Lena masih terasa kesal. Ingin marah ke siapa? Ia melihat secangkir teh dibiarkan begitu saja.
"Teh siapa tuh kayake belum diminum. Mending gue minum." Batinnya.
Glek..
"Enak juga ya teh. Rasanya nyaman bikin rileks. Bener kata Ali. Eh, kok malah Ali lagi Ali lagi. Kayak gak ada topik yang lain diotak gue. Coba minum lagi deh kali aja hati gue tenang."
Glek..
"Siapa yang nyuruh enak - enakan minum teh orang?" Hampir ia menyemprot teh. Ia kaget bukan main.
Ia rasanya kesal. Kenapa setiap ia sudah lebih lega. Muncul nih orang.
"Kamu gak minta maaf?"
"Untuk apa? Bukanya lo yang minta maaf soal--"
Sepertinya topik sudah melenceng. Ali segera memotongnya cepat. Sebelum masalah tambah berat.
"Udah gak usah dibahas. Cewe emang begitu."
Lena mendelik seakan tak terima. "Begitu gimana?"
"Gak mau disalahin."
"Gue gak salah. Dan lo yang salah! Jadi, jangan salahin gue ya!"
"Ya.."
Glek..
"Gak sopan."
"Siapa lo? Kenapa gue harus sopan!"
Ali geleng kepala. Ternyata masih ada manusia model gini.
"Kenalin aku Muhammad Aliyy Azam."
"Gak nanya." Lena memeletkan lidahnya.
"Rasanya minum teh nyaman gak len?"
Malas bersama dengan si Ali. Bisa gak sih Ali itu gausah dekat dangannya. Namun, jika takdir telah menyatukannya ia harus apa!
"Iya kalik."
Ali tersenyum melihat wajah kesal lena. Lena yang tersadar langsung menghadapnya.
"Ngapain lo senyum - senyum?"
"Senyum aku kayak teh yang kamu minum kan?" Lena mencibir.
"Baru selesai tuh minta maaf. Udah bikin kesalahan lagi."
Ali ternganga. "Emang aku salah apa?"
"Salah lo adalah bikin baper anak orang."
Deg.
Deguban hati mereka sama - sama berbunyi. Tanpa diinstruksi. Sama - sama tak mendengar. Sama - sama tak mengerti. Sama - sama mementingkan ego yang menggebu. Hening tanpa suara membuat pikiran mereka melayang - layang.
"Len/li.." ucap mereka barengan.
"Kamu dulu aja len."
"Lo aja dulu li."
Ali mengangguk. Dia menunduk. "Maaf" lirihnya. Nyaris tak terdengar. Namun, lena mampu mendengarnya.
"Maaf untuk apa?" Namun, Ali hanya diam.
"Gak kok li. Gue bercanda. Hidup jangan dibawa serius mulu."
Ali menatap lena. "Aku santai kok." Sembari memperlihatkan deretan giginya.
Lena mencibir. "Mungkin kelihatannya santai. Tapi, hati lo gak pernah santai."
Ali sedikit terkekeh. Ada benarnya omongan lena. "Kamu udah kayak peramal ya bisa tahu."
"Siapa?"
"Kamu."
"Yang nanya!" Ucapnya datar lalu ia terkekeh kemudian lena menjulurkan lidahnya. Seketika itu Ali juga ikut tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/155783300-288-k759097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
FanficCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...