Extra Part

407 30 0
                                    

Lima tahun kemudian. Ali dan Lena menikah. Ali berumur dua puluh lima tahun. Sedangkan lena berumur duapuluh tiga tahun.

Mahar yang diberikan Ali yaitu Al -Qur'an dan mukena. Katanya biar Ali bisa membimbing lena untuk membaca dan Ali bersyukur jika lena juga menghafalnya. Mukena untuk lena sholat. Agar dia selalu ingat pada Allah. Dan agar mendoakan Ali tentunya. Juga uang sebesar lima belas juta.

Ali dan lena sekarang tinggal diapartemen milik papanya lena dijakarta. Jika Ali sudah mempunyai uang yang cukup ia akan beli rumah untuk lena dan anaknya kelak.

Sekarang Ali menjadi Direktur dikantor papanya lena. Dia dipercaya untuk membantu mengurusi kantor. Karena Raja belum begitu cukup umur dan harus menyelesaikan kuliahnya di London.

Lena sekarang menjadi model majalah islami dan juga penulis buku fiksi remaja juga puisi.

Bisa dikatakan mereka sama - sama sibuk mengurusi pekerjaan masing - masing.

Ketemu paling hanya tegur sapa dan sebagai istri. Lena juga menyempatkan untuk menjadi yang terbaik untuk Ali.

Namun, kadang lena kesal. Mengapa Ali masih dingin. Dia jadi berfikir bener kata orang jika masa pdkt atau pacaran itu menyenangkan.

Tetapi, jika sudah menikah begini kah rasanya. Harus bisa berfikir dewasa. Ego lena kadang - kadang yang harus ditengahi Ali.

Ali sebenarnya sudah berkali - kali paham akan sifat lena yang masih manja. Suka ceplas - ceplos. Sementara Ali agak pendiam dan dingin.

Seperti halnya sekarang lena membuatkan teh untuk Ali. Karena Ali sedang didepan laptop.

Lena memutar bola matanya malas. Ia merasa diacuhkan. Dia tak suka. "Li, yang istri kamu itu aku atau laptop sih?"

Ali yang masih menatap laptop jadi menutupnya kemudian menatap lena. Ali sadar jika lena cemburu dengan pekerjaannya.

Ali terkekeh. Sementara lena cemberut. "Ngapain ketawa - ketawa! Aku sebel ih sama kamu. Malesin banget!"

Ali sabar karena dia tahu memang sifat lena yang seperti ini yang bikin dia menjadi lebih cinta katanya.

"Jadi, kamu cemburu sama laptop?"

"Ih, gak gitu. Jadi, GR kan." Ucapnya sedikit malu. Sementara Alli tertawa. Lena makin kesal ini.

"Au ah. Kamu mah gitu. Aku males tahu sama kamu." Lena ngambek beneran.

Hayoloh gimana itu bang?😆😅

"Heiii lihat aku coba.." lena menatapnya. Lena merasa ketika menatap Ali. Ada rasa jedag - jedug semoga aja dia gak nyusruk.

Mereka saling pandang. "Apa?"

"Aku kerja untuk kamu lya.."

Lena kalau sudah bicara seperti ini jadi, malas. Ujung - ujungnya ntar ribut. Jadi, lena hanya mengangguk.

Lena merasa jika sudah ingin debat dengan Ali pasti lena kalah. Ntah, mungkin Ali pakai pelet.

"Kamu kok diam?"

"Bodo ah." Seketika itu lena pergi meninggalkan Ali sendiri.

Ali geleng - geleng kepala. Memang seperti itu wanita. Jika sudah kalah pasti mundur.

Dan Ali merasa tak enak sekarang. Tetapi, Ali yakin jika marahnya lena tak bertahan lama.

***

Pukul enam waktunya untuk sarapan. Lena sudah memasak habis sholat shubuh tadi.

Rasanya masih canggung. Malas ngomong. Ali sabar. Memang seharusnya dalam rumah tangga harus ada yang mengalah salah satu. Biar awet.

"Li/len.." ucap mereka barengan.

Secangkir Teh (ENDING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang