BAGIAN DELAPAN

1.2K 96 1
                                    

Maya Sovia, pembawaannya tenang, hidupnya santai tanpa masalah, semua berjalan sesusai keinginannya, apapun itu.
Mungkin hanya satu masalah dalam hidupnya, kejiwaannya. Dari semua hal, yang sangat ingin dilakukannya adalah sembuh, benar benar sembuh, yang sedikit mustahil untuk dilakukannya. Mempunyai teman dengan kejiwaan yang sama dengannya membuatnya kembali masuk dalam lingkaran lama. Membuatnya kembali tidak bisa keluar darisana.

Bukan menjadi gila, jiwanya lebih berbahaya daripada orang gila yang tidak punya akal. Dia psikopat. Dulu, takut membunuh seseorang dia hanya bisa melampiaskannya pada hewan, seekor kucing adalah korban pertamanya. Dia tetap tidak puas, karena hasratnya ingin membunuh manusia. Melihat darah dan luka luka itu membuatnya tersenyum lebar, sangat lebar hingga bibirnya bisa robek.

Ketika kecil dia pikir jika itu hal yang wajar, karena biasanya anak kecil itu penuh dengan rasa penasaran, termasuk penasaran akan rasanya membunuh seseorang. Dia terus bertumbuh dan perasaan untuk membunuh itu ikut bertumbuh bersamanya, walaupun sudah menjalani rehabilitasi selama dua tahun dia masih belum benar benar sembuh, dia berusaha tenang tapi gagal ketika seseorang yang memiliki jiwa yang sama dengannya hadir, melihat orang itu membunuh dengan matanya sendiri kembali menghadirkan hasrat itu, dia ingin melakukannya juga.

Maya juga ingin sembuh, hal yang bisa dilakukannya untuk sembuh hanya satu, yaitu mati.

Keyra mencurigai Maya berdasarkan hasil itu, menurutnya Maya memiliki pengaruh yang besar untuk semua kejadian ini. Dia benar benar akan menangkap pelaku pembunuhan itu, mengikatnya dan tidak akan melepaskannya lagi.

***

Wanita bergaun merah terang itu berjalan santai masuk kedalam bar, jika sebelumnya dia kesana untuk menipu polisi bodoh itu maka sekarang dia kesana memang karena ada hal yang harus dilakukannya. hal pertama yang dilakukannya ketika masuk adalah mencari Rigel, karena laki laki itu pasti akan menunggunya disana malam ini.

Benar saja, Rigel berdiri disamping kursi bar tempat wanita itu biasanya. Wanita itu tersenyum, berjalan menuju Rigel dia tidak ingin membuat Rigel menunggu lebih lama lagi. Rigel yang melihatnya datang dengan terburu buru menghampiri wanita itu, mengambil tangannya dan dibawa menuju ruangannya. Mereka perlu bicara berdua, dengan tenang tanpa ada musik memekakkan telinga seperti disini.

Wanita itu hanya menatap kekasihnya sambil duduk diatas kursi ruangan Rigel, melihat Rigel yang tampak gusar dan frustasi seperti ini adalah hiburan.

"Apapun yang kamu dengar dari orang itu semuanya bohong, jangan percaya " mungkin setelah lelah berputar putar didalam ruangannya Rigel akhirnya memberanikan diri untuk berbicara lebih dulu, karena diamnya wanita itu adalah hal yang menakutkan walaupun biasanya wanita itu juga diam, tapi kali ini dia diam sambil tersenyum yang Rigel sendiri tidak tau artinya.

"Memangnya apa yang aku dengar? Oh ayolah sayang, aku kesini hanya untuk melihatmu, kenapa kamu jadi gusar begitu?" Dengan tertawa kecil wanita itu melihat Rigel akhirnya duduk disampingnya.

"Kenapa?" Tanyanya, Rigel rasa dia baik baik saja.

"Tidak ada, aku membutuhkanmu, hanya itu." wanita itu menyandarkan kepalanya pada Rigel, tidak berpikir apakah Rigel nyaman atau tidak, yang dipikirkannya hanyalah dia membutuhkan Rigel.

"Sebentar, aku harus mengambil air kebawah." wanita itu berdiri meninggalkan Rigel diruangannya

Saat berjalan dilorong menuju tangga dia melihat seseorang memakai pakaian serba hitam dan topi, itu jelas seorang wanita melihat dari postur tubuhnya.

Wanita itu hanya berjalan melewati seseorang itu, sebelum rambutnya ditarik dengan kuat oleh seseorang itu.

"Apa yang kamu lakukan?" Wanita bergaun merah itu berteriak sambil memegangi kepalanya yang nyeri akibat tarikan kuat itu

Wanita berpakaian hitam itu tetap diam, dengan tangan masih memegang rambut wanita bergaun merah itu dia menyeretnya kesebuah ruangan terdekat, tanpa belas kasihan. Dia melempar wanita bergaun merah itu dengan kuat hingga rusuk wanita itu menghantam sudut meja, walaupun begitu wanita itu masih sempat tertawa sinis sambil menatap tajam seseorang itu.

"Menurutmu aku akan kalah begitu saja?" Tanyanya sambil menghapus darah dibibirnya yang sudah keluar, sepertinya dia mengalami luka dalam.

Wanita berpakaian hitam itu langsung menendang perut wanita bergaun merah itu, dia terbatuk, mengeluarkan lebih banyak darah, meski begitu sepertinya sang pelaku masih belum puas karena sesudahnya dia memukul wajah wanita bergaun merah itu dengan tangannya, setelah memastikan wanita itu tidak sadarkan diri orang itu pergi begitu saja dengan membiarkan pintu ruangan itu terbuka supaya orang orang melihat betapa mengerikannya hidup wanita itu.

***

"Panggil Maya Sovia untuk dimintai keterangan, terkait apa yang dilakukannya dua hari yang lalu dilokasi kejadian pembunuhan itu terjadi." Keyra mengatakan itu pada Ferdi yang berdiri didepannya, mengangguk patuh dengan apa yang Keyra ucapkan. Saat ini dia berada diruang guru, sebagian dari guru guru itu memang sudah masuk kedalam kelas dan sebagian lagi sengaja menghindari Keyra.

Dua hari lalu Keyra kembali mendapati Maya yang berdiri disekitar lokasi kejadian, sudah jelas jika lokasi itu ditutup untuk umum, tapi dia dengan beraninya melewati garis polisi untuk masuk kesana. Itu semakin mencurigakan untuk Keyra.

Maya datang, dengan wajah tenang andalannya.

"Apa yang ingin anda tanyakan?" Tanpa basa basi Maya menanyakan itu tanpa menunggu Keyra berbicara lebih dulu.

"Ekhm, begini, pada saat Mutia Diva dibunuh kamu dimana?"

"Saya berada dikafe"

"Pada jam 18.45, apa yang kamu lakukan?

"Sudah saya bilang saya dikafe, saya berangkat dari rumah pukul 17.00 dan pulang pada pukul 19.00."

Keyra masih menatapnya curiga walaupun kepalanya mengangguk seakan mempercayai ucapan Maya.

Maya jengah, dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, mengotak atik benda itu dan memberikannya pada Keyra.

"Ini foto saya pada jam 18.46, menurut anda jika saya membunuh Mutia apa saya bisa berkendara menuju tempat pembunuhan itu saat jam 18.46 saya masih dikafe?" Maya berhenti berbicara saat melihat Keyra yang masih mengamati foto itu.

Keyra diam mengamati foto itu, disana tetera jelas tanggal dan waktu pengambilan foto, ternyata kebiasaan anak muda jaman sekarang ada untungnya juga.

Sebelum pergi darisana Maya kembali mengatakan sesuatu padanya
"Anda bahkan tidak bisa melihat dengan jelas, walaupun punya mata yang tajam anda masih kalah dengan kegelapan. Mata anda tidak bisa bersinar ditempat yang gelap. Kalau begitu saya permisi." Maya benar benar meninggalkan Keyra yang masih berpikir tentang apa yang diucapkannya.

Ditempat lain. Lagi lagi Beti melihat ada mawar hitam didepan makam Rani, dia berpikir siapa orang yang mengunjungi Rani selain dirinya? Karena orangtua pun Rani tidak memilikinya, teman juga hanya ada yang membencinya dibalik senyum dan tawa mereka saat bersamanya, mereka palsu.

Beti mengambil mawar itu, bunga ini masih segar, jelas sekali jika orang itu masih berada disini, Beti berdiri melihat sekeliling, matanya yang tajam itu melihat bayangan seseorang, Beti memperhatikannya lebih jelas.

"Masih hidup rupanya."

***

Friday, 11 Januari 2019

Love,

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang