Semilir angin malam kini sedang menemani kesendirianku. Memandang indah bintang dilangit itulah yang ku nikmati sekarang.
Duduk termenung sendiri dibangku kayu panjang ini. Sengaja ku ayun - ayunkan kedua kakiku. Rasanya begitu nyaman sendiri disini.
Angin malam tiba - tiba menerpa wajahku. Lagi dan lagi kenyamanan yang kurasakan. Tapi, ntah mengapa rasa dingin yang lebih mendominasi suasana malam ini.
"Ali.." panggil umi.
"Iya, ada apa mi?"
"Sini.." yang langsung diangguki oleh Ali. Seketika itu ia berjalan kearah umi mirna.
"Tuh lihat." Pandangan Ali kini menatap wanita yang duduk sendiri.
"Kenapa mi?" Tanyanya memastikan.
"Kayaknya dia lagi kesepian deh, dan juga kedunginan. Coba kamu ajak dia bicara. Dan ini buat kamu dan juga lena." Sambil menyodorkan dua cangkir teh hangat.
Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sembari sedikit bingung. "Kok ali?"
"Udah sana."
Ali menghela nafas kasar. "Yaudah, Ali pasrah." Ucapnya sedikit lesu.
Ali perhatikan sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Kalau kata kids jaman now dia lagi galau.
Ekhem..
Suara deheman itu membuat lena kaget. Seketika lena menoleh. "Bisa gak lo tuh kalau berdehem gak usah ngagetin orang." Ucapnya ketus.
"Mana ada sih berdehem gak ngagetin."
"Yaudah terserah."
Tak ada gunanya berdebat dengan si Ali cowok berhati dingin.
"Kamu gak nyuruh aku duduk?"
"Ya, kalau mau duduk. Duduk ajasih!"
Ali terkekeh pelan. "Lagi pms mba?" Seketika itu Ali mendapat pelototan dari lena.
"Weiss.. santai. Aku kesini gak mau ribut. Tapi, mau kasih kamu ini. Diminum ya." Sembari mengulurkan teh tersebut.
"Kok teh si? Perasaan gue gak butuh deh."
Ali mengernyit heran. Ali kini memandangi lena. Lena ternyata sangat lucu jika sedang kesal.
Tuh, pipinya yang chubby gemesin banget. Jadi, kepingin nyubit. Eh, Astaghfirullah. Tahan li!
Yang membuatnya heran kenapa wanita lebih mementingkan ego. Lena nampak mencari kehangatan sekarang.
Buktinya ia menggenggam tanganya sangat erat. Hawa dingin kini sedang menyelimuti.
Saat ini yang kurasakan rasa dingin itu menusuk - nusuk kulitku. Lena yang tersadar jika sedang diperhatikan. Seketika itu menoleh kesampingnya.
"Woy! Bengong aja lo! Gue tahu gue cantik."
Ali saat itu juga tersadar akan lamunannya. Dan segera menepis pikirannya tadi.
"Astaghfirullah. Gak kok." Ucapnya sedikit gugup.
"Alah bilang aja modus!"
Ali menggeleng. "Gak kok."
"Udah tercyduk masih gak mau ngaku lo!"
"Mending teh nih. Masih hangat. Aku tahu kamu kedinginan." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"Apaansi lo sok romantis. Gue si gak mempan kena rayuan lo!"
Ali melongo. "Hah? Kok kamu mikirnya kesitu?"
Skak! Lena hanya mampu terdiam. "Len..."
"Mana tehnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
Fiksi PenggemarCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...