Tigabelas

241 26 0
                                    

Seharian dipanti ini lena merasa beda. Ntah apa yang dia rasakan?Dia ngerasa agak sadar.

Disini banyak anak kecil lucu - lucu. Mereka begitu menggemaskan. Tetapi, mereka tidak punya orangtua.

Walaupun begitu mereka tampak bahagia. Yang membuat ia tercengang. Dia sempat tanya kesalah satu anak kecil disitu.

Ia tanya. Apakah dia kesepian? Dan anak itu menjawab. Tidak sama sekali. Karena aku punya Allah. Katanya.

Dan disitu lena ingin menangis. Tapi, masa iya, dia yang udah segedhe gini nangis apa kata mereka? Kan lucu.

Mereka memang masih kecil. Tapi, mereka sudah mengenal-NYA. Sementara dia apa? Pikirnya. Ia bahkan kadang lupa. Miris!

Dia sebenarnya tahu kenapa Ali begitu dingin sekarang. Karena seseorang cewek. Gampang sekali rasanya mengorek masa lalu ali disini.

Ia tahu dari siapa lagi kalau bukan si kecil anisa. Ntah siapa yang dimaksud nisa. Nisa, cuman bilang kalau cewek itu tidak memakai kerudung sepertinya.

Apa iya gara - gara itu Ali jadi seperti ini. Sebenarnya Ali itu kenapa. Semakin kesini Ali begitu misterius.

Namun, ia tepis segera pikirannya tentang Ali. Apa urusannya sih buat lena.

"Len.."

"Eh, iya." Ucap lena gugup.

Ali rasa sedari tadi lena sedang melamun.

"Sedang mikirin apa?"

Lena mendelik. "Gak kok li."

Seperti ada yang ditutupi. "Jangan bohong. Aku tahu kamu lagi mikirin sesuatu kan?"

Ini orang kalau kepo gak ketulungan. Batinnya berkecamuk.

"Sesuatu apaan sih li?" Ucap lena setenang mungkin.

"Aku tahu kamu lagi nyembunyiin sesuatu."

Degh.

Rasanya lena ingin berteriak sekarang. Apa ali bisa membaca pikiran seseorang? Bingung! Iya itulah yang sekarang sedang dirasakan olehnya. Jika dia bisa membaca pikirannya kini. Habislah!

"Kayaknya bukan gue li yang nyembunyiin sesuatu. Tapi, lo yang nyembunyiin sesuatu tentang panti ini."

Degh.

Sepertinya Ali salah bertanya. Kenapa lena lagi dan lagi menanyakan sebuah pertanyaan yang sulit ia jawab. Rasanya hati ini ngilu.

"Kenapa cuman diam?"

"A--aku.." Ali tampak gugup. Kemudian ia menghela nafas panjang. "Aku gak lagi nyembunyiin sesuatu." Ucap Ali setenang mungkin.

"Gue juga gak nyembunyiin apa - apa kok."

"Tapi, tadi aku lihat kamu sedikit mikirin sesuatu?" Tanya Ali lagi.

Lena terlihat bingung. Dan terlihat sedang mencari - cari alasan yang logis.

"Ya, karena gue lagi kangen orang tua gue lah li. Iya itu." Ali hanya ber-oh ria.

"Selamat - selamat." Gumamnya dan mengelus dada.

"Kamu ngomong apa?"

Lena menggeleng. "Gak li. Hehe." Ucapnya sambil menyengir.

"Aneh banget."

"Si Ali bikin gue jantungan apa gimana? Gue nyari alasan yang logis. Biar dia gak tahu. Eh, pas udah tahu jawaban gue. Dia hanya oh aja. Enteng amat ngomongnya." Ucapnya dalam hati.

"Len, ayo."

Kaget. "Ayo apaan?" Tanya bingung.

"Balik kerumah. Masa mau disini terus?"

Secangkir Teh (ENDING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang