Tak terasa kini malam telah berganti pagi. Lena duduk berdampingan bersama Ali.
Namun lena merasa jika ia bersama Ali ada kecanggungan yang super luar biasa.
Ia seperti sedang duduk sendirian sambil minum teh tanpa gula. Hambar.
"Len.."
Lena menoleh menatap Ali. "Apa li?"
Ali tampak memikir. Menimbang - nimbang apa yang harusnya ia katakan.
"Btw, makasih untuk yang tadi malam." Ali hanya mengangguk.
"Lo tadi mau ngomong apa?"
Ali tersentak kaget. "Mau ngajakin kamu belanja."
Hampir tak percaya kini. Lena merasa heran. Mungkin ini sangat menyenangkan. Batinnya.
"Serius?" Wajahnya berbinar. Ali mengangguk mengiyakan.
"Ayo! Ke supermarket kan?"
Ali nampak terperangah kaget mendengarnya. "Bukan."
Lena memutar bola matanya malas. "Ya, terus?"
Padahal ia tadi sudah membayangkan dunia luar seperti apa. Harus pupus kali ini.
"Ke pasar."
Lena dibuat terkejut olehnya. Lena seketika diam tak menanggapi.
"Gimana?"
Lena celingak - celinguk. "Lo ngomong sama gue?" Telunjuknya diarahkan ke mukanya.
Ali menepuk jidatnya. Kenapa lena lemot sih. Heran dia. Padahal kalau biasanya Ali yang lebih menyebalkan.
"Ya iyalah. Ada cuman kamu disini."
"Gue sih terserah sama cowok pemaksa."
Tak habis pikir. Lena memang suka sekali mengatainya. Jika Ali membalas omongannya pasti bakal tambah ribet.
"Kok...?"
"Emang lo pemaksa! Lo gak sadar?" Ali tak menanggapinya.
Suasana berubah hening. Hingga Ali yang kini mengalah. "Yaudah terserah sih. Aku kan hanya menawarimu. Biar kamu gak bosan dirumah terus."
Lena kini mengalah. Percuma ia koar - koar. Dan malah membuatnya kalah.
"Iya-iya gue ikut!"
Ali semakin kesal. Bukanya diterima dengan baik penawarannya kini. Malah lena sok excited ikut.
"Kalau gak mau jangan dipaksa."
"Gue ikut."
Pasar sudah lumayan ramai. Padahal hari masih petang. Meskipun kumuh dan agak becek tak menyurutkan pembeli untuk datang ke pasar.
"Li, kalau jalan jangan cepat - cepat." Sambil menutup hidungnya.
Ali menoleh kebelakang. "Kamu lama tahu gak si?"
"Siapa suruh nyuruh gue?"
Ali ingin sekali menutup bibirnya itu. Sungguh menyebalkan wanita ini.
"Bukanya kamu tadi mau dengan sendiri?"
Lena mendengus sebal. Tetap saja ia tak suka. Pokoknya ia harus menang.
"Gara - gara cowok pemaksa. Gue harus ikut."
Ali sudah diambang kesabaran. Hampir habis. Jika dipasar ada yang jual sabar mungkin ia akan membelinya sekarang.
"Kamu tuh cewek labil."
"Bodoamat!" Ia mengerucutkan bibirnya dengan kesal.
Tanpa sadar mereka menjadi tontonan gratis.
"Kalian cocok." Celetuk ibu - ibu setengah baya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
FanfictionCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...