BAGIAN DUAPULUH SATU

795 65 0
                                    

Rasanya menyekap gadis ini selama dua minggu menyenangkan juga, seperti mempunyai teman kembali. Ya, walaupun gadis itu tidak bisa dikatakan sebagai teman, tapi Dia menyukainya, setidaknya untuk sekarang dia tidak sendirian lagi. Sayangnya, gadis itu sangat menyebalkan, saat seseorang mulai meminta ampun ataupun menangis merengek minta dilepaskan, gadis itu malah mengancamnya. Seharusnya disini gadis itu bersikap lebih baik hingga dia ingin mengampuninya, tapi gadis itu malah membuat wanita itu meradang.

Gadis itu-Rahma Fadhila sangat menarik, saat pertama kali dia melihatnya, wanita itu menjadi tertarik untuk membunuh Rahma saat pertama kali bertemu di kebun milik gadis itu. Ini yang disebut dengan cinta pandangan pertama, ah, wanita itu menyukai istilah itu sekarang. Walaupun Rahma itu lebih tua darinya, tapi dalam hal ini dia yang paling kuat disini, sedangkan Rahma hanya gadis lemah yang seharusnya tidak mengancam.

"Apa membunuhmu sekarang akan jadi lebih baik? Bukannya ada yang mengatakan jika lebih cepat lebih baik?" Tanya wanita itu pada Rahma.

"Hei, kenapa kamu hanya diam? Tidak tahukah kamu jika tuhan memberikan mulut untuk bicara? Kenapa? Kamu manusia tidak bersyukur." Lanjutnya.

Rahma hanya bisa memandang tajam pada wanita itu, dia sangat ingin menjawabnya, mengatakan bahwa tidak tahukah wanita itu jika sekarang dia yang membuatnya menjadi tidak bisa bicara. Mulutnya disumpal, dasar wanita gila. Bagaimana caranya dia berbicara sekarang?

Wanita itu mengeluarkan sebuah benda dari balik bajunya. Saat melihat Rahma melotot garang kearahnya wanita itu semakin ingin mencongkel kedua mata cantik itu.
Pisau. Selalu pisau. Kadang wanita itu berpikir bagaimana jika sekali dia menggunakan sebuah gergaji untuk membunuh korbannya? Apa akan terlalu berlebihan? Karena yang dia punya sekarang hanyalah pisau, jadi ya, pakai pisau saja.

***

Beti tau jika Levan ikut membantu Keyra dalam penyelidikan itu, sebagai seorang dokter tentunya Levan lebih leluasa dalam mengumpulkan informasi daripada Beti. Tapi, jika Levan saja membantu penyelidikan itu kenapa Beti tidak? Dalam hal ini tentu saja Beti lebih banyak tau daripada Levan, walaupun masih minim bukti. Apa mungkin? Jika apa yang dipikirkannya ini memang benar maka Beti akan secara terang terangan menentang Levan. Dia sudah cukup patuh untuk lima tahun ini. Benar kan?

Keyra membaca pesan diponselnya yang sudah dipelototinya sejak sepulih menit yang lalu.

Sebagai seorang yang sudah berpengalaman, dia melakukan semuanya sendirian. Itulah kenapa dia dekat dan gelap.

Keyra meletakkan ponselnya, dugaan adanya kaki tangan dapat disingkirkan, untuk sementara. Keyra juga sempat berpikir jika pembunuh ini memang hanya satu orang. Mengingat bagaimana rapi dan juga bersihnya dia bekerja, selain itu bagian luka dan senjata yang digunakan selalu sama. Pisau. Yang berakhir dengan pukulan ataupun luka luka lainnya.

"Detektif!!!!!" Lita berteriak ditengah lapangan basket. Dia baru saja kembali dari taman bersama Beti. Jika saja Beti tidak terlalu mager untuk bertindak sudah dipastikan bahwa sekarang Lita tidak dapat bicara. Beti ingin sekali menyumpal mulut temannya itu dengan sebuah donat supaya Lita diam.

"Kenapa berteriak?" Tanyanya pada Lita.

"Hanya ingin." Jawabnya.

"Kalau detektif itu muncul dihadapanmu sudah dipastikan mereka akan membawamu sekarang kekantor polisi karena dianggap membuat kegaduhan. Lagipula apa untungnya berteriak seperti itu?" Tanyanya lagi.

"Kenapa para detektif itu belum juga dapat apa apa?"

"Kenapa kamu tidak mencoba menolongnya? Daripada berteriak teriak tidak jelas disini."

"Saranmu."

Beti hanya mengedikkan bahunya lalu melongos pergi. Kali ini Lita tidak tertinggal, dia menyusul Beti setelah melihat temannya itu berbalik.

***

Jika ada yang berpendapat jika polisi menjadi mainan dan bodoh untuk kasus sekarang? Tidak. Mereka tidak tau. Keyra punya dua nama ditangannya. Yang satu berada dekat dengannya, yang satu lagi berada dalam kegelapan yang membayanginya. Tinggal menunggu siapa yang akan dilepaskannya lebih dulu. Dilepaskan dari genggamannya setelahnya dimasukkan dalam lubang dalam.

Seorang gadis biasa pemilik kebun bunga, masih berstatus sebagai mahasiswi di Universitas swasta Y, Rahma Fadhila, gadis itu ditemukan tidak bernyawa dengan luka tusuk pada bagian dada sebelah kiri, sebagian pembunuh berpikir untuk menusuk pada bagian dada sebelah kiri karena berpikir korban akan lebih cepat mati. Sejauh ini menurut Keyra pelaku antara gadis yang bernama Rahma dan korban korban sebelumnya tidak berhubungan, pelakunya merupakan dua orang yang berbeda. Karena korban sebelumnya selalu meninggal akibat kehabisan darah, terbukti jika sipelaku ingin melihat korbannya menderita lebih dulu, berbeda dengan pembunuh Rahma ini, sipelaku langsung menusuk jaringan fatal korban supaya korban cepat meninggal dunia. Tapi Keyra juga tidak ingin melepaskan kasus Rahma ini begitu saja, siapa yang tau? Mungkin saja pembunuhan ini memiliki kaitannya, walaupun sedikit, Keyra ingin menyelidikinya.

"Bersiaplah, kita akan ke tempat pembunuhan gadis ini sekarang. Juga, langsung telepon Hamdi, dia juga harus ada disana."

***

15 Juli 2019, Monday.

Tc.

THE SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang