Zlena berjalan ke arah ruang makan. Namun, Ali melihatnya seperti tak suka. "Kenapa lo lihatin gue kayak gitu." Ucap lena dengan nada ketusnya.
Ali menggeleng. "Gak." Lalu Ali menepis pikiran itu jauh - jauh terhadap lena.
Mirna yang melihat adegan ini pun menengahi. "Udah, len. Duduk." Lena mengangguk. Dan duduk.
Ali mengalihkan pembicaraan. "Loh, Abi kemana mi?" Mirna mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu. Lalu mirna duduk. Ali mengangguk saja.
Lena yang tak mengerti hanya acuh. "Assalamu'alaikum.." terdengar suara salam dari balik pintu.
"Itu kayaknya Abi." Ali ingin beranjak dari kursinya. Namun, Mirna menahannya.
"Biar umi saja yang bukain li. Kamu makan aja. Jagain lena."
Ali terperangah kaget. "Hah? Tan, gak salah? Ali jagain lena?"
Ali kesal setengah mati. Ingin rasanya ia jorokin lena. "Jadi kamu ngeremehin aku?"
Lena mengangguk. Lalu menggeleng. "Lo aja gak bisa jaga diri lo." Seketika Ali cengo.
Mirna geleng kepala. Namun, baginya ini adalah hiburan untuknya. "Udah - udah jangan pada berantem." Beranjak dari kursi dan berjalan membuka pintu.
Grek..
Mirna menyalami tangan suaminya yang tak lain adalah Halim namanya. "Assalamu'alaikum bi.."
Balasnya senyum. "Wa'alaikumsalam umi."
"Silakan masuk." Lalu ia berjalan ke arah meja makan.
Zlena memikir. "Eh, maksudnya lo disuruh jagain gue apaan?"
Ali menghela napas. "Itu karena kamu len."
Lena melongo. "Kok gue sih li?"
Ali mengangguk. "Iya, emang kamu."
Zlena mendengus sebal. "Dih, dasar aneh."
"Kan, malah ngatain aku." Ali tak habis pikir kenapa ia bisa ketemu si wanita ini.
"Lo, yang aneh!"
Demi apapun Ali ingin lena pergi sekarang. Biar tak mengganggunya. "Apasih kamu."
Lena tiba - tiba berdehem. "Udah deh! Makan sana. Berisik banget lagi."
Ali makin bingung dengan letak pembahasan ini. Selain aneh. Ternyata wanita ini sungguh gaje. "Apasih?"
Kali ini lena menyesal mau datang kesini. "Gue nyesel mau kesini kalau ketemu cowok kayak lo!"
"Bodoamat." Balasnya seadanya.
Ekhem..
"Ada apa ini?" Mereka sama - sama terperanjat kaget.
"Eh, Abi." Lalu Ali beranjak dari kursi dan menghampirinya. Lalu menyalami dan mencium punggung tangannya.
"Kok ramai. Ada apa?"
"Itu bi, si lenakkk." Adu Ali.
Lena tak terima. "Nama gue lena! Bukan lenakkk."
"Udah, jangan pada berantem." Halim menengahi. "Lena anaknya arka ya?"
Lena mengangguk. "Iya, om."
"Panggil abi aja."
Lena mengangguk. "Iya, om. Eh abi."
Mirna baru sampai di meja makan. Namun, suara keributan sangatlah keras. "Ada apa bi."
"Ini.. Ali lena ribut. Tadi, terdengar berisik lama - lama jadi riuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
FanfictionCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...