BAGIAN ENAM

1.5K 102 0
                                    

"Lagi?"

"Apakah masih bersangkutan dengan kasus pertama?"

"Baiklah saya akan segera kesana."

Keyra berjalan dengan tergesa gesa menuju tempat kejadian yang ia terima tadi walaupun merasa sedikit aneh tapi dia yakin bahwa murid yang di temukan itu masih di bunuh oleh palaku yang sama, tempatnya tidak jauh dari sekolah swasta itu. Laboratorium yang di gunakan tempat pembunuhan itu baru beberapa bulan ini di buka tapi siapa yang akan menyangka Jika akan ada hal mengerikan yang terjadi di sana.

Hal pertama yang dilihatnya setelah sampai disana adalah banyaknya darah disekujur tubuh mayat itu. Wajah korban itu tertutup oleh darah yang sudah mulai mengering.

"Melihat darah-darah yang sudah mengering ini diperkirakan kematian korban sekitar dua atau tiga hari yang lalu, bu." Ferdi menjelaskan itu tanpa menunggu Keyra bertanya padanya

"Lukanya tidak begitu dalam tapi dari mana asal darah yang banyak ini?"

"Setelah melihat kearah belakang tubuh korban sepertinya pelaku yang masih belum puas melihat korban sudah tidak bernyawa akibat pisaunya memukul korban pada bagian kepala, sehingga banyak darah yang mengalir dari sana."

Keyra berjalan menjauhi korban setelah melihat ada bekas darah yang sepertinya berasal dari korban tapi membentuk sebuh garis melengkung.

"Darah ini berasal dari korban bukan? Jadi sipelaku membunuh korban didaerah ini dan membawanya kesana? Jaraknya tidak terlalu jauh jadi menurutmu untuk apa dia melakukannya?"

Ferdi memutar otaknya dengan cepat mencari jawaban yang sekiranya akan memuaskan Keyra.

"Apa mungkin sikorban masih bernapas saat sipelaku menikamnya dengan pisau kemudian sikorban mencoba melarikan diri dengan menjauhi sipelaku tapi sipelaku langsung memukul korban menggunakan sesuatu sampai korban meninggal." Jawaban tidak yakin dari Ferdi itu membuat Keyra mengernyitkan keningnya lalu mengangguk pelan

"Menurutmu begitu?"

Ferdi mengangguk yakin. Biasanya jika nada bicara yang digunakan Keyra seoerti itu maka dia juga sedang berpikiran sama dengannya.

"Kalau begitu panggil dokter Hamdi untuk segera mengambil mayat ini untuk diotopsi melihat kepastian yang menyebabkan korban ini meninggal. Kemudian cari identitas dari korban ini dan berikan padaku dalam waktu satu jam."

Ferdi mengangguk dan bergegas meninggalkan tempat kejadian guna mencari identitas korban yang disuruh Keyra, meninggalkan Keyra disana yang masih ingin berlama lama melihat korban.

***

Beti mencari cari sebuah buku dalam perpustakaan sekolahnya dengan Lita yang berada disampingnya mengikutinya.
Mungkin dia sedang mencari bahan gosip yang siap diberikannya pada Beti. Beti juga tidak terlalu ambil pusing saat dimana Lita akan diam dengan sendirinya seperti ini. Setelah mendapatkan buku yang dicarinya Beti kemudian meminjam buku pada pada penjaga pustaka dan membawanya keluar perpustakaan untuk dibacanya ketika dia sampai dirumah nanti.

"Syukurlah selama beberapa hari sejak kejadian itu sudah tidak ada lagi korban, benarkan? Aku merasa lega." Lita memang merasa lega karena sepertinya sejak pembunuhan Nico beberapa hari yang lalu belum ada terdengar kabar aneh yang selalu membuatnya waspada ketika berada disekolah saat jam pulang sekolah.

"Tidak ada atau memang belum ada. Kita tidak tau otak dari pembunuh itu." memang seperti itu, mungkin saja perkataan Beti benar. Karena mereka mungkin bukanlah seorang pembunuh jadi otak mereka tidak akan sama dengan sipembunuh itu.

"Menurutmu apa pelaku yang membunuh teman sekelas kita itu orang yang sama?"

"Tidak ada alasan untuk menjawab tidak bukan?"

Jawaban itu sudah menjelaskan bahwa Beti berpikiran jika pembunuh para korban itu orang yang sama.

Mereka berjalan bersisian menuju gerbang sekolah untuk langsung pulang.

Hari ini Beti berencana mengunjungi makam Rani, untuk melihat makam itu atau hanya sekedar memberikan sesuatu yang disukai Rani. Walaupun mereka bukan teman tapi Beti masih punya sedikit rasa kasihan karena seseorang yang tidak bersalah itu meninggal dengan tiba tiba tanpa alasan yang jelas dan sipelaku masih bebas berkeliaran diluaran sana tanpa rasa bersalah.

Mampir ketoko bunga langganannya Beti melihat seseorang disana, hanya punggungnya yang kelihatan tapi Beti yakin orang itu adalah orang yang sedang dipikirannya. Bunga yang dipesannya sudah siap, ketika Beti hendak meninggalkan toko bunga itu dia melirik sekali lagi pada dua orang disana dan tersenyum. Senyum mengejek kearah pasangan itu.

Beti tidak melakukan apa apa selain memandangi batu nisan itu dalam diam. Sudah satu jam dia duduk didekat makam Rani tanpa melakukan apapun selain meletakkan bunga yang dibawanya tadi. Bunga kesukaan Rani. Mawar hitam.

***

Ferdi berjalan tergesa gesa kearah ruangan Keyra dengan sebuah map ditangan kanannya. Setelah mengetuk pintu itu sebanyak dua kali dia bergegas masuk dan langsung menyerahkan map itu pada Keyra, sesuai janjinya dia mencari identitas korban tadi dengan hanya menggunakan waktu satu jam.

Keyra membaca kertas kertas itu. Dia sudah mencoba menghubungkan para korban ini dengan seseorang yang dicurigainya tapi mereka semua tidak berhubungan malahan bisa disebut mereka semua bagaikan orang asing dalam lingkaran yang sama. Mereka tidak pernah berinteraksi sesamanya kecuali ketika saat pelajaran berlangsung. Selebihnya tidak pernah. Ini sangat aneh karena motif apa yang dijadikan sipelaku ini untuk membunuh para korbannya yang sama sekali tidak memiliki alasan yang jelas untuk mengakhiri hidup mereka.

Mutia Diva
Umur 17 tahun

Mutia ini adalah korban ketiga dari pelaku. Masih sama dengan korban korban sebelumnya Mutia ini tidak memiliki hubungan dengan mereka semua. Keyra pikir kasus para murid SMA ini sangat rumit dibandingkan dengan apa yang dilaluinya selama menjadi seorang detektif disini.

Sangat memusingkan.

"Hubungi dokter Hamdi untuk melihat hasil dari otopsi yang dilakukannya. Saya yakin jika dia sudah selesai bermain main dengan pisau bedah itu. Dan laporkan hasilnya secepat mungkin."

"Baik bu."

Setelah Ferdi pergi dari hadapannya Keyra langsung menghubungi seseorang yang ditemuinya dihotel beberapa hari sebelumnya.

"Apa kita bisa bertemu sekarang? Ada hal yang harus kita bahas."

"..."

"Baiklah. Ditempat yang sama saja."

"..."

"Benar. Ini masih berkaitan dengan orang itu."

Keyra memutuskan panggilan secara sepihak, mengambil semua berkas berkas yang diperlukan dan meraih kunci mobilnya menuju hotel tempat mereka akan bertemu.

Otaknya berulang kali mengucapkan sebuah nama yang selalu berlarian dalam pikirannya sejak beberapa hari yang lalu.

Maya sovia

***

Kamis, 3 Januari 2019

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang