BAGIAN SEPULUH

1.2K 90 1
                                    

Ruangan putih itu penuh dengan kaca dibagian lain sisinya, menampilkan seorang penari balet yang sedang berlatih disana, wanita cantik, dengan pakaian yang pas ditubuhnya khas pakaian balet. Meliuk liukkan badannya dengan lincah.

Musik berhenti, seketika wanita itu pergi darisana, mengambil barang barangnya menuju ruang ganti yang berada dilorong gedung itu. Jam menunjukkan pukul 10.05 malam, dia menyukai latihan pada jam delapan malam sampai sepuluh seperti ini, walaupun sangat sunyi dan hanya dirinya saja yang ada disana. Pembunuhan yang terdengar olehnya pada akhir akhir ini tidak menciutkan nyalinya untuk tetap latihan malam begini. Dia hanya memikirkan bagimana penampilannya pada tiga minggu lagi saat seleksi tari balet itu menjadi baik dan dia yang terbaik.

Lagipula dia merasa bahwa hidupnya tidak pernah bermasalah, jadi untuk apa pembunuh itu membunuhnya? Tidak akan ada gunanya. Dengan rasa percaya diri yang tinggi dia berjalan keluar gedung itu, mengunci pintunya dan berjalan menuju rumahnya yang hanya beberapa gang dari tempatnya latihan.

Seorang wanita berjalan masuk kedalam sebuah minimarket yang buka duapuluh empat jam, membeli beberapa minuman untuknya. Dia tidak sengaja melihat seseorang dengan pakaian berwarna putih yang kelihatan sangat mencolok diantara gelapnya malam, masuk kedalam minimarket itu juga. Awalnya dia tidak ingin peduli karena menurutnya orang itu tidak memiliki hubungan dengannya.

"Apa hanya ini minuman yang kamu punya?"

Petugas kasir itu mendongak lalu menjawab pertanyaan penari balet itu

"Iya.."

"Toko macam apa ini? Tidak banyak barang barang didalamnya. Hei!! Seharusnya kamu tutup saja tokomu ini. Tidak berguna"

Penari balet itu mengambil salah satu minuman lalu membayarnya kekasir itu, dengan mata yang sudah sayu dan kesal. Petugas kasir itu memandang tajam sipenari balet itu, tapi tetap memberikan minumannya

Sambil berdumal petugas itu duduk
"Sikap ramahnya hilang pada jam sepuluh malam"

Wanita yang juga berada disana melihat itu semua, lalu tersenyum kecil, dia punya mainan baru. Sebentar lagi.

Bibirnya mengucapkan sebuah nama
"Aisy.."

***

Seorang laki-laki berjalan dengan langkah pasti menuju ruangan yang berada ditengah tengah gedung itu, membuka knop pintunya lalu masuk kedalam. Jas putih yang tersampir dilengannya kini telah dipasangnya. Menampilkan seorang laki-laki dengan profesi sebagai dokter. Dia Levan, salah satu dokter spesialis jiwa yang memang sudah sangat mahir dalam bidangnya, walaupun kebanyakan  menghadapi pasien gila dokter ini tidak tertular kegilaan sedikitpun.

Ponselnya berdering, menadakan sebuah panggilan masuk
"Bagaimana?"

"Polisi yang kau hubungi hari itu mendapatkan apa?"

"Baiklah. Simpan file itu sebaik mungkin, dan untuk korban, jaga dia dengan baik, kalau perlu carikan dia sebuah rumah ditempat tenang dengan seorang asisten rumah tangga. Lima tahun didalam kurungan itu pasti akan membuatnya trauma bahkan gila"

Telepon itu ditutup. Tangannya bergerak membuka sebuah map dihadapannya. Ada dua kemungkinan bagaimana kejiwaan seseorang didepannya ini, dia benar benar gila dan psikopat atau berkepribadian ganda. Analisisnya sedikit sulit karena si pasien tidak pernah bertemu langsung dengan dirinya. Yang dia tau hanyalah pasiennya ini salah satu anak dari dokter ternama dirumah sakit ini.

Beberapa orang mengangguk hormat saat seorang laki-laki berjalan dilobi rumah sakit itu. Tak ayal dengan dokter Levan, dia juga mengangguk singkat saat laki-laki itu berjalan didepannya, tanpa menolehpun dia tau jika laki-laki itu sudah berjalan sangat jauh.

"Tingkahnya sangat angkuh, dia pikir dengan berjalan seperti itu akan membuat ketampanannya meningkat?" Seorang perawat bersama temannya yang berada disana melihat laki-laki itu.

"Bukankah dia memang tampan? Dan ketampanannya itu meningkat saat dia masuk keruang bedah" teman dari perawat itu tersenyum

"Kau tidak tau saja aslinya bagaimana. Sekarang yang perlu kau ingat adalah jangan terlalu dekat dengan laki-laki itu. Karena kau baru beberapa hari disini Amanda" ucap perawat satu lagi dengan wajah serius memandang temannya.

"Kenapa?" Ketika sang perawat ingin menjawab pertanyaan itu seseorang mengintrupsi kegiatan mereka.

"Selamat siang dok" gadis yang dipanggil Amanda itu dengan semangat menyapa dokter yang barusaja mereka bicarakan

"Selamat siang" dokter itu mengangguk

"Aku ingin minta tolong membersihkan ruanganku, mainanku berserakan disana. Ah, kau saja Amanda yang membersihkannya, karena kau perawta baru" setelah itu dokter itu pergi entah kemana

"Aku akan membersihkan ruangan dokter dulu" beberapa perawat yang ada disana mendadak ngeri ketika mendengar perintah itu, karena mereka tau bagaimana akhirnya ketika seorang perawat baru membersihkan ruangan sidokter.

"Hati-hati" dan hanya itu yang bisa mereka ucapkan.

***

Amanda membuka pintu ruangan dokter itu, dengan sebuah penyedok debu ditangannya, dia dengan senang hati melakukan hal yang dusuruh dokter tampan itu walaupun tugasnya sebagai perawat bukan itu.

Menelusuri lebih jauh kedalam ruangannya itu Amanda langsung berteriak histeris seketika mukanya pucat saat melihat darah disana dan lebih parahnya lagi sebuah tangan tergeletak dengan mengenaskan diatas meja dokter itu, belum cukup sampai disana kepala yang masih mengeluarkan darah ada disana, seketika perutnya mual dan Amanda berlari dengan wajah merah ketakutan keluar dari ruangan itu.

Sang dokter yang melihat itu bergumam
"Semua perawat baru yang kusuruh selalu bereaksi seperti itu. Semuanya terkejut melihat teman baruku"

***

Keyra menyelidiki sebuah kasus pembunuhan yang terjadi disebuah studi TV tempat sebuah acara variety sedang berlangsung dengan korban sebagai bintang tamunya, kasus ini tidak ada hubungannya dengan kasus sekolah yang sedang ditanganinya, walaupun kasus itu masih belum selesai sepertinya sang atasan memang tidak pernah ingin melihat Keyra tenang walaupun sehari saja, karena saat ini pun dia disuruh melakukan penyelidikan disana

"Menemukan bukti dikamar ganti ini sangat susah, ini kamar ganti umum, bukan kamar pribadimu, banyak orang yang berlalu lalang disini" ucap Keyra pada para penyelidik disana.

"Apa Hamdi belum sampai?" Tanyanya pada Ferdi yang sedang mencari bukti disekitar loker

Dokter Hamdi langsung masuk dengan sebuah ransel berisi peralatan yang Keyra sendiri tidak ingin tau gunanya apa.

"Otopsi harus dilakukan dirumah sakit, berhubung ambulan sudah datang sebaiknya mayat ini segera dikirim kerumah sakit, hasilnya akan sampai sekitar dua atau tiga jam lagi." kecepatannya dalam mengotopsi mayat tidak diragukan lagi, Keyra hanya mengangguk kearahnya lalu dokter Hamdi beranjak dari sana.

***

15 Januari 2019, Selasa.

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang