"Cobaan apa lagi ini?"
Cewek ini pandai bermuka manis didepan lena. Seolah tak ingin terlihat benci ia membalas senyumnya.
"Assalamu'alaikum.." senyum mengembang disudut bibirnya.
"Wa'alaikumsalam.." balas lena dengan senyumnya.
"Ali ada?"
Ingin rasanya lena mengatakan jika Ali tidak ada! Malas sekali. Dasar kecentilan.
"Ada di--" belum sempat dijelaskan dia sudah melengos. Tamu macam apa seperti itu. Sungguh tak sopan.
Lena menghela nafas dengan kasar. "Nyesel gue bukain pintu buat tuh si rumus mtk!"
Lena mengekori dari belakang. Kerongkongannya mendadak kering. Ingin sekali ia minum sebanyak - banyaknya.
"Assalamu'alaikum umi, Abi, Ali.."
"Wa'alaikumsalam.." semua mampu terperangah kaget ketika menatapnya. Kecuali lena.
"Abel?" Tanyanya memastikan.
"Iya, bi. Ini abel."
Umi mirna begitu terlihat sorot mukanya tak suka. "Len, duduk." Ucap Umi mirna. Lena mengangguk.
Abel mendengus sebal. Kenapa ia tak disuruh duduk padahal ia disini kan tamu. Pikirnya.
Ali memasang wajah raut heran. Mengapa ini orang berani sekali datang. Luka yang dulu kembali menyayatnya kembali.
"Umi, Abel gak disuruh duduk juga?" Umi mirna tak menhawab. Lena merasa senang kali ini ia menang.
Abi Halim geleng kepala. "Yaudah duduk bel. Sekalian mau makan?"
Demi apapun Abel merasa hatinya kini bahagia. Meskipun ada yang tak menginginkannya. Setidaknya masih ada yang perhatian dengannya. Walaupun yang ia inginkan adalah Ali tentunya.
"Hehe.. ter--" belum sempat ia mengucapkan katanya. Ali sudah menyela.
"Mmm.. maaf bi. Ali pingin bicara sebentar dengan Abel boleh?"
Ali halim mengangguk. Umi mirna hanya bisa pasrah. Sedangkan lena rasanya tak rela begitu saja.
"Iya silakan.." Ali sudah berdiri dan berjalan terlebih dahulu yang kemudian disusul Abel.
"Kenapa hati gue gak rela? Emang gue ini siapanya Ali?"
Umi mirna merasa ada yang aneh melihat lena sekarang. "Len.." lena tersentak kaget.
"Kamu kenapa kok bengong?"
Lena menggeleng. "Ga-pa-pa mi. Lena kedepan dulu ya."
"Iya.." jawab mereka barengan.
"Bi, kelihatannya lena suka deh dengan Ali."
Abi halim terperangah kaget. Bisa - bisanya istrinya kini menyimpulkan sendiri.
"Umi ini bicara apa?"
Memang laki - laki selalu begitu. Meskipun secara fakta bapak tingkat kepekaannya lebih tinggi dari remaja pria.
Tetapi, kadang juga masih belum bisa paham dengan apa yang mereka lihat.
"Tuh buktinya lena ngapain kedepan?"
"Ya, mungkin mau nyari angin." Balasnya santai.
Umi mirna sebal. "Abi ini. Terserah deh."
Beberapa saat terjadi keheningan. Hingga Umi mirna mulai kembali membuka suara.
"Bi.." Abi Halim berdehem.
"Ali cocoknya dengan siapa? Abel atau lena?"
Uhuk..
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
FanficCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...