

"Saksi mata sudah sadar?" Tanya Keyra pada Ferdi, detektif yang menemani Gita diruang kesehatan sekolag swasta X itu.

"Belum, mungkin saksi belum ingin membuka matanya. Dia masih syok berat, melihat pemandangan mengerikan seperti itu pasti akan membuatnya trauma." Jawab Ferdi.

"Setelah sadar, hubungi aku secepatnya." Ucap Keyra.

Jika saja kasus ini tidak terjadi dilingkungan sekolah mungkin akan sangat mudah bagi Keyra untuk melakukan penyelidikan, tapi kondisinya sekarang berbeda, mereka pasti akan merasa ketakutan dan juga ditambah insiden hari ini yang pasti akan membuat jiwa mereka yang belum terlalu pulih itu akan mengalami tekanan kembali. Keyra tidak ingin ada beberapa murid yang mengalami stress akibatnya.

***

Pemakaman itu seperti biasanya, sunyi dan terlihat menakutkan. Seorang petugas bersih bersih dipemakaman itu tersenyum saat melihat seorang gadis menyapanya, gadis yang sudah beberapa hari ini selalu datang kesini dengan sebuah mawar hitam ditangannya. Petugas itu tau jika bunga itu adalah bunga kesukaan Rani, temannya, saat gadis itu berbicara padanya beberapa hari yang lalu.

Gadis itu berjongkok sambil meletakkan buket yang dibawanya diatas bunga yang sudah layu. Sepertinya hanya dia saja yang kemakam ini. Ibu Rani Hayani pasti belum melihat makam anaknya, gadis itu mendengus, sesibuk apa ibunya itu sampai makam anaknya saja tidak dilihatnya?

"Baru beberapa hari sejak kepergianmu orang yang seharusnya menjadi pacarmu ikut pergi bersamamu tadi pagi, sepertinya dia memang benar benar menyukaimu sampai mengikutimu keakhirat." Ucap gadis itu--Beti.

"Saat kamu bertemu dirinya disana, jangan menjauh." Lanjutnya. Dia seperti orang gila disini, berbicara pada makam Rani.

Beti berdiri, melanjutkan jalannya. Dia harus pulang sekarang. Berlama lama disini akan berbahaya baginya.

**

Tbc.

5 November 2018

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang