BAGIAN TUJUHBELAS

919 76 4
                                    

Pagi pagi sekali sebuah mobil putih keluar dari garasinya, meninggalkan rumahnya dan berjalan perlahan menuju jalanan. Jam segini bukan hal baru lagi untuknya keluar, alasannya ingin menghindari kemacetan yang akan membuat waktunya terbuang. Libur selama seminggu akibat kematian Anggi membawa dampak yang baik untuknya. Dia bisa merencanakan kepindahannya dan memulai hidup baru tanpa kehidupan gelap sebelumnya sangat membuatnya semangat.

Maya akan menuju bandara, terbang ke Swedia untuk memulai hidup barunya. Itu yang direncanakannya sebelumnya. Tapi takdir yang sudah menuliskan bahwa dia tetap disini menghambat jalannya. Jalan menurun membuatnya kehilangan kendali, rem mobilnya blong dan tidak dapat dikendalikan, Maya hanya bisa pasrah saat kegelapan menjemputnya. Dia berada dalam jurang yang dalam. Dalam hati dia berucap, kamu berhasil.

***

Pemakaman yang sunyi itu dihiasi rintik hujan, beberapa orang menggunakan payung untuk menutupi dirinya dari air hujan yang akan membasahi tubuh mereka.

Maya Sovia.

Nama itu tertulis dibatu nisan yang tanahnya masih lembat akibat air hujan. Beberapa orang yang berdiri disana sudah pulang karena tidak ingin lebih terkena air hujan.
Dea, perempuan itu masih disana, tanpa payung yang menutupi kepalanya dari hujan yang akan turun dengan lebat, dia masih memandang makam itu dalam diam. Matanya hanya menilik nama dibatu nisan itu. Tidak ada bunga ataupun raut kesedihan saat sahabatnya itu dikabarkan ditemukan dalam jurang setinggi 500 meter yang membuat tubuh Maya bisa dikatakan hancur saat polisi menemukannya. Dugaan sementara korban berkendara saat sedang mengantuk, kehilangan kendali dan masuk kedalam jurang.

Polisi ini bergerak lambat dengan tidak menyadari jika Maya masuk kedalam jurang karena rem mobilnya tidak berfungsi seperti seharusnya.
Dari kejauhan Keira berdiri dengan ferdi disampingnya yang memegangi payungnya.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Keyra pada Ferdi.

"Masih diselidiki bu. Jurang yang terlalu dalam itu membuat para polisi kesulitan dalam mengeluarkan mobil nona Maya." Ucap Ferdi.

Walaupun berulang kali mengatakan jika ini hanya kecelakaan saat berkendara, tapi batin Keyra ingin dia ikut dalam penyelidikan ini, dia hanya merasa ada yang salah disini. Dan Keyra tidak tau apa.

Keyra menipiskan bibirnya sebelum pergi dari pemakaman itu. Sudah lima korban meninggal yang semuanya masih dalam satu sekolah dan satu kelas yang sama. Apa kelas itu punya kutukan? Pemikiran bodoh.
Satu satunya kutukan kelas itu hanyalah seorang psikopat yang masih bersarang didalamnya. Penuh kerahasiaan dan hidup dalam kepalsuan membuat semua murid bisa saja menjadi tersangka pembunuhan itu.

"Berapa lama penyelidikan diperlukan?" Tanya Keyra saat mereka sudah sampai didalam mobil.

"Sekitar dua atau tiga hari lagi bu." Jawab Ferdi.

"Suruh Agus untuk memeriksa CCTV yang ada dijalan yang dilalui Maya."

"Kita ikut dalam penyelidikan ini bu?" Tanya Ferdi.

"Ya."

***

Keyra mengumpulkan berkas berkas yang berhubungan dengan Maya, data yang sudah dikumpulkannya karena mencurigai Maya sebagai pelaku pembunuhan yang terjadi. Maya itu gelap seperti malam, berada didekatnya karena mereka selalu saja bertemu secara tidak sengaja. Tapi siapa sangka orang yang dicurigai membunuh itu malah terbunuh dua hari yang lalu. Berkas itu berisi data pribadi Maya, mereka yang selalu saja bertemu tidak sengaja bahkan dilobi hotel pun membuat Keyra semakin yakin jika dia berkaitan dengan pembunuhan yang terjadi. Latar belakang yang misterius membuat buktinya menguat, ditambah lagi dengan informasi Levan, dokter kejiwaan yang menanganinya tiga tahun yang lalu.

Keyra mengambil ponselnya, mencoba menghubungi seseorang.

"Bukan dia." Setelah sambungan teleponnya diangkat.

"Bukan Maya Sovia, Levan. Dugaan kita salah. Dia sudah meninggal." Lanjutnya setelah menjedanya utnuk beberapa saat.

Levan masih diam diseberang sana, mencerna ucapan Keyra sebelum membalas ucapan perempuan itu.

"Baiklah. Sepertinya kita harus mengulang semuanya dari awal."

Setelah bergumam Keyra menutup teleponnya. Kemudian memeriksa CCTV yang belum disentuhnya sejak kemarin. Padahal Agus sudah bekerja keras utnuk mendapatkan rekaman itu supaya Keyra tidak menunggu lama. Kadang Keyra juga merasa putus asa dan frustasi saat apa yang sudah ada didepan matanya menurutnya malah kacau dan berantakan seperti sekarang. Untung pengendalian dirinya bisa dikatakan cukup baik, jika tidak mungkin dia tidak akan pernah berada dalam posisi sekarang.

CCTV yang berada dijalan itu menunjukkan jika Maya berkendara dengan santai, setelah sepuluh menit mobil yang dikendarainya menambah kecepatannya sampai akhirnya mobil itu berada dijalanan menurun dan menikung, setelahnya mobil itu kehilangan kendali dan masuk jurang. Memang tidak banyak yang bisa didapatnya dari CCTV jika yang bermasalah adalah mobilnya. Mobil Maya sedang diselidiki, hasilnya mungkin akan keluar hari ini atau besok. Keyra hanya perlu menuggu.

***

Didekat makam Rani, ada makam baru. Beti tau itu makam siapa, bahkan yang terdekatpun terbunuh, batinnya.

Makam yang baru dua hari yang lalu berada disana, bahkan Beti tidak pernah menyangka jika orang ini juga akan ikut dalam permainan mengerikan yang membuatnya menjadi korban. Padahal Maya selama ini hanya diam saja, tidak menolong ataupun memberi sinyal mengancam yang akan membuatnya menjadi korban.

Tapi lagi lagi, siapa yang tau dengan otak cantik pembunuh itu? Hanya dia saja yang tau.

Rasanya membantu penyelidikan tidak akan merugikan dirinya bukan? Tapi masalahnya dia sudah berjanji pada Levan untuk tidak membuat masalah lagi, dan membantu Keyra melakulan penyelidikan adalah sebuah masalah baginya. Kalau laki laki itu tidak mengijinkannya maka Beti tidak bisa bergerak.

Saat menuju jalan pulang dia melihat Rigel bersama seorang perempuan, walaupun tidak peduli dengan itu tapi mata Beti dapat melihat jika itu bukan Dea. Apa berselingkuh dibelakang Dea seperti ini akan membuat hidup Rigel baik baik saja? Sepertinya tidak, walaupun tenang dan tampak terkendali, Dea juga dapat meledak.

Gadis pintar, baru saja selamat dari kematian. Tapi sekarang dia menyodorkan diri pada lubang neraka, gumamnya.

Jelas saja Dea bukan lawan yang akan membuat lawannya menang, dengan nyali yang bahkan belum mencukupi itu gadis itu malah mencari masalah dengan menjadi selingkuhan Rigel.

***

Dea tidak pernah merasa terancam selama hidupnya, dia hanya mengancam maka semuanya baik baik saja. Tidak ada yang benar benar ingin berteman dengannya selain Maya. Tidak ada juga orang yang ingin mencari masalah dengannya karena Dea selalu diam dan tidak peduli dengan kehidupan sekitarnya. Hidup adalah tentang dirinya, dan dia hanya akan peduli pada hidupnya. Itu prinsipnya.

Tapi seseorang yang bahkan hanya diam dan melihat saja kadang terasa seperti ancaman, dan Dea tidak suka merasa terancam. Itulah kenapa topeng dingin dan judesnya sangat berperan penting untuk hal ini, orang akan dengan sukarela menjaga jarak dengannya karena tidak ingin menerima ucapan pedas karya mulutnya itu.

Dea tersenyum.
Yang lemah dan tidak punya keberanian seperti Ananoera mencari masalah dengannya. Sebagai seorang yang sedang ditantang, Dea tidak bisa kalah begitu saja kan?

***

Sudah tau siapa pembunuhnya?

09 April 2019, Selasa.

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang