BAGIAN DELAPANBELAS

843 70 2
                                    

Saat itu, belum sempat Aisy menceritakan seluruhnya dia kembali kehilangan kendali. Mungkin diingatkan lagi dengan kejadian itu membuatnya kembali dilingkupi rasa takut, dia mengamuk dan menggelengkan kepalanya kuat kuat. Kinan masih belum tau siapa pelakunya, mungkin akan lebih lama lagi dia bersabar karena makin hari keadaan Aisy semakin sulit ditenangkan. Dia harus menyuntikkan obat penenang pada Aisy setiap hari. Tunggu dulu, Kinan ingat sesuatu, setiap ada orang yang mengunjungi Aisy dia akan menjadi lebih gila lagi dari sebelumnya. Apa mungkin?

Kinan melihat perawat yang mengurus kedatangan pengunjung.

"Amee, bisa berikan pada saya pengunjung yang selalu mengunjungi Aisy kesini?" Tanyanya pada Amee.

"Ini dok." Amee menyerahkan daftar nama para pengunjung itu pada Kinan.

Kinan membacanya saru persatu, namanya selalu sama. Ana. Kinan ingat, Aisy juga beberapa kali meneriakkan nama 'Ana' ini saat dia kehilangan kendali. Dia menyimpulkan bahwa 'Ana' inilah yang menyebabkan semuanya terjadi. Semua hal yang dialami Aisy terjadi karena 'Ana' ini.

"Apa kamu ingat bagaimana wajahnya?" Kinan kembali bertanya pada Amee.

Amee terlihat berpikir sesaat sebelum menjawab,
"Saya tidak terlalu memperhatikannya, tapi saya ingat jika dia memiliki bekas luka dibagian bawah matanya. Jika dilihat sekilas memang tidak terlihat, tapi saya yakin jika bekas luka itu ada, dok. Seperti bekas cakaran." Jelasnya.

Kinan mengucapkan terimakasih dan berlalu dari sana, tidak lupa mengatakan pada Amee jika Ana itu datang berkunjung beritahukan pada Kinan. Karena Kinan perlu melihat langsung seperti apa rupa orang yang membuat kekacauan ini.

Sejak hari terakhir mengunjungi Aisy, Ana Ana ini belum menunjukkan wajahnya lagi kerumah sakit. Kinan masih menunggunya, rekaman CCTV yang ada dirumah sakit juga kurang jelas karena gadis itu selalu menunduk dan seakan akan tau dimana letak CCTV itu dia menghindar. Tidak pernah menampakkan wajahnya satu kalipun.

Kinan mencari sebuah nama pada ponselnya, kemudian menghubunginya.

"Bagaimana kabar wanita itu?" Tanyanya. Pada Levan, orang yang saat ini dihubunginya.

Terdengar balasan dari seberang sana.

"Baiklah. Kamu berhutang banyak padaku karena sudah menyelamatkan wanita itu. Jaga dia."

Kinan terkekeh saat lagi lagi suara diseberang sana terdengar olehnya.

"Aku tutup." Ucapnya kemudian.

***

Otopsi pada tubuh Maya sudah dilakukan, hasilnya baik baik saja, tidak ada bekas kekerasan ataupun Maya mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan sebelum mengemudi. Keyra juga sudah mendapatkan beberapa potongan tiket pesawat dan berkas berkas kepindahan Maya lainnya yang sudah hancur didalam mobil yang dikemudikannya.

Mobil Maya sudah diperiksa dan ternyata yang bermasalah memang mobilnya. Kabel rem pada mobil Maya dipotong, sehingga menyebabkan mobil tidak bisa berhenti saat Maya menggunakan rem itu.

Kasus Maya diambil alih Keyra karena Maya masih berada dalam lingkungan kasus yang sedang dikerjakannya. Menurutnya bisa saja orang yang mencelakai Maya masih pembunuh yang sama yang sudah membunuh beberapa korban sebelumnya.

Keyra mulai memanggil teman teman dan keluarga Maya kekantor polisi guna melaksanakan penyelidikan. Orang pertama yang dihubunginya adalah Herman, ayah Maya. Dikarenakan dia sedang berada diluar negeri mengurus usahanya Herman tidak bisa hadir dalam waktu dekat ini. Selanjutnya Dea, teman dekat korban yang langsung bersedia menemui Keyra hari ini.

"Apa korban sebelumnya mempunyai masalah dengan seseorang?" Tanya Keyra saat Dea dan dia sudah berada didalam ruangan interogasi.

"Saya tidak terlalu yakin. Walaupun dekat dengan Maya tapi dia termasuk orang yang tertutup dan suka menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan oranglain." Jawab Dea, dengan santai.

"Korban pernah bercerita tentang kepergiannya ini pada anda?"

"Ya. Dia mengatakan jika ingin menata hidupnya lagi di Swedia."

Menata hidup. Keyra mencatat poin itu. Menurutnya jika Maya berniat menata hidupnya kembali berarti dia memang memiliki masalah. Atau apa mungkin masalahnya itu kejiwaan Maya sendiri?

"Saat itu. Apa ada oranglain yang mengetahui hal itu?"

"Tidak. Mungkin. Saya rasa dia tidak akan menceritakan hal seperti itu pada oranglain." Jelasnya.

"Siapa pembunuhnya?" Lanjut Dea lagi.

Keyra mendongak,
"Apa ini pembunuhan menurut anda?"

Dea menyandarkan punggungnya dan menatap Keyra, ekspresinya masih sama.
"Jika tidak, anda tidak akan memanggil saya kesini. Kalau murni kecelakaan maka kasus Maya ini sudah ditutup sejak beberapa hari yang lalu."

Keyra menganggukkan kepalanya.
"Kami masih mencarinya." Ucapnya.

"Baiklah. Terima kasih atas kerja sama anda hari ini." Lanjutnya.

Dea langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu.

***

Pihak sekolah sudah sangat putus asa dengan kejadian pembunuhan beruntun yang masih terjadi pada salah satu anggota kelas yang sama. Para donatur sudah mulai berhenti memberikan sumbangan pada skeolah swasta X itu. Sebagian besar murid murid juga sudah banyak yang mengurus surat pindah sekolah, Beti dan Lita salah satu yang masih bertahan diasana. Tidak lupa Ananoera dan juga Dea, sejauh ini hanya mereka berempat yang benar benar masih dalam pendiriannya untuk tetap sekolah disekolah itu sampai tiga bulan kedepan. Tapi untuk tiga bulan kedepan, masih banyak kemungkinan jika akan terjadi sesuatu lagi bukan?

Murid yang berada dikelas itu hanya duapuluh lima orang, lima orang meninggal dunia, dua diantaranya ditangkap polisi kasus narkoba dan lebih dari sepuluh orang sudah mengajukan surat kepindahan. Kelas itu menjadi semakin sunyi lantaran yang tinggal hanya orang orang pelit suara, oh, kecuali Lita, tapi sejak kabar kematian Maya terdengar dia juga sudah jarang memberisikkan dirinya pada Beti. Lebih terkesan menyendiri, lebih banyak diam dan melamun.

Beti bergumam,
"Seberapa banyak lagi ini akan berakhir?" Pada dirinya sendiri.

Walaupun tau siapa pelakunya dia tetap tidak bisa mengatakan hal itu pada polisi lantaran kurang bukti, bisa saja malah dia yang mendekam dipenjara saat mencoba mengehentikan tindakan ini. Jika itu terjadi maka Levan sekalipun tidak akan bisa menyelamatkannya. Maka satu satu jalan aman sekarang yaitu melihat, dan ikuti permainannya.

Dalam permainan ini pasti akan ada waktu dimana permainan berakhir. Maka Beti hanya harus menunggu sampai waktu itu habis. Mungkin sebentar lagi. Karena sebagian besar yang terlibat sudah mulai menampakkan dirinya kepermukaan. Hanya menunggu waktu untuk melihat mereka semua akhirnya terlihat bersama.

***

20 April 2019, sabtu.

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang