Duapuluh enam

312 28 0
                                    

Kepikiran buku diary yang hilang menjadikan lena stress yang berlebihan.

"Haduh gumana sih. Bego banget gue. Kenapa biaa hilang?"

Dia mencari disegala penjuru ruangan ini. Namun, nihil tetap gak ada.

"Kak lena cepetan udah gak kuat nih."

Cklek..

"Lo, ngapain sih didalam?"

"Gue habis bertapa. Ngapain sih nanya - nanya?"

"Untung lo kaka gue yak. Gue udah kebelet daritadi."

Lena mengernyit heran. "Kamar mandi dikamar lo kan bisa!"

Raja memutar bola matanya malas. Memang jika berdebat dengannya bikin darah tinggi.

"Gue yang goblok atau lo sih kak?" Geramnya.

"Sopan ya!"

Raja terkikik. "Jelas - jelas ini kamar gue. Lo, ngapain ke kamar gue?"

Lena merutuki dirinya sendiri. Kok bisa dia masuk kamar adeknya. Malunya setengah mampus.

Lena menahan senyumnya. "Gue nyari buku diary gue."

Demi apapun saat ini raja makin bingung. Kurang kerjaan sekali kakaknya ini.

Raja menggeleng. "Lhah! Ngapain masuk kamar mandi gue?"

Lena terkekeh. Sembari menggaruk tengkuknya. "Lhah? Berarti salah dong gue. Yaudah bye."

"Cantik - cantik otaknya geser tuh kaka gue! Aduh, gak tahan.." lalu raja masuk dalam kamar mandi.

***

Lena masih merutuki dirinya. Walaupun dia salah kamar adeknya sendiri. Dia malu banget.

"Sial banget kenapa gue bisa salah kamar? Pantas gak ada didalam. Eh, ngapain nyari dikamar mandi? Aduh, amit - amit yaampun." Sambil memukul - mukul kepalanya sendiri.

Cklek..

"Lenaaay.."

Lena terperanjat kaget mendengar suara sahabat - sahabatnya.

Belum dipersilakan masuk sudah nyerobot masuk. Memang sungguh keterlaluan.

Eitss jangan mikir macam - macam. Mereka walaupun nakal. Tetapi, mereka bisa kali membedakan larangan yang berlaku.

"Lo, kenapa lena?" Tanya reyhan.

"Eh, lo pada ngapain kesini?"

"Kangen sama lo lena." Daniel menimpali.

Lena mengangguk paham. "Kalau masuk ketuk pintu dulu bisa?" Ketiga temannya saling berpandangan. Biasanya dia santai saja. Ini anak kesambet apa.

"Heh! Lo kenapa lena?" Tanya daniel.

"Gue sehat."

"Lo tuh gak denger emang daritadi gue manggil - manggil gak ada yang nyahut." Ucap reyhan.

"Ya, lagian rumah segedhe gini cuman dihuni orang sekecil upil." Ucap dul. Sembari terkekeh.

Lena mendelik tak terima. Kemudian menimpuk dul pakai bantal. "Lo, kalau kesini cuman bikin gue kesel pergi aja deh." Usir lena.

"Dul sih." Ucap reyhan kesal.

"Nah, lena marah." Sahut daniel.

"Ya, maaf." Melas dul.

Lena malas rasanya. Dia masih badmood karena Ali ditambah buku diary nya hilang.

"Mending lo bikinin gue yang anget - anget sana dul." Dul hanya bisa melongo.

Secangkir Teh (ENDING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang